2. Ken

7.5K 24 0
                                    

Part 2

Happy Reading

Kenizio Alluca

Sebut aja namanya Ken. Pria tinggi sekitar 180 cm, berkumis tipis dan di area dagunya terdapat rambut tipis. Di usianya yang sudah berkepala empat itu tak membuat dirinya berhenti berolahraga sehingga memiliki tubuh yang bugar dan berotot kekar. Pria itu tak mau kalah dengan anak muda di masa kini yang memiliki bentuk tubuh yang bagus dan Ken selalu rajin menjaga tubuhnya supaya masih terlihat muda. Alhasil perjuangan Ken menjaga tubuhnya tidaklah sia-sia dan makin banyak wanita-wanita dari kalangan selebriti pun mendekatinya.

Siapa sih yang tidak mengenali seorang pembisnis sukses seperti Ken? Mempunyai beragam bisnis yang kini sukses sampai bisa membesarkan namanya di masa kini. Dibalik namanya yang besar, ada banyak hal sisi gelap lainnya yang dimiliki oleh seorang Ken dan hanya beberapa orang yang tau betul siapa Ken sebenernya yaitu anak buahnya sendiri dan teman kerjanya yang paling dekat dengannya.

"Siang Pak, waktunya makan siang." Seorang sekretaris kantornya memasuki ruang kerjanya dan sebelum itu dia sempat mengetuk pintu ruang kerjanya Ken.

Ken yang tengah memeriksa pekerjaannya yang baru saja diselesaikan hari ini lantas mengangguk dan menoleh sekilas ke sekretarisnya.

"Makan siang Bapak mau diantarkan ke ruangan bapak atau Bapak ke ruang makan khusus?" tanya wanita berambut pendek berusia 27 tahun itu bernama Erna dan baru saja menjabat sebagai sekretaris di kantornya Ken.

Erna menelan salivanya pelan ketika ditatap tajam oleh Ken dan ia akui wajah atasannya itu sangatlah tampan di usianya yang sudah 49 tahun. Erna langsung meminggirkan badannya saat Ken melewatinya begitu saja tanpa banyak bicara. Erna mulai paham karakter atasannya seperti apa dan salah satunya adalah malas berbicara. Ken juga sangat jarang berpidato di depan publik dan selalu menggunakan juru bicaranya yang sering ikut wara-wiri dimanapun Ken mengunjungi suatu tempat.

Erna buru-buru mengikuti Ken dari belakang dan selalu sigap membuka pintu ruangan menuju ruang makan khusus atasannya tersebut.

"Sudah siap semuanya Pak, Bapak hanya tinggal makan saja. Bila ada yang kurang, bisa panggil saya. Saya ada di luar."

Ken mengangguk saja dan mulai melahap makanan yang telah disiapkan oleh Erna. Melihat itu, Erna bergegas keluar dari ruangan ini dan memilih menunggu di luar ruang makan atasannya. Jantung Erna terus berdebar tak karuan saking gugupnya berada di dekat atasannya walau Ken nampak biasa saja kepadanya tetap saja Erna takut sekali. Erna benar-benar sangat takut kehilangan pekerjaan ini yang gajinya sangat lumayan untuk menyambung hidupnya dan keluarganya.

"Semoga aku tidak pernah melakukan kesalahan dan aku sangat takut sekali kehilangan pekerjaan ini." Erna terus menetralkan rasa gugupnya dengan mengatur napasnya yang memburu.

Setelah makan siangnya selesai, Ken keluar dari ruang makan khususnya dan ia menoleh sekilas ke Erna yang berdiri mematung di dekat pintu.

Erna seketika berdiri tegak melihat Ken yang mendekat ke arahnya bahkan punggung sudah menempel di dinding belakangnya dan Erna juga memundurkan kepalanya.

"A-ada a-apa, Pak? A-adakah yang ku-kurang?" Erna berusaha bersikap tenang meski sangat sulit sekali bernapas tatkala jarak tubuhnya dengan Ken begitu dekat.

Ken diam saja dan terus menatapnya lekat. Mata Erna tak bisa lama membalas tatapan Ken dan ia lebih memilih menundukkan kepalanya. Tubuhnya juga ikut bergetar karena saking takutnya merasakan deru napas Ken menerpa ke wajahnya.

Ken hanya tersenyum miring saja melihat Erna yang sepertinya tengah ketakutan kepadanya lalu ia pergi meninggalkan tubuh Erna mematung di tempatnya berdiri. Erna sempat mematung beberapa detik saja setelah itu kembali melanjutkan pekerjaannya yang lain.

PRIA TUA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang