"Lunara Bimala!" sebuah teriakan yang sangat khas sekali aku dengar, ya ini suara Bu Murti.
"iya buu...." Sontak kepalaku langsung mendongak dari meja kelas kesayangan aku ini.
" kamu ini, sudah berapa kali ibu ingatkan, kalau mau tidur di jam istirahat, ini peringatan terakhir untuk kamu" ancam Bu Murti.
Bu Murti merupakan guru Bahasa Indonesia di kelasku, di setiap kelasnya bawaannya itu ngantuk banget, jadi beberapa kali lebih ke sering aku tidur di kelasnya. Nggak hanya mendapatkan teguran aja, so pasti aku juga dapat sebuah tugas tambahan karena melanggar peraturan yang udah dibuat olehnya, yaitu membuat puisi. Aku sedikit heran dengan tugas yang selalu di kasih ke aku, kenapa selalu puisi puisi dan puisi lagi sampai aku kehabisan ide membuat puisi dengan genre yang bagaimana.
Sepulang sekolah aku ngga langsung pulang, karena aku harus mencari ide untuk membuat puisi tugas dari Bu Murti. Aku pergi di sebuah Cafe yang ada disebelah sekolah. Chocho Café itulah Namanya. aku memilih duduk di sudut dari cafe itu, karena dari sudut itu aku bisa melihat gerak gerik semua orang yang lalu lalang keluar masuk cafe ini. Banyak cerita yang aku dapatkan dari cafe ini mulai dari senang hingga cerita yang penuh duka.
Sudut favorit ini selalu menyajikan pemandangan indah dari gunung dan sawah yang sangat hijau sehingga nyaman sekali untung di pandang, namun secara tiba-tiba mataku tidak berhenti melihat sesosok laki-laki yang berseragam SMA namun bukan dari sekolahku, dia berdiri tepat disamping jendela yang aku duduki, wangi aroma parfumnya yang bisa dibilang ini parfum mahal.
Jatuh cinta pada pandangan pertama, ya dia udah membuat aku jatih cinta pada pandangan pertama selama aku sekolah menginjak kelas XI SMA ini.
Perawakan yang sangat bagus, badannya atletis, matanya yang tajam serta kulit yang tidak putih namun tidak juga gelap. Suaranya yang lembut nan khas itu membuat ku dapat mengetahui kalau itu dia walaupun tanpa melihat wajahnya. Ia selalu berada di samping sudut yang selalu aku tempatin, namun dia berada diluar. Tak terlihat dia sedang mengobrol dengan siapa, yang jelas dia sangat tampan dan manis sekali.
Yaa kali ini aku benar benar jatuh cinta untuk pertama kalinya.
Aku menyelesaikan tugas tambahan menulis puisi itu tanpa ragu, aku menyusun kalimat demi kalimat sesuai dengan yang aku alami saat ini. Senyum lebar itu terlihat dari kejauhan, aku menulis tentang nya dengan tanpa aku mengenal dia.
Aku tau dia, aku tau nama lengkapnya, dan sedikit informasi yang aku dapatkan mengenai dia, namun pada saat itu hanya cerita dari Denia, Denia lah Gudang segala informasi dari sekolah elite itu. Denia adalah teman sebangku ku dari kelas sepuluh, dan dia juga tetangga aku yang paling dekat, karena rumahnya hanya bersebelahan.
Sosok tampan itu bernama Asker Cavit, kata Denia dia sering dipanggil Asker atau Ake. Sedikit tidak percaya dengan apa yang sudah diceritakan Denia, bahwa Ake anak yang sangat pendiam. Karena disudut itu dia sangat banyak bicara, apa hanya karena dia ngobrol dengan temannya ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Kosong
RomansaSudut favorit ini selalu menyajikan pemandangan indah dari gunung dan sawah yang sangat hijau sehingga nyaman sekali untuk di pandang, namun secara tiba-tiba mataku tidak berhenti melihat sesosok laki-laki yang berseragam SMA namun bukan dari sekol...