15. Menghalangi Jalanku

2.8K 153 0
                                    

"Hei! Kenapa melamun? Aku Aka, siapa namamu?"

Tangan kanan Draka senantiasa diulurkan dan tangan kirinya diayunkan di depan wajah Helios. Jujur, ini adalah pertama kali bagi pria itu mendapati seorang wanita yang seolah sama sekali tidak tertarik dengannya. Selama ini, ia tidak pernah mengajak satu wanita pun untuk berkenalan. Bahkan tanpa mengajak berkenalan pun, semua wanita akan berbondong-bondong menghampirinya.

"Maaf, aku sedang terburu-buru dan aku harus segera pulang," kata Helios bergegas pergi ke kasir meninggalkan Draka.

"Astaga! Hahaha ... Aku tidak salah lihat, 'kan? Bagaimana bisa aku diabaikan begitu saja? Menarik. Wanita itu benar-benar menarik." Draka tersenyum canggung sambil menggeleng pelan. Kemudian, ia berbalik dan mengejar Helios ke kasir.

Di sana, wanita itu sedang meletakkan barang belanjaan di meja kasir. Setelah selesai, ia menoleh ke kanan dan mendapati Draka sedang memperhatikannya.

"Maaf, Mbak. Bisa lebih cepat sedikit, tidak?" pinta Helios sambil melirik Draka khawatir.

Entah apa yang terjadi pada Helios. Draka terlihat seperti pria baik-baik dan sama sekali tidak terlihat seperti orang yang ingin berbuat jahat. Postur tubuhnya yang tinggi tegap itu terlihat sangat ideal. Apalagi wajahnya yang terlihat sangat tampan dengan bola mata keabuan.

"Sebentar." Kasir bergegas menyelesaikannya dan menyebutkan total uang yang harus dibayarkan.

"Ini, Mbak."

Helios menyodorkan banyak lembar uang kertas berwarna merah pada kasir. Kemudian, ia memasukkan empat kantong plastik ke dalam troli. Menerima kembalian dan bergegas pergi. Namun sebelum benar-benar pergi, ia menoleh ke belakang dan melihat Draka melambaikan tangannya sambil tersenyum.

Melihat sikap pria itu membuat Helios memantapkan langkahnya. Ia keluar area supermarket dan berdiri di trotoar. Ia melambaikan tangannya memanggil taksi dan bergegas pulang. Baru saja sampai dan masuk ke dalam rumah, ia sudah dikejutkan dengan suara dingin Zeus.

"Kenapa kau pergi begitu saja? Bukankah aku sudah bilang kalau aku akan mengantarmu?" tanya Zeus melihat Helios kembali.

"Memangnya Tuan berkata seperti itu? Bukankah Tuan hanya menjawab iya ketika saya pamit?" Helios balik bertanya karena tidak merasa mendengar ucapan pria itu.

"Ah, sudahlah. Cepat sana masak, perutku sudah keroncongan sejak tadi," balas Zeus malas menjelaskan.

"Ya sudah, saya ke dapur dulu."

Helios bergegas pergi ke dapur. Merapikan semua barang belanjaan ke tempatnya dan mulai menyiangi sayuran yang akan dimasak. Kali ini, ia ingin memasak teriaki daging sapi dan tumis lobak paprika. Sambil merebus daging, wanita itu mencuci beras terlebih dahulu sebelum akhirnya memotong-motong lobak dan paprika.

"Nanananana ... Nananana ... Nanananana ..."

Wanita itu sibuk memasak sambil bersenandung. Menyanyikan lagu yang sering ia dengarkan ketika selesai bekerja. Mungkin sekitar empat puluh lima menit, dua menu itu sudah tersaji di meja.

"Oke, sudah siap. Sekarang aku panggil Tuan Zeus dulu," gumam wanita itu sambil melepas celemek dan meletakkannya di tempatnya. Lalu, ia bergegas ke ruang santai. "Makan siang sudah siap, Tuan."

"Mmm," sahut Zeus. Pria itu beranjak bangun dan pergi ke meja makan.

Sementara Zeus duduk, Helios tetap berdiri memperhatikan. Ia ingin tahu reaksi apa yang akan pria itu tunjukkan. Mungkinkah seperti dua Minggu yang lalu dengan mengatakan rasa masakannya tidak jelas atau justru menikmatinya.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Zeus sambil mengerutkan keningnya.

"Tidak. Saya hanya ingin tahu bagaimana rasa makanannya. Apa sesuai dengan selera Tuan atau tidak?" sanggah Helios.

"Oh." Zeus lekas mencicipi tumis lobak, "Ini enak, kok. Lebih baik kau duduk dan cepat makan. Bukankah kau masih harus minum obat?" sambung pria itu menatap Helios lekat.

"Baik, Tuan."

Kini, Helios dan Zeus mulai menikmati makan siang mereka. Sikap Zeus pada Helios sudah jauh lebih baik, bahkan setelah satu Minggu berlalu. Pria itu tidak lagi bersikap kasar pada Helios. Ya, meskipun masih belum mau menerima wanita itu sebagai istrinya, tetapi itu sudah lebih dari cukup bagi Helios.

***

"Bahan makanan sudah habis dan saya mau pergi ke supermarket, Tuan," kata Helios setelah beberapa saat yang lalu memeriksa area dapur.

"Ya," balas Zeus singkat. Pria itu fokus menatap layar ponselnya dan tidak berniat sama sekali untuk sekedar menoleh.

"Kalau begitu, saya permisi dulu," pamit Helios  sebelum akhirnya pergi.

"Hmm," balas Zeus.

Setelah mendengar pintu tertutup, Zeus menoleh ke belakang. Entah mengapa, perasaannya berubah tidak enak. Akan tetapi, ia tidak tahu apa yang membuatnya tiba-tiba berubah tidak nyaman.

Di sisi lain, seperti Minggu lalu Helios menuggu taksi lewat di pinggir jalan. Ketika ada taksi yang lewat, ia langsung melambaikan tangannya. Taksi itu pun berhenti dan wanita itu masuk ke dalam. Tidak membutuhkan waktu lama, ia sudah sampai di supermarket. Mengambil troli dan mulai keliling mencari bahan makanan yang dibutuhkan.

"Kau lagi?"

Mendengar suara yang tidak asing membuat Helios menoleh. Ia melihat Draka dan mulai mengerutkan keningnya.

"Apa kau sering pergi belanja di sini?" tanya Draka.

Pria itu mencoba untuk menjadi dekat, tetapi Helios seolah tidak ingin kenal dengan Draka. Wanita itu berbalik ke arah deretan ikan dan berusaha menghindar.

"Apa rumahmu di dekat sini?" tanya Draka lagi.

Setelah pertemuan pertama dengan Helios, Draka tidak bisa tidur dengan nyenyak. Bayang-bayang wanita itu terus saja muncul di pikiran bahkan sampai di mimpinya. Selama satu Minggu ini, ia pergi ke supermarket berharap bisa bertemu dengan Helios. Namun sayangnya, ia tak kunjung bertemu hingga tujuh hari kemudian, tepat di hari Minggu ia bertemu dengan Helios. Draka berpikir bahwa wanita itu pergi berbelanja setiap satu Minggu sekali.

"Maaf, kau menghalangi jalanku," ujar Helios dingin.

"Ah iya, maaf-maaf," balas Draka setelah menyadari kesalahannya. Mungkin karena terlalu senang, jadi ia tidak sadar telah memblokir jalan wanita itu.

"Terimakasih," kata Helios kembali melanjutkan langkahnya. Ia berhenti dan meraih ikan salmon.

"Ngomong-ngomong, waktu itu kau belum menyebutkan namamu. Kalau boleh memaksa, bisakah kau sebutkan namamu sekali saja?" Draka tersenyum kaku menunjukkan deretan gigi putihnya.

"Aka!"

Mendengar seseorang memanggil namanya membuat Draka mengedar pandang. Di depan sana, tepatnya beberapa meter di belakang Helios seorang wanita berjalan mendekat dengan terburu-buru.

"Sial!" umpat Draka dalam hati melihat seseorang yang sangat dikenali berusaha menghancurkan suasana pendekatannya dengan Helios.

"Jadi, ini wanita yang membuatmu tidak bisa tidur selama satu Minggu." Wanita itu berhenti tepat di sebelah Helios dan menatap Draka dengan seringaian tipisnya. Lalu, ia menoleh ke arah Helios, "Hely?" terkejut wanita yang diketahui adalah Dokter Rani.

"Dokter Rani?" Helios tidak kalah terkejut melihat Dokter Rani ada di sana. Terlebih, dokter itu terlihat sangat mengenali Draka.

"Oh ... Jadi wanita yang membuatmu tidak bisa tidur itu Hely, Pengacara Aka." Dokter Rani tersenyum sambil melirik nakal ke arah Draka.

Terpaksa Menikahi PembantukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang