Dari dulu bahkan hingga sekarang matthew
tidak pernah membayangkan jika dirinya akan berkelana jauh dari tanah kelahirannya.Ia dibesarkan di kanada sampai pada
akhirnya dia harus melanjutkan kuliahnya di korea selatan, di seoul tepatnya. Biaya untuk bersekolah disana sangat mahal namun karena matthew berasal dari keluarga berkecukupan
jadi dia tak pernah khawatir soal uang ataupun biaya lainnya.Walaupun berasal dari keluarga
berkecukupan, matthew tak pernah mau memamerkan bahwa ia cucu dari direktur perusahaan ternama. Ia bahkan berusaha untuk menutupi faktanya, karena baginya orang orang tidak perlu tahu mengenai latar belakangnya.Saat ini matthew tengah berdiri di sebuah
pagar yang menjulang tinggi, sempat berpikir ragu untuk masuk tapi ia segera menepis
semua pemikiran buruk yang menyerangnya.Tak lama kemudian keluar seorang petugas keamanan dan langsung menghampirinya
"Sudah lama nak matthew tak kesini!" Sambarnya tiba tiba yang langsung membuat matthew tersenyum cerah. Dengan segera ia membawa tungkainya berjalan memasuki
rumah itu dengan perasaan yang berdebar.Setelah berjalan cukup lama, akhirnya
matthew telah sampai tepat di depan ruangan kerja sang kakek. Dirinya sangat antusias ditambah atmosfir yang semakin mencekam."Kakek aku pulang..!" Seru nya tanpa peduli
akan sang kakek yang tengah berduaan dengan seorang wanita paruh baya.Sontak matthew segera menyingkir dari pintu
masuk lalu menutup kedua matanya dengan
menggumamkan beberapa kata"Aku galiat kek!" Ucapnya dengan nada bicara
yang terdengar lucu.Sang kakek menatap matthew dengan tatapan
terkejut, ia tak menyangka bahwa cucunya akan
pulang hari ini. Padahal ia tak mengabari fikirnyaSang wanita paruh baya itu tak lain ialah sang
nenek, matthew merindukan kedua insan itu
karena mereka berdua lah yang setia mengasuh
matthew hingga dia beranjak dewasa.Walau sudah bergelimangan harta, sang
kakek tak pernah lupa dengan cucu nya ia selalu berbagi tak pernah kikir ataupun egois dengan pencapaiannya sendiri. Sosok itulah yang selama ini matthew jadikan role model nya. Lelaki itu bangga dengan sang kakek yang sampai saat ini masih setia dengan satu wanita.Biasanya kan lelaki tua tak pernah bisa untuk
setia pada satu wanita, terlebih lagi jika ia kaya."Matthew sudah lama tak kemari, kakek sangat
merindukanmu disini" Ucap sang kakek sembari
menarik matthew kedalam pelukannya.Matthew pun menerima pelukan sang kakek
dengan senang hati, dirinya pun tenggelam
dalam acara pembalasan rindu dengan sang kakek."Kuliahmu lancar?" Tiba tiba sang kakek bertanya, matthew pun mengangguk mantap sebagai respon.
"Tentu saja kek, aku selalu berusah maksimal
agar bisa lulus dengan nilai sempurna!" Jawab
nya dengan berambisi. Sang kakek memberikan
jempol untuk cucu nya."Kemarilah ikut kakek dan nenek makan siang"
Tukasnya kemudian, matthew pun mengikuti
jejak sang kakek yang akan membawanya ke
dapur rahasia milik kakek.Matthew berdecak kagum, sebab dapur yang dulu ia kenali kini tak berubah sedikitpun. Sang kakek hanya menambahkan cat untuk dinding yang sudah mulai memudar, dapur minimalis itu terlihat nyaman untuk kita sekadar bersantai disana.
"Woahh, ini tak berubah sedikitpun!" Ucapnya
kagum, desainnya masih sama seperti dulu.Sang kakek tersenyum bangga, "Tentu!
sengaja aku menyiapkannya untukmu matthew, dapur ini aku buat agar bisa bersantai
denganmu" Jelas sang kakek sambil tersenyum bangga, membuat matthew terharu saat mendengarnya."Kakek memang terbaik!" Puji nya kemudian
sambil tersenyum lebar."Apa nenek akan mulai memasak seperti dulu?"
Tanya matthew saat melihat sang nenek sudah
bersiap dengan peralatan masaknya."Nenek akan membuat makanan favoritmu
matt, seperti saat dulu" Balasnya dengan senyuman hangat matthew pun tersenyum simpul. Sudah lama sekali ia ingin merasakan kehangatan ini, semenjak ia di seoul tak pernah lagi mendapat perlakuan seperti saat ia berada
di Kanada."Baiklah nek, aku dan kakek akan duduk disana!"
Tutur matthew dengan lembut membuat nenek segera bergegas menyalakan kompor dan mulai memasak dengan cekatan.30 menit telah berlalu, akhirnya mereka
bertiga menyantap makanan buatan sang nenek tanpa bersuara karena sedang menikmatinya. Sejak dulu matthew dan kakek sangat menyukai macaron buatan sang nenek, manis nya selalu
pas di lidah bahkan jika macaron ini dijual pun mungkin akan menghasilkan uang yang banyak."Humm, enakk sekali nek seperti biasa
macaronnya juara satu!" Puji matthew sambil memasang jempol dengan kedua jarinya. Sang kakek pun menyetujui ucapan matthew."Lain kali akan nenek buatkan lagi, makanya
kau sering seringlah berkunjung kesini"
UcapnyaMatthew pun mengangguk sebagai responnya,
"Nanti kalau aku sudah lulus aku akan kembali
kesini lagi!" Jawabnya dengan penuh semangatKakek dan nenek pun tertawa bahagia melihat
cucu mereka yang sudah tumbuh dengan baik bahkan tanpa adanya orang tua sekalipun.Matthew sangat bersyukur atas kehadiran nenek
dan kakeknya, setidaknya dia tidak sendirian di
dunia yang kejam ini....
Sudah lebih dari sebulan ia mengambil cuti
semester akhirnya matthew harus segera pulang
ke korea untuk melanjutkan kuliahnya.Matthew akhirnya telah sampai di bandara,
sebelum berangkat sang kakek memberikannya sebuah kalung yang di percayai sebagai kalung penolak sial. Kalung itu tampak seperti kalung
biasa, namun harganya sangat diluar ekspetasi.
Sang kakek akan memberikan apapun untuk
cucu kesayangannya, begitu juga dengan
matthew ia akan memberikan usaha yang
terbaik untuk membalas jasanya.Sebelum perpisahan dimulai, matthew
menangis terharu setelah ia menghabiskan
satu bulan penuhnya di Kanada tanpa
penyesalan, ia menatap mata sang kakek yang terlihat memerah seperti ingin menangis. Matthew memeluk sang kakek untuk terakhir
kali nya sebelum ia benar benar meninggalkan
Kanada."Kakek aku pamit, jaga diri kakek dan nenek!
suatu saat aku akan kembali lagi dengan membawa istriku dan anakku, kakek dan nenek aku pamit jangan bersedih karena aku akan segera kembali..!"Setelah mengucapkan kata perpisahan,
punggung matthew perlahan telah berjalan
menjauh dari pandangan sang kakek, kini yang tersisa hanyalah bayangan cucunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
those eyes |seok matthew
Teen Fiction"Aku bisa dekat dengan banyak orang dan berbincang semauku.." Lelaki itu menarik nafasnya hingga sejenak seraya menatap manik hazel milik sang gadis dengan sorot mata yang penuh memohon. "Tapi aku tak pernah menatap orang lain sama seperti aku mena...