Butterfly

25.3K 94 6
                                    

Pakaian kebesaran dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya memberi kesan cupu. Cewe dengan rambut terikat itu tengah membawa beberapa paket buku menuju perpustakaan.

Tak ada teman sekelas yang berniat membantunya, tampilan cupunya membuat hampir semua orang menjauhinya.

"Bu, saya ngembaliin buku paket ini," ucapnya ketika meletakkan buku di meja pengawas perpustakaan.

"Taruh saja langsung di rak, jangan menyusahkan orang lain," balas wanita itu dengan ketus, mau diharap apalagi untuk dirinya yang hanya siswi miskin. Belas kasih dari pegawai sekolah hanya mimpi, mungkin jika otaknya tak cukup encer hingga mendapat beasiswa, ia sudah pasti di usir saat menginjak gerbang sekolahnya.

Kinan membawa kembali buku itu menuju rak pojok, menyusunnya satu persatu. Kemudian melangkah keluar setelah berpamitan yang hanya dibalas dengan decakan penjaga perpustakaan.

Langkahnya menyusuri koridor yang mulai ramai, ia akan memasuki kantin.

Prak.

Sebuah gelas membasahi baju depannya dan sepasang sepatu yang tengah berdiri di depannya. Kinan yang semula menunduk kemudian mendongak.

Cowok yang selalu ingin ia hindari ketika di sekolah. Pandangan keduanya terkunci, siswa tersebut mendesis kesal.

"Apa yang lo lihat, dasar cupu! Lihat akibat lo, sepatu gue jadi basah," teriakan memekakan telinga Kinan. Sementara yang lain hanya menaruh minat pada keduanya, tak lupa sahabat dari cowok tersebut yang sama bad kelakuannya menaruh minat apalagi yang akan dilakukan si ketua.

Memang perlakuan tak adil dan buruk sering Kinan alami saat disekolah. Ia bahkan bingung, kenapa mereka yang repot saat mengetahui hidupnya tak terlalu kaya, dirinya tak secantik artis korea. Bukankah, harusnya ia yang pusing. Namun mulut para manusia memang suka tidak tau diri.

Vander, siswa yang sering merundungnya di sekolah. Tiada hari tanpa mengusik hidupnya.

"Lihat gue, cupu!" Vander menarik rambut Kinan agar mendongak kembali menatapnya.

Tangan Kinan meremas ujung roknya, ia merasa takut dengan apa yang akan Vander lakukan.

"Bersihin sepatu gue, pake lidah lo!" Vander mendorong tubuh Kinan hingga tersungkur didekat kakinya.

"Cepat, tunggu apa lagi." Bentakan kembali Kinan terima.

Kinan meremas kembali tangannya. Ia tak mungkin sudi menjilat sepatu yang penuh dengan kuman itu. Vander memang di luar nalar. Bahkan tak ada satu orang pun yang berniat mencegah kelakuan Vander.

"Vander, aku minta maaf." Suara Kinan akhirnya keluar, ia hanya mencoba peruntungan agar tak mendapat perintah Vander yang tak waras.

"Maaf? Bahkan satu sekolah tau gue bukan si murah hati." Kekehan Vander diikuti oleh taman-temannya.

"Aku akan mencuci sepatumu. Aku mohon maafkan aku."

"Bitch, ada cara yang lebih mudah daripada mencuci sepatu Vander. Cepat jilat saja, lidah kotormu itu ke sepatu berharga Vander," sahut salah satu sahabat Vander bernama Keano.

"Denger, ada yang lebih mudah." Vander ikut berjongkok, ia menarik dagu Kinan membuat netra mereka saling bertubrukan. Tatapan penuh intimidasi dibalas dengan tatapan sendu penuh rasa belas kasih.

Vander yang tak tahan memilih menhempaskan cengkramannya. Ia kembali berdiri dan berlalu tak lupa menginjak tangan Kinan hingga cewek tersebut meringis kesakitan.

"Cabut, kelamaan nungguin, Cupu!" Ajak Vander, diikuti oleh sahabatnya.

Kinan berdiri kembali, niatna mengisi perut lenyap sudah. Ia memilih pergi menuju kamar mandi. Badannya terasa lengket berkat minuman Vander yang tumpah.

***


Full kisah hanya tersedia di karyakarsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Full kisah hanya tersedia di karyakarsa

@minniewine

Silahkan membaca di karyakarsa author❤️❤️

Hot JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang