2: Kakek

230 15 2
                                    

Matahari telah bersinar terang di atas langit. Lyora hari ini libur, Lyora sudah memutuskan setelah dia mandi dan berganti baju di rumah, dia kemudian memutuskan untuk pergi bersantai di rumah pohon.

Dia bahkan tak makan dari pagi, sekarang sudah hampir tengah hari. Lyora bermain dengan kucing kesayangan nya, yang bertubuh gembul dan warna oranye, jangan lupa bulu yang lebat.

Lyora bermain dengan kucingnya di dalam rumah pohon. Dia bahagia di sana, tertawa dan tersenyum secara tidak langsung. Percayalah dia lebih suka tinggal berdua dengan kucingnya daripada tinggal dengan keluarga nya.

Saat Lyora bermain kejar-kejaran dengan kucingnya, dari bawah ada yang memanggilnya, suara itu tidak asing di telinga Lyora. Lyora kemudian membuka pintu rumah pohonnya dan dia bisa melihat bahwa dibawah sana ada Luka, dengan kedua tangan yang penuh dengan hadiah, yang pasti untuknya.

Lyora langsung turun dan memeluk Luke senang, begitu sebaliknya. Lyora mengajak Luke untuk naik keatas dan menceritakan hari-hari nya kepada sang Luke. Keluarga ayahnya sangat kaya, bahkan keluarga ayahnya itu memiliki perusahaan hampir 70% di luar negara.

"Gimana hari-hari kamu hmm? ayo cerita sama kakek." Lyora kemudian menceritakan semua tentang hari-hari nya kepada sang Luke. Terkadang Luke tertawa mendengar penuturan cucunya itu.

Dan pada akhirnya setelah Lyora selesai dengan semua cerita nya, Luke memberi sedikit nasehat kepada Lyora agar tak terlalu tertutup dengan kehidupan nya. Lyora hanya mengangguk paham dan tersenyum.

Lyora memandang semua tas belanja yang tergeletak di atas meja. Luke terkekeh dan menyuruhnya untuk segera membukanya. Lyora langsung membukanya satu persatu, dia bahagia, sangat, Luke terkadang heran dengan sikap cucunya itu. Saat bersama keluarganya dia cuek, acuh, tak pernah memperdulikan sekitar, tapi saat bersama nya, dia hanya anak kecil yang manja.

"Bagus gak? kakek beli in itu di Amerika Minggu lalu."

"Suka banget!! makasih ya kek, Lyora sayang kakek." ucap Lyora girang dan sambil memeluk Luke dengan senang. Dan terakhir dia membuka tas belanja dengan tote bag yang berisikan dua kotak nasi. Lyora menatap Luke heran, tapi yang dia lihat hanya kekehan kecil yang terdengar.

"Ayo makan, itu makanan kesukaan kamu. Makan yang banyak, kamu hari ini belum makan kan?" Lyora mengangguk, matanya berkaca-kaca. Dari kecil Luke selalu tau apa yang dia suka dan tidak suka. Luke pindah di sebelah Lyora, memeluk cucunya yang kurang kasih sayang itu dengan tulus. Bisa dia dengar ada isakan kecil yang keluar dari hidung cucunya itu.

"Sudah-sudah jangan menangis, ada kakek disini. Jangan nangis, cucu kakek kan kuat, masa iya nangis."

"Makasih kek, aku sayang kakek lebih dari kakek sayang Lyora." Luke mengangguk dan kemudian mengambil sekotak sarapan itu dan membukanya. Berusaha menyuapi cucunya agar sedihnya hilang. Lyora tertawa ketika Luke menyuapi nya tiba-tiba.

Setelah Lyora dan Luke menghabiskan waktu bersama, kini keduanya memilih pulang kerumah Fano. Bisa Lyora dengar ada suara canda tawa di ruang tengah. Sebisa mungkin dia merubah ekspresi wajahnya menjadi dingin dan datar. Luke bisa melihat wajah datar cucunya itu, memang susah untuk mengubah cucunya itu.

Luke lumayan masih muda, jadi dia masih bisa bekerja di perusahaan. Bahkan Luke berjanji pada Lyora agar dia mendapat kan 60% warisan darinya. Itu rahasia Lyora dan Luke, Fano dan Luna tidak tau sama sekali tentang itu.

"Dari mana aja? nenek kamu disini sejak tadi siang dan kamu baru pulang." ucap Luna menaikan dagunya. Lyora hanya menatapnya dingin, Luke kemudian menarik Lyora agar duduk bersamanya disana tapi Lyora tidak sengaja menepis tangan kakeknya.

"Kakek aja yang duduk, Lyora mau ke kamar." ucap Lyora pada Luke. Luke menghembuskan nafas panjang dan kemudian menyetujui ucapan cucu kesayangan. Langkah Lyora terhenti ketika sang nenek memanggilnya.

Lyora Dan Kehidupannya•END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang