Happy Reading 🤩🤩
Sekarang Ana dan Ava telah sampai di Apartemen Ava , kini mereka berdua tengah di lift menuju lanai teratas dari gedung. Kedua nya terdiam tanpa ada yang mau memulai percakapan , karena masih berkecamuk pada pikiran masing-masing.
Kling..... Suara lift yang bertanda bahwa mereka sampai tujuan,dan akhirnya mereka berjalan menuju pintu yang hanya ada satu di lantai itu . Ana mana sadar bahwa desain interior pada lantai tersebut sangat mewah dan berbeda ,dalam benaknya kini hanya rasa cemas dan takut , keringat dingin yang tak kentara lantaran badan yang basah kuyup karena terkena hujan . Hingga tiba di depan pintu utama dari lantai tersebut .
"Yuk " intrupsi Ava saat pintu telah terbuka . Ana yang tadinya hanya melamun kini arah pandangannya ada apa yang ada di dalam ruangan itu meski terlihat dari pintu .
"Ayok , kenapa diem aja ? " Saat tarikan Ava pada tangan Ana yang terkesan sedikit memaksa membuat Ana benar - benar ketakutan dan langsung menepis tangan Ava .
"Jangan pegang" Ava yang melihat hal itu langsung sadar dan berusa hati - hati agar tidak membuat Ana takut .
" Nggak kok , ayok . Nanti lo demam " ucap ava mencoba yang terbaik .
" Nggak, mau pulang aja " ucap Ana lalu akan berbalik namun di tahan oleh Ava .
" Mau kemana ? "
"Gua bilang jangan pegang! Lo budeg ya !?" Kini Ana benar - benar kalut , rasanya ia begitu tercekik pada dada nya . Ia pikir perasaan yang beberapa hari ini sering terjadi cukup membuat frustasi . Masalahnya Ana tidak tahu perasaan apa dan ingatan apa yang sekarang Ana rasakan.
"Maaf " Ava kian di buat bingung dengan keadaan sekarang , masalahnya saat ia meraih tangan Ana yang bergetar terasa begitu kuat suhu badan yang panas jauh membuat Ava khawatir karena Ava yakin bahwa Ana kini terkena demam , namun Ana yang ketakutan dan tidak bisa di ajak masuk membuat semuanya semakin sulit .
"Na ! "
"Ana ! "
"Lo mau kemana "
Ana yang tidak memperdulikan sautan dari Ava pun terus berjalan hingga padamnya listrik yang terjadi begitu saja, dan hal itu membuat Ana kian ketakutan . Ingatan yang begitu menyeramkan juga turut memperkeruh keadaan .
"An...., Lo kenapa?" Tanya Ava saat melihat Ana yang menekuk lututnya juga menutup telinga dengan racauan yang begitu ketakutan.
"Jangan , tolong. Arghh.... Stop! "
"Gua nggak kuat ,hiks hiks stop " Ava yang paham akan situasi langsung mencari tombol pada dinding yang menghubungkan langsung pada para staf khusus yang melayaninya . Saat Ava menemukan tombolnya ia langsung menekan dan untung saja langsung mendapatkan jawaban.
"Dengan Yatma di sini , ada yang bisa saya bantu ? "
"Penthouse mati lampau , tolong segera perbaiki " titah Ava langsung setelah menerima sautan dari sebrang sana .
"Baik tuan " jawab sigap Yatma saat mengenali siapa suara di baliknya .
Setelah selesai dengan urusanya Ava kembali ke tempat di mana Ana berada , kini kondisi Ana cukup baik namun masih terlihat ada rasa cemas dan takut. Ava yang takut akan memperburuk keadaan ia kini sedikit demi sedikit mendekat dengan obrolan ringan .
" An "
" You okey? " Ana hanya menggeleng memberi tanda bahwa ia tidak dalam keadaan baik-baik saja. Lampu kembali menyala kedua terdiam sesaat . Entah sejak kapan jarak di antara mereka begitu dekat , Ana yang lebih dulu sadar langsung sedikit menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
AvalonAna
CasualeMenceritakan tentang Avalon Ganendra Abraham yang masih penasaran dengan sook yang pernah menolong waktu kejadian yang membuat adik kesayangannya meninggal. Dan tak sengaja mengenal sosok Ana Nadira Saputri yang ava pikir ada sangkut pautnya dengan...