n : sorry banget bahasanya suka berubah² sesuai mood. Enjoy the story aja yaa ✋ kalo ada typo comment yaa guys, sowwryyy.
[SUDUT PANDANG TAMARA]
Setelah sarapan bersama di restoran Korea favoritku, kami kembali melanjutkan perjalanan panjang menuju Jakarta kurang lebih 9 Jam.
Sesampainya di Jakarta!!! Kami memasuki kawasan apartemen Yudhistira. Aku tak bisa memalingkan wajahku dari bangunan bangunan pencakar langit disini. Hingga mas Meda menepuk bahuku dari samping. "Hey, kamu kenapa?" Aku reflek menoleh, "hah?"
"Kita udah sampe mas?" Tanyaku untuk memastikan.
"Udah, mas mau parkir di basement." Ucap mas Meda yang kemudian kembali melajukan mobilnya ke parkir basement yang lumayan jauh.
"Jauh banget mas" aku membayangkan betapa encoknya kaki ini nanti.
"Ada lift tenang aja" ucap mas Meda yang membuatku sedikit lega.
"Fyuh, kukira ngga ada"
"Masa iya apartemen segede ini gak punya lift." Sahut mas Meda seraya menggelengkan kepalanya.
"Mas punya berapa kamar?" Tanyaku pada mas Meda yang sibuk memarkirkan mobilnya.
"Satu." Aku tercengang dengan jawabannya, "hah kok satu?!" Mataku reflek membulat dan dahiku menyernyit.
"Mas yang bener aja! Aku tidur dimana???" Aku menggaruk tengkukku yang sama sekali tak gatal.
"Ya di kamar mas lah" Jawab mas Meda dengan ekspresi wajah tanpa beban ataupun dosa.
"Hah? Ogah!" Kini mas Meda yang menyernyitkan dahinya, "Lho kenapa? Kan kamu istri saya. Emangnya salah tidur sekamar?" Tanya mas Meda kembali.
"Mas inget yaa! Kita itu nikah karena disuruh orang tua! Bukannya kemauan sendiri. Jadi, hidup mas ya punya mas, aku ya aku." Aku menegaskan kata kata yang aku ucapkan padanya.
"Emangnya mas ada bilang hidup kamu punya mas? Tamara, mas tau kok kamu belum bisa terima ini semua. Mas juga gak akan paksa kamu disini." Mas Meda diam sejenak. "Sekarang kamu maunya gimana? Mau pindah ke unit yang ada 2 kamar?" Tanya mas Meda.
Aku berpikir sejenak sebelum mengambil keputusan ini. Sekarang kita baru saja sampai di Jakarta selama 9 Jam perjalanan dari Jogja. Mas Meda dengan mata lelahnya kini tengah menatapku menunggu kepastian. Meskipun aku tidak ingin sekamar dengannya, aku tetap tak tega membiarkan lelaki ini harus direpotkan oleh diriku sendiri, apalagi selama 9 jam ini mas Meda menyetir sendiri tanpa memintaku menyetir bergantian padahal dia tau aku bisa menyetir.
"Gausah mas." Aku memalingkan wajahku kemudian turun mendahului dia.
Kami dibantu security disana untuk membawakan barang barang ke unit 'kami'. Sesampainya di lantai 12, mas Meda langsung berbaring di sofa tanpa mengganti pakaiannya.
Mungkin dia kelelahan. Aku juga tak ingin mengganggu istirahatnya, akhirnya aku masuk ke dalam kamar mas Meda.
Disana aku bisa melihat betapa rajinnya pria yang disebut suamiku itu. Banyak sekali sticky note yang ditempelkan di depan meja kerja nya.
Aku juga melihat ada album musik yang dijejerkan di sebuah rak kaca beserta koleksi miniatur miniatur lainnya.
Aku berinisiatif membereskan beberapa baju yang tergeletak di ranjang. Tetapi tiba tiba saja mas Meda masuk ke dalam kamar, "Tidur aja Tam. Itu biar mas yang beresin."
"Lho kok mas bangun?" Tanyaku mengabaikan perintahnya.
"Sofanya gak empuk." Ucap mas Meda yang kemudian membuka atasannya begitu saja di depanku. Aku reflek menutup mata walaupun sudah sedikit melihat punggungnya yang tampak seperti model.
"MAS! NGAPAIN SIH?" Aku berlari keluar kamar kemudian duduk di sofa.
"Sial, kalo mau ganti baju kenapa gak di kamar mandi aja sih?!" Aku terus menggerutu hingga tanpa sadar ternyata sofa ini sangat empuk, hingga membuatku tertidur lelap disana.
|17.15|
aku terbangun dengan nyaman dari sofa itu, aku merasa ada sesuatu yang memberatkan perutku, aku pun menoleh ke belakang. "MAS MEDA?!" Kenapa mas Meda tiba tiba tidur bersamaku? Tunggu! Ini bukan sofa! Ini kamar!
Aku berusaha melepaskan pelukan mas Meda dari tubuhku,tetapi tangannya begitu berat sehingga membuatku menyerah dan memilih untuk diam. Tapi aku tidak bisa terus begini, sebuah ide terbesit di pikiran ku, aku memutar tubuhku hingga berhadapan dengan mas Meda, aku berpikir sejenak untuk melakukan ini tapi, akan kucoba! Aku pun mencium pipi mas Meda hingga membangunkannya dari tidur. Yes! Mas Meda akhirnya melonggarkan pelukannya.
Aku pun mengambil kesempatan untuk pergi dari sana, namun mas Meda menahan ku. "Mas aku lapar!" Aku mengerutkan bibirku, mas Meda pun bangun kemudian pergi keluar kamar tanpa kata kata. "Dasar aneh" gumamku.
Aku mengikuti langkahnya yang menuju ke dapur, ia mengambil sesuatu dari kulkas dan mulai menyibukkan diri dengan peralatan masaknya. "Kalo mau ngemil atau makan ambil aja langsung di kulkas." Ucap mas Meda tiba tiba.
"Gapapa?" Tanyaku yang disambut ekspresi heran dari mas Meda. "Kamu lupa ya? Sekarang ini rumah kamu juga." Ucap mas mengingatkan ku kembali pernikahan kami. "Ohh.."
Woah! Ternyata suamiku serba bisa, ya? Aku sejenak merasa keberadaan ku sepertinya sama sekali tidak berguna, tetapi ku akui dia memang tidak seburuk itu.
"Kamu kapan mulai kuliah lagi?" Tanya mas memecahkan keheningan diantara kami.
"Hm..besok juga udah bisa kok mas." Jawabku kemudian melahap makanan.
"Hm! Enak masakan mas!keren!" Tanpa sadar kata kata itu terucap dari bibirku.
"Kalo masih capek, lusa aja." Ucap mas Meda tanpa menghiraukan pujiannya.
"Enggak kok, biasa aja. Kalo mas?" Tanyaku balik.
"Mas juga mau langsung masuk besok." Jawabnya.
"Ohh" Tepat sekali. Hanya sampai situ percakapan kami.
Voment for appreciate ✨
Kalau ada saran/masukan bisa di kolom komentar atau DM aja yaa!
see u in d next part
Enjoy~
KAMU SEDANG MEMBACA
my perfect 'Mas'
RomantikTerpaksa menikahi seseorang yang tidak dicintainya demi bisa melanjutkan pendidikan ke Jakarta, Tamara yang terkenal keras kepala tak mampu bekutik dikala dalam waktu semalam, dirinya sudah berstatus menjadi istri seseorang. Suaminya, Kameda Husein...