Karina memakai kostum renang mirip dengan kostum siswi lainnya. Tentu saja Karina tak akan mengekspos badannya secara terang-terangan di hadapan siswa mata keranjang itu. Karina melihat Brian yang sedang memandang Wendy dengan tatapan aneh. Karina bergidik ngeri sendiri melihatnya.
Sebelum itu, Pak Jamal sudah menyuruh mereka untuk mengambil kostum renang masing-masing di rumah. Waktu yang tersisa di kelas sebelas tinggal beberapa pekan lagi. Karena itulah Pak Jamal memajukan ekstra tambahan.
Sementara Navaro berusaha menyembunyikan kegugupannya. Dada Karina tercetak jelas begitu besar karena kostum renang yang sangat melekat itu. Navaro jadi berpikiran macam-macam, apakah dada Karina akan cukup di cakupan tangannya?
Navaro menggeleng-gelengkan kepalanya sendiri. Virus mesum Bima sudah semakin menjalari sebagian besar otaknya.
"Varo, kenapa kamu pakai baju sih? Harusnya lepas aja biar aku lihat sixpack kamu!" tutur Karina yang sedang melakukan pemanasan asal-asalan.
"Pemanasan yang bener! Jangan berisik!" ketus Navaro tanpa melihat lawan bicara.
"Siapa di sini yang belum bisa renang?" tanya Pak Jamal membuat beberapa murid mengangkat tangannya, termasuk Karina.
"Kenapa, Pak? Yang belum bisa harus belajar sama yang udah bisa ya, Pak? Saya bisa dong belajar sama Navaro?" Raut wajah Karina berubah penuh harap dan gembira. Tapi itu tak berselang lama.
"Bukann! Yang udah bisa silahkan pelajari teknik-teknik renang, nanti akan bapak tes satu-satu. Yang belum bisa, silahkan ikuti instruksi bapak."
"Yang udah bisa menepi dulu. Yang belum silahkan masuk kolam," sambung Pak Jamal.
Karina mendesah kecewa karena tak bisa berdekatan dengan Navaro. Padahal itulah tujuannya mengikuti ekskul ini. Ingin sekali Karina menyentuh tubuh Navaro saat dia sedang basah. Memikirkannya saja membuat Karina bergairah sendiri.
Navaro tak ingin melihat ke arah Karina. Ia hanya fokus pada sebuah selebaran kertas dari Pak Jamal untuk dipelajari olehnya.
"Var, sini, Var. Pak Jamal udah pergi!" teriak Beno yang saat ini sedang mencoba mendekati Devia yang tengah berlatih bersama dengan Karina dan Chika.
"Males," tutur Navaro.
Ia langsung melengos saat Karina memutar tubuh dan menatapnya. Karina langsung saja menghampiri Navaro yang duduk di tepi kolam renang bersama seorang siswa yang tak Karina ketahui namanya.
"Varo! Ayo dong bantuin gue renang. Tuh Wendy aja dibantuin sama Brian."
Navaro menoleh ke arah Brian yang malah asik bermain-main dengan Wendy. Navaro menghela napas, pasti Karina iri dengki dengan kemesraan mereka.
"Lo minta tolong aja sama yang lain!" Navaro beranjak dari sana yang membuat Karina berdecak kesal. Navaro masih belum juga berbaik hati padanya.
Navaro memilih untuk ke lorong sebelah utara—untuk membaca materi dengan tenang di sana. Sampai pada akhirnya Pak Jamal kembali lagi.
"Varo ngapain kamu di sini? Ayo kembali! Kita akan tes kalian yang udah siap."
***
Tes berjalan dengan lancar. Sebagian besar murid yang bisa berenang pun bisa menerapkan teknik yang diajarkan. Ada juga beberapa siswa yang masih belum bisa berenang dengan baik, seperti Karina yang sejak tadi cemberut karena ia mendapat nilai C untuk ekstrakurikuler pertama.
"Udahlah, Rin. Chika yang dapet D aja nggak masalah. Gue ngakak banget tadi dia kayak kecebong aja, HAHAHAHA!" tawa Devia yang keras itu membuat Pak Jamal yang masih ada di sana memicingkan mata elang padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boy (18+)
Romance"Sshh!" desis Navaro saat merasa dua buah dada menyembul besar itu bersentuhan dengan dada bidangnya. Entah mimpi apa yang dialami oleh Navaro-anak seorang Ustadz yang dikejar-kejar oleh gadis terseksi di sekolah. Navaro harus menahan hasratnya mati...