29 - Ribetnya Perjodohan
Jeya memakan makanannya kurang bersemangat. Di sampingnya ada Haekal yang juga tengah memakan makan siangnya sedangkan kakek Jay duduk di sebrang mereka.
Ada banyak pertanyaan yang ingin Jeya tanyakan tapi tertahan karena kakek masih menyuap makanannya.
Tepat saat makanan di piring kakek habis, Jeya segera buka suara.
"Kak Ardan sama kak Feli kenapa gak jadi makan bareng sama kita, Kek?"
Kakek Jay melap mulutnya lalu tersenyum tipis. "Feli pulang ke rumah orangtuanya, maminya sedang sakit jadi dia harus pulang dulu."
"Terus kak Ardan ikut nganterin dia pulang ke rumahnya?"
Untuk pertanyaan satu ini kakek tak menjawab. "Coba kamu tanyakan saja pada kakakmu nanti, dia ikut mengantar pacarnya pulang atau tidak."
Tatapan kakek beralih pada Haekal yang baru selesai menelan suapan terakhirnya.
"Haekal, nanti ke ruangan saya ya. Ada yang ingin saya bicarakan dengan kamu."
Tanpa berpikir dua kali, Haekal segera mengangguk. "Baik, Tuan."
"Panggil saya kakek."
"Em, iya. Baik ... kakek." Ini bukan pertama kalinya Haekal memanggil tuannya dengan sebutan kakek tapi tetap saja rasanya kurang sopan.
"Ya sudah, habiskan makananmu Jeya. Kakek ke ruang kerja dulu."
Jeya hanya mengangguk, ingin bertanya tapi kakek terlihat enggan ditanya-tanya. Ia menoleh pada Haekal.
"Kakek kenapa ya nyuruh lo ke ruangannya?" tanyanya yang jelas dijawab gelengan oleh Haekal.
"Saya tidak tahu."
"Mau gajihan kali ya? Tapi 'kan biasa ditransfer sama sekertarisnya." Ia seolah bertanya pada diri sendiri. "Lo gak ada buat masalah 'kan, Kal?"
"Seingat saya tidak ada."
"Terus kenapa kakek nyuruh lo ke ruangannya?"
"Mungkin ada sesuatu yang perlu dibicarakan. Saya ke sana dulu." Haekal segera berdiri.
"Jangan lama-lama di sana, gue bosen pengen keluar."
"Iya."
"Lama, gue tinggal."
Tersenyum tipis, Haekal mengangguk. "Iya, Jeya."
***
Tak berselang lama setelah Haekal masuk ke ruangan kakek Jay, Ardan pulang. Jeya yang tadinya hendak bertanya perihal makan siang bersama Feli yang tiba-tiba batal jadi sungkan saat menyadari raut tak bersahabat kakaknya.
"Kakek di rumah?" tanya Ardan.
Jeya segera mengangguk. "Di ruang kerjanya."
Kepergian Ardan membuahkan tanda tanya besar di benak Jeya. Ada apa dengan kakak dan kakeknya? Kenapa hanya dia yang dibuat bingung di rumah ini?
Ruang kerja itu hening. Setelah mengetuk pintu dan mendengar sahutan dari dalam, Haekal segera masuk.
"Ada apa kakek memanggil saya?" tanyanya sopan.
"Duduk dulu, Kal."
Haekal segera menurut. Tanpa sengaja tatapannya terjatuh pada dua buah foto di atas meja. Foto yang berhasil menyita semua perhatiannya.
"Ini ..." Ia tak mampu melanjutkan ucapannya.
Seolah mengerti dengan kebingungan pemuda di hadapannya, kakek Jay segera menjawab. "Itu kalian saat kecil dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
WGM 3 - (Bukan) Pura-pura Menikah
Dla nastolatkówSelamat datang di We Got Married series! WGM berisi tentang tiga lelaki dewasa yang enggan menjalin hubungan serius. Komitmen tentang berumah tangga adalah omong kosong belaka. Tak ada satupun dari mereka yang tertarik dengan itu. Tapi bagaimana ji...