Senandung kedua puluh tiga

247 55 8
                                    

Suara sorak sorai dari masing-masing suporter sekolah lawan yang bertanding, meramaikan pertandingan basket yang saat ini sedang berlangsung. Tentu saja sorakan paling ramai dari sekolah yang menjadi tuan rumah.

Meski dari sekolahku juga cukup banyak pendukungnya yang datang, tetap saja suara dari pendukung tuan rumah yang menang.

Di sebelahku Rere sudah berteriak-teriak dari tadi memberi semangat sang pujaan hati, Randy. Sementara aku cuma ikut-ikutan tepuk tangan kalau salah satu murid sekolahku mencetak angka. Ya, aku gak mau teriak-teriak kayak Rere yang nyaris putus pita suaranya saking semangatnya kasih dukungan. Padahal logikanya gak mungkin juga Randy denger suara dia yang teriak-teriak kasih semangat.

Wong Randynya sendiri lagi sibuk konsentrasi mencetak angka, mana sempat kan memperhatikan cewek-cewek yang sebagian besar penggemar dia? Lengah dikit, bisa-bisa bola di tangan disambar lawan.

"Randy ganteng banget sih ... mau dong jadi handuk buat ngelap keringatnya dia... " Rere mulai sok lebay. Matanya terlihat berbinar-binar tak pernah putus memperhatikan Randy yang sedang berjuang di lapangan sana. Semua gerakannya kayaknya gak pernah luput dari matanya. Randy membawa bola, Randy merebut bola, Randy melakukan slam dunk, semua dicomment sama Rere.

"Daripada jadi handuk buat ngelap keringat Randy, mending elu jadi pacarnya aja, Re."

"Alyssa... kok elu pinter sih? Elu doain gue ya biar jadian sama Randy? Makasih sayangku..."

"Dih, lebay. Ya seenggaknya kalo lu punya pacar kan gak usah maksa-maksa gue lagi buat nemenin elu nonton tanding basket kayak gini."

"Kok gak ikhlas banget sih nemenin gue? Kan habis ini gue traktir pizza... "

"Iya sih, pizzanya dua loyang ya? Satu buat gue bawa pulang."

"Kok?"

"Dua loyang buat gue bawa pulang kalo gue bisa ngajak Randy ikut makan pizza sama kita," kataku mengajukan penawaran. Aku tahu Rere gak bakal berani ngajak Randy makan pizza bareng kami, biasanya kan cewek kalo naksir diem-diem gitu suka malu-malu meong buat deketin cowok yang dia taksir. Mungkin malu kalo ditolak. Karena itu aku mengambil kesempatan ini, lumayan dua box pizza untuk ku bawa pulang. Uang belanja bisa irit nih.

"Beneran?" Mata Rere melotot tidak percaya." Elu berani ngajak Randy makan pizza bareng kita?"

"Emang kenapa? Tinggal ngomong doang kok, jangan takut. Gue gak naksir Randy, jadi lu gak perlu takut bakal gue tikung."

"Nggak. Siapa yang takut elu tikung? Elu kan udah punya pawang. Tapi beneran Al, elu berani ngomong gitu ke Randy? Ngajak dia makan pizza bareng kita?"

"Serahin sama gue. Dua loyang ya."

"Kalo lu berhasil, jangankan dua loyang. Tiga loyang gue kasih buat elu bawa pulang!"

"Asyik, deal ya."

Rere masih memperhatikanku, sepertinya dia masih gak yakin aku bakal berani ngajak Randy makan pizza bareng. Atau bakal berhasil ngajak tuh cowok.

"Ngomong-ngomong, lu bawa duit banyak kan?"

****

Ternyata gak seseram atau sesulit yang dibayangkan kok mengajak Randy untuk ikut makan pizza bareng kami. Dia oke-oke saja, tapi mengajak satu orang temannya yang namanya Bintang. Sama-sama anak tim basket juga.

Rere yang menunggu agak dikejauhan, terlihat terbelalak tidak percaya melihat aku yang datang menghampiri dengan Randy dan Bintang. Tapi dari sinar matanya yang seterang lampu bohlam lima puluh watt, aku tahu dia sedang senang bukan kepalang. Mungkin gak menyangka aku bakal berhasil mengajak Randy. Sesenang itu ya bisa makan bareng gebetan?

"Re, kenalin. Ini Randy, ini Bintang. Dan ini temen gue yang cantik, Rere. Yang mau traktir kita makan pizza guys," kataku memperkenalkan mereka. Aku gak pernah jadi mak comblang, tapi kali ini demi tiga loyang pizza, its okelah.

"Hai." Ketiganya kenalan, Rere masih malu-malu kucing. Berubah jadi sok lembut dan kalem begitu. Padahal kalau di depanku, petakilan. Mendadak di depan Randy jadi putri Solo. Padahal Hangga yang orang Solo aja gak kalem-kalem banget kayak gini.

Tadi pagi sebelum berangkat nonton tanding basket dengan Rere, aku gak sempat ketemu Hangga. Juga gak sempat ngasih tahu dia kalau hari ini mau pergi dengan Rere. Kupikir hari ini mungkin Hangga juga sibuk membantu Pak Zammy membimbing para peserta olimpiade matematika yang tinggal hitungan hari. Jadi mana sempat bertanya padaku kan mau pergi ke mana?

Kalau dipikir-pikir semenjak pulang dari ulang tahun Hangga tempo hari, ada jarak yang tak terlihat diantara kami berdua. Meski kami masih suka berangkat ke sekolah bareng, tapi jarang pulang bersama lagi. Selain karena kesibukan Hangga, aku juga bukan tipe cewek yang bergantung pada laki-laki untuk mengantarku pulang. Jadi aku tidak pernah berinisiatif menunggu Hangga selesai memberi bimbingan, agar kami bisa pulang bareng.

Dulu sebelum pacaran dengan Hangga, aku juga berangkat dan pulang sekolah sendiri kok. Jadi apa salahnya mulai sekarang membiasakan diri pulang sekolah sendiri pula? Tidak selamanya kami akan bersama terus kan?

Jika mengingat itu, ada setitik rasa sedih di hati. Kenapa kebersamaan kami begitu singkat? Apakah setelah lulus kami masih bisa bertemu lagi?

Tapi jika mengingat percakapan di hari itu, antara Hangga dan ayahnya. Sepertinya sudah dipastikan bila Hangga akan melanjutkan kuliahnya di luar negeri. Entah di negara mana ia akan kuliah. Namun di negara manapun ia melanjutkan pendidikannya, perpisahan adalah sesuatu yang pasti akan terjadi diantara kami. Dan aku harus mempersiapkan hati dan diriku sendiri, untuk menghadapi perpisahan yang tinggal hitungan angka.




Saya mau publish cerita baru, tapi setelah saya pikir-pikir lagi lebih baik saya tunda dulu. Karena dua novel saya di wattpad ini belum tamat (rencananya sebelum lebaran mau saya tamatkan keduanya). Lalu ada satu novel di karyakarsa dan extra chapter love is blue juga di sana.

Jadi saya pending dulu novel baru saya, masih saya simpan di draft, mungkin bakal saya publish langsung banyak bab biar kalian gak nunggu saya update lama-lama.

Karena terus terang, sepertinya saya masih jauh dari kata puas dengan semua novel yang saya buat. Ingin membuat cerita yang lebih bagus dan lebih bagus lagi, tapi apalah daya terkendala kesibukan juga. Tolong kritik dan sarannya yang membangun untuk saya, apa saja kekurangan dari semua novel yang saya tulis. Karena saya sedang insecure dengan tulisan-tulisan yang saya hasilkan. Terutama setelah membaca hasil karya beberapa penulis senior yang karyanya lebih bagus dari saya. Sangat jelas sekali betapa amatirnya saya ini dalam bidang kepenulisan.

Terima kasih untuk suport kalian.

Salam sayang,

Eykabinaya

11 maret 2023

Senandung cinta untuk Alyssa(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang