n : sorry banget bahasanya suka berubah² sesuai mood. Enjoy the story aja yaa ✋ kalo ada typo comment yaa guys, sowwryyy.
[SUDUT PANDANG MEDA]
Aku hendak menyusul Tamara yang berjalan terlebih dahulu keluar. Setelah mengunci ruangan dan mengambil mobilku di parkiran, aku pun menyusulnya, namun tepat ketika aku hampir saja dekat dengan Tamara, seorang mahasiswi yang bernama Agnes mencegat mobilku.
"Kak Meda!" Aku yang terkejut langsung menginjak rem mendadak.
Mahasiswi itu langsung mengetuk kaca mobilku, aku pun membukanya. "Kamu ngagetin saya aja! Kalo ketabrak gimana coba?" Aku menghela nafas panjang. "Ya, kak Meda tanggung jawab lah! Hahaha!" Ucapnya. Karena tak ingin membuat Tamara menunggu lama, aku pun langsung menanyakan apa tujuannya, "Ada apa? Saya mau makan siang."
Agnes merogoh saku celananya kemudian menunjukkan sebuah tiket bioskop, aku diam tak bereaksi. "Kak, nanti malam ke bioskop yuk! Kaka suka film ini kan?" Ajaknya seraya menyodorkan tiket tersebut kepadaku.
"Saya gak bisa nes, ada urusan penting." Ekspresi wajah Agnes seketika berubah drastis, "kak Meda biasanya malam minggu free, urusan penting apasih?" Aku jadi serba salah, jika aku jawab aku sudah punya istri pasti bakal heboh dan takutnya semuanya terbongkar, malah Tamara nanti yang benci denganku. Aku akhirnya berbohong karena ada rapat. "Saya ada rapat nes, maaf." Akhirnya mahasiswi itupun menyerah dengan tiket bioskop nya. Namun ia tak kunjung meninggalkan ku.
"Kak, makan siang bareng yuk! Agnes juga belum makan siang nih." Seharusnya aku tidak bilang aku ingin makan siang tadi. "Saya ada janji makan siang sama temen nes." Ucapku berharap ia berhenti, "Wah seru tuh! Agnes ikut ya? Pasti seru kalo rame rame!" Dia malah semakin bersemangat. "Agnes." Aku menegaskan namanya.
"Iya kak, kenapa?" Sahutnya menanggapi wajah serius ku.
"Maaf, saya gak bisa pergi sama kamu. Saya gak akan kasih alasannya, karena ini bersifat pribadi." Aku menegaskan kata pribadi di akhir. Mahasiswi itu pun akhirnya pergi dengan kecewa, sejujurnya aku agak tidak enak namun aku tidak bisa bohong dengan perasaanku. Aku pun menoleh ke arah Tamara berdiri tadi, tetapi kini ia sedang berjalan bersama seorang mahasiswa laki laki yang tidak terlihat asing.
"Andre?! Ngapain Tamara jalan sama Andre?!"
[SUDUT PANDANG TAMARA]
Tak jauh dari sana, ternyata ada restoran Korea yang dari tampilan luarnya saja sudah menggugah selera makan ku. Aku meneguk air ludah ketika melangkahkan kaki ke dalam sana. Andre mengintruksikan kepada ku untuk memilih makanan terlebih dahulu. Walaupun Andre bilang akan mentraktirku, aku tetap mengambil lauk di harga yang sesuai dengan isi dompetku. "Dikit amat makan Lo." Ucap Andre.
"Lagi diet." Jawabku singkat. Setelah selesai mengantre lauk, aku pun mencari tempat duduk yang kosong. Karena jam makan siang, tempat ini menjadi sangat padat. Dari luar jendela, aku bisa melihat mobil mas Meda yang tengah diparkir di depan restoran ini. Mataku sibuk mencari keberadaan mas Meda.
"Cari apa? Mata Lo gua liatin sibuk banget dari tadi." Andre ternyata mengamati ku sedari tadi, "ngapain Lo liatin gue?" Aku beralih ke makananku dan kembali melahapnya meskipun perasaanku tak tenang dibuatnya. Bukannya kepedean tapi entah kenapa aku merasa sepertinya Andre ini tertarik padaku.
Aku melihat mas Meda memasuki restoran dan duduk tepat di belakang meja ku. Aku deg degan setengah mati takutnya mas Meda melakukan sesuatu yang akan membongkar hubungan kami.
Selesai makan aku buru buru membayarnya tanpa mengingat traktiran dari Andre. "Ndre gua duluan yaa!" Ucapku pada Andre yang makanannya belum habis. "Lho bentar Tam!" Aku tak menghiraukannya lagi dan melarikan diri dari sana.
Sesampainya di apartemen mas Meda. . .
Sesuai dugaan, mas Meda belum sampai di apart. Aku mulai overthinking, bagaimana jika ada yang tau soal pernikahan kami? Lagian salahku juga gak pernah nanya soal ini. Duh mas ada ada aja!
Nit Nit Nit
Sepertinya itu mas Meda. Aku pun langsung masuk ke dalam kamar dan menguncinya.
Benar saja, belum satu menit, mas Meda mengetuk pintu kamar. "Tamara? Kamu lagi ngapain? Mas mau ngomong." Aku diam sejenak kemudian menyahuti pertanyaan mas Meda dari luar, "lagi ganti baju mas." Setelah itu tidak ada suara lagi.
Beberapa menit kemudian, dengan pakaian yang berbeda aku keluar dari kamar dan menghampiri mas Meda yang tengah menonton berita tetapi kelihatannya ia tidak sedang menonton TV melainkan sibuk dengan pikirannya.
"Mas? Kenapa?" Tanyaku seraya duduk disebelahnya.
"Hm...mas mau kasih tau kamu sesuatu." Ekspresi nya tampak serius, entah apa yang akan dia sampaikan. *Glek* "apa mas?" Tanyaku lagi. "Mas gasuka liat kamu jalan sama Andre." Aku reflek menjauh. "Ih bukan urusan mas juga."
"Bukan urusan mas gimana? Kan kamu istri mas." mas Meda menyudutkan ku ke tepi sofa. "Aku aja gak urusin urusan mas sama pacar mas tadi. Padahal disitu aku udah laper banget tau! Mana capek abis jalan jauh, nungguin lama." Aku memalingkan wajah ke arah televisi.
"Itu bukan pacar mas, Tamara." Bantahnya, "kamu cemburu yaa?" Tanya mas Meda tiba tiba, "dih siapa juga yang cemburu? kegeeran banget sih! liat aja nanti juga aku punya pacar!" mas Meda semakin mendekatkan tubuhnya. "Apasih mas?!", "Berani kamu mau selingkuh?" mas Meda menggertakan giginya.
"S-selingkuh?"
Voment for appreciate ✨
Kalau ada saran/masukan bisa di kolom komentar atau DM aja yaa!
see u in d next part
Enjoy~
KAMU SEDANG MEMBACA
my perfect 'Mas'
RomanceTerpaksa menikahi seseorang yang tidak dicintainya demi bisa melanjutkan pendidikan ke Jakarta, Tamara yang terkenal keras kepala tak mampu bekutik dikala dalam waktu semalam, dirinya sudah berstatus menjadi istri seseorang. Suaminya, Kameda Husein...