PART 5

635 53 1
                                    

Terlihat di sebuah warung yang tak jauh dari Hervald High School, terdapat empat tikus imut sedang nangkring sambil menyantap makanan masing-masing.

"Ehh Zoy, kakak lu mana? tumben bolos kaga ajak-ajak" ucap Herris sambil mencomot satu mendoan dan menyuapkan sesendok mie nyemek ala mbok Eni.

"Tau tuh, pas jam pelajaran pak Alan main kabur aja tu anak meninggalkan diri ini terjebak dengan kepedofilan pak Alan" Ara bergidik ngeri mengingat senyum mengerikan guru biologi itu.

"Paling juga bolos keruang musik dia, kaya ga tau aja kemana tu anak bolos" Herris mengingat sohibnya itu suka nangkring di ruang musik apabila batang nose nya tidak terlihat di warung mbok Eni.

"Tuh tau tu, napa bertenye lagi" ucap Zee dengan nada meledek khasnya.

"Gabut" cengir Herris membuat Zee memutar bolanya malas dengan teman prik kakaknya ini.

"Buju buseet Dul, lu sultan tapi kek ga makan dua hari" kaget Ara yang melihat Adel yang sejak tadi terhitung tengah memakan mendoan ketujuhnya.

"Hehe enak soalnya, lagian tadi ni otak serasa meledak di gempur dua mapel mematikan pagi ini" ucap Adel yang di angguki oleh Zee yang malah menunjuk-nunjuk mereka dengan mulut penuh makanan yang belum tertelan.

"Telen dulu Zoy, lo keselek yang kasian mbok Neni nanti warungnya tutup gegara lo koid keselek bakwan" ucap Herris yang berhasil mendapat hadiah timpukan dari Zee yang berada di sampingnya.

"Uhuk-heh! enak aja doain orang yang kaga kaga" Zee menatap tajam Herris yang berada di sampingnya.

"Lo mau ngemeng apaan emang? sampe excited bgt gitu" tanya Ara.

"Gue baru inget belum mulai challenge nya, waktu challengenya udah mulai dari kemaren kan?" ucap Zee yang diangguki mereka semua.

"Kalian udah pada beraksi?" kali ini Adel yang berbicara.

"Beloman sih, kan waktu aing teuh lama gampang lah itu" ucap Ara dengan pedenya karena waktu challenge yang dia dapat memang masih panjang, terhitung baru satu hari yang berkurang jadi tak masalah baginya.

"Pede gila lo, inget buaya buntung kek lo ga bakal bisa naklukin hati bidadari itu dalam satu hari" cibir Herris yang membuat mereka tertawa kecuali Ara tentunya.

"Yee liat aja nanti lu, awas aja kalo gue keterima diantara salah satu dari mereka" ucap Ara yang masih yakin dengan dirinya.

"Pede gila buaya buntung!" cibir Herris mengejek sohib buntungnya ini.

"Lo lutung!" balas Ara tak terima.

Alhasil terjadi adegan timpuk-timpukan antara kedua tung ini.

"Dasar double tung" Zee menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua sohib kakaknya ini.

"Es tung tung dong" timpal Adel yang membuat keduanya saling pandang dan tertawa dengan segala ke tung-tungan ini.

Ruang Musik

Terdengar suara petikan gitar yang mengalun indah di dalam ruangan itu. Seonggok manusia kini tengah duduk sambil memangku gitar hitam kesayangannya dengan sedikit bersenandung mengikuti irama petikan dari gitar yang ia mainkan. Tak lama petikan yang ia mainkan kini berubah menjadi sebuah genjrengan yang mengalun di seluruh penjuru ruangan itu.

Cantik
Ingin rasa hati berbisik
Untuk melepas keresahan dirimu

Ia tersenyum ketika muncul sekelebat bayangan sempurna sang bidadari yang mampu menarik perhatiannya sejak awal ia menginjakkan kaki di sekolah ini.

Amtrak (PENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang