Brenda hari ini kuliah seperti biasanya. Rose yang duduk di sampingnya, terlihat serius memperhatikan Dosen yang tengah mengajar. Mereka sudah berada di semester akhir omong-omong.
Selang satu jam kemudian, ketika kelas sudah selesai, Brenda dan Rose memilih pergi ke kantin untuk makan siang.
"Minggu depan sepertinya aku tidak masuk kuliah." Rose berkata sembari menyuapkan makanan.
"Menemui paman mu di Aussie?"
Rose mengangguk. "Sudah lama juga aku tak bertemu mereka, sekalian liburan sebentar."
"Mau ku temani?" Brenda menawarkan, yah lumayan juga sambil liburan.
"No. Thanks." Tolak Rose cepat.
"Kau!" Brenda menatap sinis, kesal karena Rose justru malah tertawa melihat responnya.
"Aku tak mau liburanku harus dibuntuti orang-orang yang menjagamu." Jawab Rose. " Nanti saja kalau kau sudah bebas dari pengawasan ayahmu."
Brenda menghela nafas, "sepertinya mustahil." Gadis itu memijit pelipisnya, "hanya saat kuliah saja aku bebas. Itu juga aku harus menukarnya dengan segala pekerjaan yang ayahku perintahkan."
Tentu, ada harga yang harus Brenda bayar untuk dapat bebas tanpa dibuntuti anak buah sang ayah saat ia berkuliah. Yaaa contohnya seperti kemarin-kemarin, tentang emas, barang terlarang.
Pekerjaan? Ya Brenda menyebutnya seperti itu.
"Mungkin saat kau menggantikan ayahmu nanti?"
Brenda tertawa pelan, "itu berarti ayahku harus mati dulu jika aku menggantikannya. Aku akan berebut kekuasaan dengan adik-adiknya ayah ku."
Mereka berdua tertawa. "Kau pasti bisa." Kata Rose.
"Ya semoga saja aku juga tidak mati melawan saudara-saudara ayahku." Brenda tersenyum. "Hey, aku pergi ke toilet dulu sebentar."
"Okay."
Brenda pergi ke toilet dan meninggalkan Rose sendirian di kantin. Dia hanya akan membenarkan tatanan rambutnya saja dan memoleskan make-up sedikit.
Tapi ketika di lorong, mata sipit Brenda mengernyit.
Apa barusan ia salah lihat?
Punggung itu, punggung yang Brenda kenal. Postur badannya mengingatkan Brenda pada seseorang.
"Rick?" gumamnya, seraya memperhatikan seorang pria dengan topi hitam berjalan memunggunginya.
Brenda mengikuti orang itu, berjalan sampai ke belakang gedung kampus. Ia berdiri di depan ruangan yang ia tahu itu adalah gudang kosong yang sudah belasan tahun tidak terpakai.
Rose bilang di gudang ini ada hantu wanita yang gentayangan, Oh Tuhan Brenda tidak percaya tentu saja.
Tangan lentiknya perlahan mendorong pintu masuk dengan tangan kiri, tangan kanannya siaga berada di dalam tas memegangi pistol untuk berjaga-jaga.
Saat pintu terbuka, Brenda mengernyit karena ternyata ruangan itu kosong. Ia melihat ke sekeliling, lalu mencari-cari, apakah ini memang ruangan kosong atau ada ruangan lain lagi di dalamnya?
Brenda mendekat ke tembok bagian kiri dan mengetuk-ngetuk, sampai akhirnya ia merasakan kalau bagian ini bukan lah tembok. Brenda mendorongnya dan ternyata di sana ada ruangan lain tapi berdebu. Ruangan itu kosong.
Hal yang sama Brenda lakukan ke tembok sebelah kanan, sama juga, ternyata di sana ada ruangan kosong. Pintu nya disamarkan sehingga orang awam akan berfikir ini betul-betul gudang yang tak ada ruangan di samping kanan dan kiri.