Indah (3)

18.7K 1.5K 96
                                    

sorry lama :)

..

.

.

.


@@@@@



Indah terheran-heran mendapati Haikal yang sudah berada di rumah ketika waktu bahkan belum menunjukkan jam pulang kerja pria itu. Ini masih jam 4 sore dan Haikal malah asik bermain dengan sang anak.

Indah berpikir mungkin saja Haikal ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan sang anak, mengingat mereka akan berpisah beberapa lama. Ini memang pertama kalinya Haikal berpisah dengan sang anak untuk waktu yang cukup lama. Meski begitu, Indah mencoba mengabaikan rasa ibanya untuk perpisahan anak dan ayah itu.

Setelah hampir satu jam berlalu, Indah kini hanya tinggal mengemas barang-barang yang sekiranya selalu diperlukan selama perjalanan seperti tisu, popok untuk Haidar dan lain sebagainya.

"kenapa banyak sekali?" Indah dikagetkan dengan kehadiran Haikal yang tiba-tiba sudah duduk dibelakangnya.

"ya?"

Seperti biasa, pria itu akan bertanya singkat yang seringkali susah otak Indah cerna dengan cepat maksudnya.

"padahal cuma seminggu, kamu membawa terlalu banyak pakaian" pria itu menatap tidak suka pada koper Indah yang berukuran besar dan sangat penuh.

"ini kan berdua sama pakaian abang, terus ada beberapa pakaianku yang jarang kepake, mau aku kasih ke adik-adikku disana" dengan cepat Indah menemukan alasan yang tepat, padahal tidak ada satupun dari pakaian yang ia bawa diniatkan untuk dibagi pada adik-adiknya.

Setelah itu Haikal hanya terus memperhatikannya dalam diam, membuat Indah agak risih tapi tetap mencoba abai.

Keesokan harinya Haikal kembali membuat Indah terheran-heran karena pria itu dengan sukarela bahkan terkesan memaksa untuk mengantarnya menuju bandara meski Indah sudah menolak, Indah takut pekerjaan pria itu terganggu. Karena bagaimanapun selama ini pria itu seringkali menghindari ajakannya dengan alasan pekerjaannya yang jauh lebih penting.

Indah makin dibuat geger ketika baru mengetahui Haikal memesankannya tiket pesawat kelas bisnis. Demi apa?, mereka hanya akan pergi ke Solo, perjalanan yang singkat, tidak seharusnya Haikal berlebihan untuk itu. Bahkan jika tidak dipesankan Haikal, Indah berniat untuk naik kereta, mengingat sudah lama ia tidak menikmati perjalanan dengan kereta seperti dulu saat ia kuliah.

Namun pria itu tidak ingin dibantah terlebih dalihnya untuk kenyamanan sang anak.

"abang salim dulu sama papa" suruh Indah ketika mereka hendak melakukan check in.

Sang anak yang masih digendongan ayahnya tentu menurut. Haikal menciumi seluruh wajah anaknya membuat Indah tersenyum tipis. Tidak ada kesan dingin dan kaku jika pria itu sudah berhadapan dengan anaknya. Indah merasa sedikit bersalah karena sang anak harus berpisah dengan ayahnya untuk sementara, tapi hal ini harus ia lakukan.

"kami pamit dulu mas" ujar Indah kemudian menyalimi pria itu.

Dengan cukup mengejutkan, Haikal membawa Indah dalam pelukannya yang Indah balas dengan pelukan erat. Matanya berkaca-kaca mengingat mereka akan segera berpisah.

"hati-hati disana" ujar pria itu masih dengan pelukan mereka. Indah hanya mengangguk, tidak mampu untuk berkata-kata.

"hubungi aku kalau sudah sampai" ujar pria itu lalu melepaskan pelukan mereka dan Indah lagi-lagi hanya mengangguk. Mulutnya kelu untuk sekedar mengucapkan sepatah dua patah kata untuk perpisahan mereka.

My Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang