The XIX : Bestie

10 4 0
                                    


GO!

Kami keluar kantor dengan ekspresi benci dan dengki, muak lihat wajahnya yang sok cantik itu, rambut warna-warni ke sekolah pake make-up lagi, alay banget!

Glek. Kami menelan ludah.

Berdiri didepan gedung kecil yang ada di mimpi mati suriku.

" Lo duluan! ". Ketus Lily melirikku.

" Gak! Lo duluan! ". Dengan cepat aku membantah. Aku juga tidak mau, tersesat lagi di gedung ini.

" Oke ". Lily tidak menolaknya.
" Gue duluan dan lo dibelakang gue ". Katanya dengan santai langsung berjalan maju kedepan.

Aku melamun, agak syok dengan perkataannya tadi karena aku mengira ia akan menjawab 'gak! gak mau!' sampai pelajaran berakhir. Namun ini aku malah harus mengikutinya dari belakang.

Creepy... Aura gedung ini sama persis seperti ada di mimpiku, kotor, kumuh, gelap dan misterius.

Griieett. Dibukanya pintu gedung kecil dengan Lily yang terlihat santai. Lily menoleh ke aku.

" Lihat gak ada apa-apa kan ". Senyumnya yang cantik. Lho cantik? Iya ya, jujurly aku akui dia itu emang cantik sih.

Kami masuk ke gedung ini yang di dalamnya terdapat empat pintu. Semua pintu gedung ini terkunci, jadi kami membersihkan di area teras dan bagian depan-depan pintunya saja.

Sambil kami menyapu, aku merasakan Lily sesekali melirikku.

" Ella, kamu takut? ". Tanya Lily tiba-tiba karena melihatku sedikit gemetaran. Ya, aku memang sedikit trauma dengan gedung ini yang muncul di mimpiku hari kemarin .
" Mau istirahat dulu? ". Aku merengutkan dahi dengar tawaran penyihir pink ini.

Tumben baik, apa ada maunya? Aku yang ragu lebih baik menghiraukan penyihir satu ini.

" Ella!! ". Teriaknya sambil mengambil sapuku yang aku pegang.

" Apaansii!! ". Ambilku balik.

" Iiishh ". Kesalnya.
" GUE TAU LO MIMPI MASUK GEDUNG INI KAN!!! ".

TAKG. Terjatuhlah sapuku mendengar ucapan Lily barusan.

" Apa? Lo ketemu apa di gedung ini? ". Melototnya ke aku. Aku terdiam dan gemetar, menahan air mataku keluar.
" Orang? Ruangan yang aneh? Atau apaa? ".

Aku semakin lemas menjatuhkan diri, sedangkan Lily mondar-mandir sambil sesekali memegang dahinya.

" Guee ketemu Thoriqq ". Akuiku.

Lily berbalik badan dan berlari kecil ke aku. " Thoriq? Yang belum lama meninggal aneh kemarinankan? ". Aku mengangguk-angguk sambil menangis ketakutan.

Selama ini aku membenci Lily yang sering aku sebut dengan sebutan penyihir ataupun mak lampir, namun kali ini dia begitu hangat padaku, memelukku dan menenangkanku. Walaupun kami tidak sempat bertukar cerita, aku sedikit lega dan puas akan ke pekaan Lily padaku.

***

Aku melihat anak lelaki yang sedang menutup pintu uks dengan perlahan dan berbalik badan, hoodie putih yang dia pakai sama seperti milikku yang dipinjam. " Alex! ".

" Cadby! ". Alex melihatku dengan mata berbinar-binar, namun aku menatapnya begitu suram dan menjengkelkan.

" Masih hidup lo? ". Sapaku yang masih jauh darinya.

PCSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang