andai kau dan aku

209 5 0
                                    

CHAPTER
4

Aku berdiri di tepi corry lake, tempat favoritku bila ingin menyendiri. Sore ini mendung tak sedikitpun bergelayut di angkasa.
Hanya matahari yang terlihat di ufuk barat, seperti melambai selamat tinggal di ujung hari.
Suara burung air bersaut- sautan mengitari danau.
Air danau memantulkan warna langit yang berwarna jingga. Aku menghela nafas sepanjang mungkin. Sore yang indah..

Kakiku menginjak kerikil yang bergemeratak di bawah sepatuku. Aku bersandar pada kap mobil. Mengingat ingat apa yang salah. Memutar kembali rekaman otakku. Tentang Rain. Tentang kami. Tentang betapa kejamnya aku, tapi aku tak pernah menyakitinya. Aku tak pernah ingin. Aku sangat menyayanginya. Mungkin tidak seperti perasaanku pada shane. Tapi aku tak ingin kehilangannya. Aku tak pernah menduakannya.
Dia begitu istimewa dan aku...aku begitu tolol karena percaya pada kebohongannya.

Berkali kali aku mencari alasan agar tidak membencinya. Berulang ulang bayangan itu datang menghampiriku..merusak segala upayaku melupakannya.

Aku tak tau apa yang akan terjadi esok hari. Bagaimana aku harus menghadapi tatapan orang d i lorong kelas. Aku sudah bisa menduga, mulut besar anna pasti telah menyebarkan semuanya. Menempatkanku di posisi tersudut. Walau Aku korban dari kisah ini.

Aku mendengar suara langkah kaki semakin mendekat.
Seseorang dengan sepatu boot berjalan melewatiku dengan kail di pundaknya.wajahnya tertutup topi lebar ala coboy, menampakkan sedikit batang rokok dari mulutnya.

Aku tak mengenal wajah pria itu sampai ia menoleh dan menyapaku.
"Hei,Julie... Apa kabar?"
Aku melirik dari sudut mataku. Pria itu melepas topinya. "Masih ingat aku?"
Aku melebarkan mata coklatku dan tersenyum tipis. "Hai, Josh..."
" Mau ikut memancing? Aku akan pergi memancing dengan perahu kecil itu." ia menunjuk sebuah perahu biru yang berayun ayun di atas air. "Hei, Annie ayo cepatlah..!!" Josh berteriak ke belakang.

Dan seorang gadis muncul dari belakang Josh dengan wajah muram,seperti biasa..

Annie...
Aku berdiri terpaku di tempatku. Ya ampun..
"Ini putriku,Julie...dan Sayang, ini Julie..anak Edna Atkinson teman ayah..aku harap"
" Rupanya kau Atkinson..." Annie berkata sinis sekali saat menyongsong kami nenuju danau.
" Eh, kami sudah saling kenal Josh.."ucapku terbata.
"Oh begitu ya..kau yakin tidak mau ikut kami, Julie?"
"Tidak, terimakasih..lebih baik aku pulang. Mom sudah menunggu.."
Aku berjalan mengitari mobil ibuku. Lalu masuk dengan lega.
"Sampai jumpa.." Josh melambai.
"Bye.."
Membayangkan tatapan Annie membuatku tergidik. Aku masih bisa merasakan bahwa ia melirikku dari tempatnya.

Annie Allen...Ya Tuhan betapa bodohnya aku. Harusnya aku tahu sejak Josh datang ke rumahku malam itu. Mengapa aku mengabaikan nama belakang pria itu? Harusnya aku tahu ia adalah ayah Annie dan... Ya ampun, Shane.

Tanganku mulai gemetar membayangkan mereka akan menjadi saudara tiriku.

Tidak mungkin!!

Bahkan Tuhan tidak memberiku kesempatan untuk bersama pujaan hatiku. Aku merasa minggu ini buruk sekali.

***********************

"Apa?"
Millie membelalakkan matanya tak percaya, " jadi kau putus dengan Rain?"

Aku mengangguk, seraya membuka pintu loker. Millie mengikuti gerakanku. Hari ini Millie mengoles lipstik di bibir tipisnya, ia sangat manis. Rok mininya yang berlipit-lipit bergoyang saat ia bergerak.

"Ngomong- ngomong, rokmu bagus..."
"Thanks, mom dan aku berbelanja di Hanny's dan mom menemukan ini. Harganya benar benar miring lho..."
" Oya...?'
" Kapan kapan kau harus ke sana..."
"Mungkin lain kali..."
"Aku juga membeli bikini baru, warnanya biru. Aku tidak sabar berenang di cory lake minggu depan.."
" Memangnya ada apa?"
" Anak anak mengadakan pesta barbekyu di tepi danau...semua wajib ikut. Termasuk kau...!"
"Oo aku tidak tahu..." aku menggeleng.
"Ada bocoran, Shane akan datang bersama Rain.."

Aku tertawa kecil melihat tingkah Millie. Ia begitu bersemangat dan ceria. Senang rasanya bisa melupakan masalahku untuk sejenak. Millie sangat antusias menceritakan akhir pekannya kemarin.
" Jadi bagaimana kejadiannya kenapa kau bisa putus?"
"Ceritanya panjang.."
"Aku suka cerita yang panjang.."
"Kau akan bosan."
"Tidak akan!" Millie merengek.
"Mungkin nanti, sekarang tak ada waktu untuk bercerita. Aku harus masuk kelas, Mrs. Dansk menunggu."
Kami hampir berjalan menuju kelas ketika kulihat Rain datang dan membuka lokernya. Tampak kacau dan sedikit linglung. Ia seperti baru bangun tidur dan tidak cuci muka.
"Millie, aku rasa mungkin kau bisa masuk kelas dulu. Aku harus bicara dengan nya."
"Ok, aku ngerti kok," gadis itu mengerling sebelum pergi.

Lalu aku mulai menghampirinya.
Tanganku sedingin es dan basah, aku mengusapkannya di celana jeans abu abuku.

Bahunya berjingkat saat aku menyentuh bahunya pelan.
"Hai..."
Ia menoleh dan terkejut, "Julie,..aku,"
"Aku hanya mau mengembalikan ini." aku menunduk dan merogoh saku jeansku. Sebuah kunci.
Rain hanya membisu, melihat kunci itu.
Aku tersenyum walau terpaksa.
"Seseorang lebih membutuhkannya..." aku berkata pelan. Aku menyentuh telapak tangannya dan meletakkan kunci itu pelan pelan di sana.
"Julie...aku sangat menyesal.." Rain mendesah. Punggungnya bersandar pada loker.Rambutnya awut awutan.
Senyumku memudar,
"Aku benar-benar menyesal..."
Mata kami bertemu, dan matanya sedikit berair.
"Kita masih bisa berteman." hiburku.
Ia menggeleng,
" Thanks, kau pernah menjadi cowok yang baik untukku,Rain."
"Kenapa tidak kau saja yang berselingkuh, Julie...dan aku akan tetap memaafkanmu."
Kata kata aneh itu tidak dapat masuk ke dalam otakku. Rain seperti sangat tertekan, bicaranya mulai ngawur.
"Bolehkah aku meneleponmu?"
"Kapan saja...eh, aku harus pergi, Rain."
Aku mulai berlalu, "Jaga dirimu.."
Ia masih berdiri di tempatnya.

**************

" Ok, sekali lagi , girls !!!" Anna webber menggerakkan pom pom nya dengan gerakan ke samping dan ke depan.

Aku mengikuti gerakannya dengan senyum seceria mungkin. Ia berputar dan melompat dan kami juga menirunya.

"REDVILLE HIGH IS THE BEST !!!!"
Kami berteriak di akhir gerakan.

"Ok, aku rasa cukup. Aku harap kalian bisa lebih baik dari sekarang!!" Anna berteriak sebelum kami membubarkan diri.

Aku mengusap keringat di dahiku dengan handuk , bersiap untuk mandi. Rasa lelah merayap dari kakiku.
Kamar mandi masih penuh, Millie berada di salah satu bilik. Aku meneguk air mineral yang tinggal separuh, menelannya sampai habis.

Anna datang dengan gerombolannya, geng gadis nakal.
"Coba lihat siapa yang sedang duduk sendiri di sini!!" suara Anna terdengar melengking.

Mereka mengelilingiku. Melihatku dengan penuh kebencian.
"Sepertinya kau sedang melamun ,gadis cantik .."
Aku mendongak tapi tetap diam.
" Harusnya kau sudah melupakannya, Julie..." senyumnya benar benar licik.
"Hentikan Anna.." aku berbisik tegas.
"Ooow,jadi kau marah pada kami?"
Aku diam
"Dia sudah tidak mengnginkanmu, Julie. Dia sudah bosan denganmu. Jadi kenapa kau masih mengharapkannya..." Anna mengangkat alisnya. "Dia tidak menginginkan wanita murahan sepertimu,Julie...kau itu kelas bawah."
Aku bangkit, menatap pada matanya yang memakai kontak lensa warna hijau seperti jeruk nipis.
"Aku memang murahan ,Anna..kelas bawah memang. Tapi kau lebih parah, kau bahkan gratisan. Kau bahkan tidak punya kelas, An..." Senyumku terkembang saat meninggalkannya.
"Ambil saja sisahku...aku sudah tak membutuhkannya lagi.."

Para gadis itu hanya terngangah melihatku.

Masih ada kelanjutannya...

andai kau dan akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang