AF . 07

43.3K 4.2K 121
                                    

Hari sudah gelap, jam menunjukkan puku 20:30.

Karena terlalu keasyikan mengobrol dengan Fanny, Arvelyn baru akan pulang sekarang. Tentunya dengan diantar oleh Artha.

"Nginep aja ya, di sini. Bunda kamu juga pasti bolehin, kok." Fanny menatapnya penuh harap.

Memang sedari tadi Fanny terus meminta Arvelyn untuk menginap, namun tentu saja ia menolak. Selain karena besok harus sekolah, Arvelyn haru sesegera mungkin menjalankan rencananya. Apa lagi jika bukan menjauhi para tokoh yang berpotensi mengancam ketenangan hidupnya di masa depan, terutama Artha. Kalau Arvelyn sampai menginap di rumah pemuda itu, tidak menutup kemungkinan bahwa rencananya akan gagal sebelum dimulai, bukan?

Dan tentu saja hal itu tidak akan ia biarkan terjadi. Karena tidak mungkin mengatakan alasan paling utamanya tidak ingin menginap, akhirnya gadis itu memilih sekolah lah sebagai alasan.

"Gak bisa Mah, besok sekolah. Kapan-kapan deh, Velyn nginep." Tolak gadis itu dengan menyelipkan tawaran di dalamnya.

Damian-Papa Artha, mengelus bahu sang istri yang kini cemberut. "Iya, bener kata Velyn, besok kan dia sekolah. Lagian masih banyak waktu lain buat Velyn nginep." Damian pun ikut-ikutan membujuk Fanny.

Fanny menghela napas pasrah, kemudian mengangguk mengiyakan. "Ya udah, deh. Tapi janji ya, kapan-kapan kamu nginep di sini?" Putusnya kemudian.

"Iya."

"Nggak."

Lain di mulut, lain pula di hati. Karena tidak berani mengucapkannya secara langsung, Arvelyn pun hanya mampu berucap dalam hati.

"Kalau gitu aku pamit ya Mah, Pah. Udah malem, nih." Pamit gadis itu.

"Iya.. Artha, jangan ngebut-ngebut kamu bawa mobilnya." Fanny memperingati putranya, yang di balas anggukan oleh pemuda itu.

Akhirnya setelah drama yang cukup panjang, Arvelyn pun diantar pulang juga oleh Artha.

Suasana mobil sangat sunyi, Artha yang fokus nyetir dan Arvelyn yang fokus menghabiskan eskrim terakhirnya.

Drrrttt!

Ponsel Artha berbunyi, melihat siapa yang menelpon, Artha menepikan mobilnya lalu mengangkatnya.

Arvelyn sesekali melirik pemuda itu, merasa kepo.

"Halo, Ra. Kenapa?"

"Halo, Artha. Bisa tolong jemput aku?"

Karena di dalam mobil sunyi, dan jalanan juga sedang lenggang, Arvelyn bisa mendengar ucapan si penelpon.

Dengan gelisah, Arvelyn menunggu balasan pemuda itu. Tidak mungkin kan, Artha menjemput orang lain disaat ia sedang mengantar dirinya pulang?

Namun balasan Artha membuat harapannya pupus seketika, tanpa berpikir panjang pemuda itu mengiyakan permintaan si penelpon.

"Bisa. Kamu dimana sekarang?"

"Di cafe Rutella. Kamu bisa cepet gak kesininya? Aku takut sendirian."

"Sepuluh menit aku udah di sana."

Setelahnya panggilan pun dimatikan.

"Gue mau jemput dulu Aura." Ucap Artha.

Mendengarnya Arvelyn melotot. "Lo gila? Anterin dulu gue, baru jemput cewek kesayangan lo."

"Gak bisa, dia sendirian." Artha memutar balik mobilnya.

"Artha! Anterin gue dulu! Ini udah malem! Gua udah janji sama Bunda buat pulang gak lebih dari jam sembilan. Plis, ngertiin gue kali ini aja!" Arvelyn mulai emosi.

Antagonist Fiancé [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang