HAPPY READING 🥰
•••"NONA, bangunlah."
Noureen mengucek-kucek matanya. Tidurnya menjadi terusik begitu mendengar suara Supriyadi.
"Kenapa sih? Perasaan masih pagi deh," ujar gadis itu. Bukannya bangun, Noureen justru mengubah posisi tidurnya ke arah tembok.
Supriyadi menggeleng. Tamunya ini benar-benar merepotkannya. "Aku sudah mencari jalan agar kau tidak berada di kamar terus-menerus, tapi kalau kau betah di sini, ya silakan. Sebentar lagi aku harus bertugas dan harus mengunci pintu dari luar."
"Eeh jangan!" Mendengar perkataan Supriyadi, kantuk yang menjalari tubuh Noureen menjadi hilang.
Noureen bangkit dari ranjang. Gadis itu lantas berdiri di depan Supriyadi. Netranya tertuju pada pakaian di tangan Supriyadi. "Ini seragam tentara PETA 'kan?" tanyanya antusias.
Supriyadi mengangguk. "Kau benar. Sebenarnya ini seragamku, tapi mulai sekarang kau yang akan mengenakannya," ujarnya.
Noureen terkejut. "Aku? Gimana mungkin?" tanyanya sedikit tidak santai.
Supriyadi memutar bola mata malas. "Kau ingin keluar dari kamar ini atau tidak?"
"Mau!"
"Kalau seperti itu kau kenakan ini. Aku sudah mendapat persetujuan Daidancho Soerachmad untuk membawa tentara PETA baru kemari. Mulai hari ini kau akan menyamar sebagai tentara PETA Tuban dengan nama Shodancho Suryatmaja."
"Wait-wait." Noureen tampak berpikir. "Emang tentara PETA ada yang perempuan ya? Perasaan tentara perempuan itu ada, tapi namanya fujinkai bukan pembela tanah air," ujarnya.
Supriyadi menghela napas. "Memang tidak apa. Itu sebabnya aku memberimu identitas baru. Kau harus menyamar sebagai laki-laki."
"WHAT? Gimana bisaa?"
"Lebih baik kau mandi dan kenakan seragam ini. Aku akan jelaskan selebihnya nanti. Cepatlah, sebelum mereka terbangun," pinta Supriyadi memberikan kemeja putih dan hijau lengkap dengan celana hijau dan topi dengan warna serupa.
Noureen berdecak sebal. Meski demikian ia menurut dan berjalan di belakang pahlawan idolanya. "Sabar Nour, sabar. Cowok di depanmu ini pahlawan, sabar-sabar," gumamnya.
"Sebaiknya kau simpan kata-katamu, Nona. Ini demi kebaikanmu," ujar Supriyadi berbisik.
Noureen mendengus. "Iya-iya."
•••
Noureen tidak berhenti menatap pantulan dirinya di cermin. Seulas senyum terukir di wajahnya. Seragam milik Supriyadi ini nyaman ia kenakan. Meski sedikit kebesaran, dapat diatasi dengan sabuk di pinggangnya.
"Gimana penampilanku?"
Supriyadi memperhatikan Noureen dari atas ke bawah. "Tidak buruk. Sebentar." Ia mengambil pita dari kain di meja. "Berbaliklah," ujarnya.
Noureen tampak bingung. Ia tetap melakukan perintah Supriyadi. "Kenapa—"
"Diamlah."
Supriyadi mengambil sisir, merapikan rambut panjang Noureen yang tergerai. Dengan cekatan dan hati-hati ia mengikat rambut Noureen ke atas dengan pita. Sontak perlakuan sederhana Supriyadi ini membuat jantung Noureen berdetak kencang. Belum lagi ia dapat merasakan hembusan napas dan wajah pemuda itu dari pantulan cermin.
Supriyadi kembali mengambil topi tentara PETA. Saat ia berniat memakaikannya di kepala Noureen, suara gadis itu menginterupsi.
"Biar aku pakai sendiri, hehe." Noureen tersenyum canggung. Ia mengambil alih topi berwarna hijau dari tangan Supriyadi. "Kayak gini 'kan?" tanyanya setelah mengenakan topi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KLANDESTIN ( SELESAI )
Narrativa Storica[Reboot cerita Clandestine, bisa dibaca terpisah. Alur cerita tidak saling berhubungan.] • klan·des·tin /adv/ secara rahasia; secara diam-diam. • Terkunci di perpustakaan sekolah saat membaca buku tentang seorang pejuang kemerdekaan membuat Noureen...