Bab 1 Pencapaian Cita-cita

24 4 0
                                    


Pagi yang sangat cerah. Matahari bersinar sangat terang seolah ikut bahagia merayakan kelulusan Hanum bersama teman-temannya. Mereka mengenakan kebaya lengkap dengan memakai toga wisuda sarjana dengan riasan wajah yang sangat cantik. Mereka tersenyum manis sekali bak bidadari surga.

Mereka sangat antusias mengikuti prosesi wisuda dari pagi sampai siang. Setelah prosesi wisuda berakhir mereka berfoto bersama orang tuanya dan teman-teman mereka. 

Ketika Hanum hendak pulang, tiba-tiba Mr.Andi menghampiri Hanum. Mr. Andi salah satu dosen bahasa Inggris yang sering sekali mendekati Hanum ketika di kampus. Mr. Andi masih lajang dan sering menjadi pusat perhatian mahasiswa karena sangat lancar berbahasa Inggris dan berwajah tampan serta berkulit bersih. Penampilannya sangat rapi. 

"Congratulation Hanum, wish you all the best," ucap Mr. Andi tersenyum sambil mengulurkan tangannya.

"Thank you Mr. Andi." jawab Hanum. 

Dia merasa sangat istimewa karena diberi ucapan selamat dari salah satu dosen yang sering menjadi pusat perhatian. Teman-teman Hanum sangat merasa iri karena hal itu. Namun, Hanum tidak mempedulikannya karena menurut Hanum itu adalah hal yang wajar seorang dosen memberikan ucapan selamat kepada mahasiswanya. 

Hanum saat ini masih fokus mengejar mimpinya untuk bekerja sesuai dengan bidangnya yang dia pelajari selama kuliah 4 tahun.

*

Sambil menunggu ijazah sarjana yang belum jadi, Hanum melamar pekerjaan yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. 

"Selamat pagi, besok jadwal wawancara. Silahkan datang ke kantor kami". sebuah pesan masuk di ponsel Hanum.

"Semoga besok aku lulus tes wawancara," gumam Hanum penuh harap.

Keesokan harinya, Hanum berpakaian rapi dengan baju hitam putih lengkap dengan mengenakan sepatu. Hanum berangkat menuju ke kantor untuk tes wawancara. Setelah mengikuti tes wawancara, Hanum disuruh menunggu kabar diterima atau tidak. 

Beberapa minggu kemudian masih belum ada jawaban itu artinya Hanum tidak diterima oleh instansi tersebut. Namun, Hanum tidak patah semangat, dia mencoba untuk mengajukan surat lamaran kerja ke beberapa tempat. Hingga akhirnya dia diterima di kantor lembaga swasta. 

"Selamat bergabung dengan kami. Mari perkenalkan dirimu pada teman-teman." pinta Pak Wisnu.

"Nama saya Hanum,"

"Masih lajang atau sudah menikah?" celetuk Pak Anton

"Saya baru lulus kuliah Pak, dan belum menikah," jawab Hanum tersipu malu,

"Pak Rudi mah, hobi cari istri," kata Ziva sambil tersenyum,

"Baiklah, mulai sekarang Hanum bekerja. Bekerjalah dengan baik." kata Pak Wisnu, kepala kantor.

Hanum merasa bahagia akhirnya cita-citanya tercapai bisa bekerja setelah lulus sarjana dan berharap menjadi seorang wanita karier. Hanum menemukan sahabat yang bernama Ziva. Mereka sejak saat itu bersahabat karena selisih usianya yang tidak jauh berbeda. Hanum berusia 23 tahun dan Ziva berusia 25 tahun. Mereka juga belum menikah. 

Mereka sangat akrab dan sering ngobrol ketika sedang santai. Mereka juga sering dijadikan bahan bercandaan oleh teman-teman sekantor karena masih berstatus lajang. Padahal Hanum dan Ziva masih menikmati masa kesendiriannya. 

Hanum masih ingin fokus kerja, Ziva masih trauma karena ketika hendak menikah, kekasihnya mengalami kecelakaan dan meninggal. Sehingga sampai saat ini Ziva masih belum move on dengan kejadian itu.

*

Suatu hari Bu Dewi, salah satu karyawan senior mendekati mereka berdua ketika sedang makan di kantin.

"Sudah punya calon belum nih kalian? Saya punya keponakan yang masih belum menikah. Dia bekerja di perusahaan media cetak di kota. Dia ingin dicarikan jodoh. Siapa tau cocok sama salah satu dari kalian." kata Bu Dewi

Hanum dan Ziva keduanya saling bertatapan karena mereka sedang tidak ingin berkenalan dengan seseorang. Hati mereka berkecamuk ingin sekali menolak permintaan itu. Namun, mereka tidak bisa menolaknya karena sungkan dengan Bu Dewi yang merupakan karyawan senior. 

"Ya sudah kalau begitu kalian berdua nanti sepulang kita kerja, mampir dulu ke rumah saya. Kebetulan rumah keponakan saya berdekatan dengan rumah saya." pinta Bu Dewi.

"Baik, Bu," jawab Hanum dan Ziva secara bersamaan.

Sesampainya di rumah Bu Dewi, mereka terkejut karena ada seorang pria tampan berkulit sawo matang berkaca-mata sedang duduk di teras depan sambil melihat ikan yang berada di kolam depan rumah. 

Hanum berusaha mengendalikan perasaannya karena saat ini Hanum masih ingin mengejar karir dan belum ingin menikah. Sedangkan Ziva sendiri masih ingin menata kepingan hati yang remuk redam oleh pria di masa lalunya. 

Tiba-tiba tangan Hanum dan Ziva berubah menjadi dingin seperti es, saling bergandengan dan saling bertatapan mata. Mereka ingin segera berlari dari tempat itu karena tidak ingin berkenalan. Namun, apalah daya mereka tidak bisa.

Pria itu bernama Rio yang mempunyai karir cemerlang tapi hatinya kosong karena tidak memiliki kekasih. Berharap segera menemukan tambatan hatinya agar hari-harinya penuh warna.

"Kamu sudah lama ya menunggu Tante?" tanya Bu Dewi

"Tidak, baru datang." jawab Rio

"Perkenalkan teman-teman Tante yang cantik ini," kata Bu Dewi sambil tersenyum

"Namaku Rio," kata Rio sambil mengulurkan tangannya

"Aku Hanum,"

"Aku Ziva," 

Mereka kemudian masuk ke ruang tamu dan menikmati hidangan yang disajikan oleh Bu Dewi. Kebetulan sudah 1 bulan Bu Dewi tanpa ART yang sedang pulang kampung. Sebelum sampai Bu Dewi sudah memesan makanan dan minuman via online, jadi tidak perlu memasak.

Sekilas Rio memandang Hanum dan Ziva adalah wanita yang cantik dan berpendidikan. Berharap bisa memiliki salah satu dari mereka. 

Metamorfosa Sang IntrovertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang