Bagian 7 :: Pulang

74 11 0
                                    

Merasa ketenangannya semakin terancam, Soo-jeong mulai mencoba menghindari perjumpaannya dengan Jong-in di luar ruang kuliah.

Setiap matanya melihat bayangan Jong-in, ia segera memutar mencari jalan lain. Kalau ia kebetulan ada di perpustakaan dan melihat pria itu masuk, ia segera keluar dari pintu lain.

Begitu seterusnya. Seperti main kucing-kucingan.

Namun lama-kelamaan ia merasa lelah sehingga akhirnya ia kembali bersikap semula—membiarkan perjumpaannya begitu saja entah itu disengaja atau bukan.

Dengan demikian, ia juga terpaksa membiarkan Jong-in tersenyum manis padanya sambil menyapa hangat seperti biasa.

💗

Pada suatu siang, Soo-jeong sedang di sekretariat dan meminta bantuan seorang pegawai tata usaha untuk memfotokopi kartu pengenal penduduknya.

Jong-in masuk ke tempat yang sama dengan beberapa lembar kertas catatan di tangannya.

Melihat ada Soo-jeong di tempat itu, ia tersenyum manis seperti biasanya kalau mereka bertemu.

"Selamat siang, Soo-jeong Seonsaengnim," sapanya.

"Selamat siang." Soo-jeong menjawab singkat dan mengalihkan pandangannya ke meja fotokopi.

"Belum pulang, Seonsaengnim?"

"Sebentar lagi, menunggu fotokopian ini."

"Saya juga mau memfotokopi catatan ini. Tolong ya, Johan~ssi, besok pagi saja saya ambil." Jong-in bicara pada dua orang sekaligus.

"Sebenarnya mahasiswa tidak boleh memfotokopi di sini," sahut Johan. "Tapi di depan sana, dekat perpustakaan."

"Ah, sekalian dengan yang punya Soo-jeong Seonsaengnim, Johan~ssi. Hanya untuk sekali ini saja, kok."

"Sungguh, lho, ya."

"Sungguh." Jong-in menjawab kata-kata Johan tadi.

Kemudian dia menoleh kembali ke arah Soo-jeong.

"Saya juga akan pulang, Seonsaengnim. Apakah saya boleh mengantar Anda pulang?"

"Terima kasih," Soo-jeong menjawab dengan cepat. "Saya membawa—"

Belum selesai Soo-jeong mengatakan "mobil" sebagai alasan untuk menolak pria itu, tapi Jong-in menyela.

"Membawa buku-buku dari perpustakaan, 'kan, Seonsaengnim?"

Pria itu melirik tumpukan buku yang terletak di atas meja di ruang sekretariat itu.

"Saya tadi melihat Anda meminjam sejumlah buku. Justru karena itu, saya ingin mengantar Anda pulang. Karena tadi pagi ketika mobil saya masuk ke halaman kampus, saya melihat Anda turun dari kendaraan umum."

Memang. Mobil ayahnya yang biasa dipakai untuk pergi mengajar sedang dipakai Jae-hyun.

Dia kesal karena mata Jong-in begitu awas sampai tahu apa yang dilakukannya hari ini.

"Membawa buku-buku sebanyak itu agak repot kalau harus berdesakan di dalam bis," kata Jong-in.

"Rupanya Anda termasuk orang yang serba tahu," kata Soo-jeong dingin, melampiaskan rasa jengkelnya.

Jong-in tersenyum seolah tidak tahu bahwa dosennya sedang jengkel.

"Hanya tentang hal-hal tertentu saja, kok, Seonsaengnim," jawabnya kalem. "Sebab kalau benar saya ini serba tahu, tentunya saya tidak kuliah lagi, Seonsaengnim."

"Syukurlah kalau sekarang Anda sudah menyadari hal itu."

Perhatian Soo-jeong tercurah pada Jong-in hingga tak menyadari Johan sudah meletakkan KTP dan fotokopiannya di atas meja.

0 cm | Kaistal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang