03. Die For You

1K 117 4
                                    

Kehidupan sekolah mereka berjalan lancar, mereka berdua menjadi siswa terpintar seangkatan mereka yang selalu mengisi peringkat satu dan dua di sekolah. Kadang Draco, kadang juga Harry yang mengisi peringkat pertama maupun kedua di sekolah. Meskipun begitu Draco dan Harry tidak begitu peduli akan peringkat mereka, kebanyakan Harry selalu mengalah dan memberikan peringkat pertama pada Draco, karena dirinya tahu jika Draco tidak peringkat pertama maka Lucius Malfoy akan memukul habis-habisan anak tunggal nya itu.

Harry selalu merasa bersalah saat dirinya yang peringkat pertama, karena itu membuat Draco terluka, Harry tidak suka Draco terluka sungguh. Melihat Draco terluka, hatinya juga ikut terluka. Sekarang, mereka berdua telah menyelesaikan ujian akhir semester mereka, Harry menatap tidak percaya kearah mading sekolah itu, matanya bergetar sedangkan Draco tersenyum bangga, lalu memeluk Harry.

"Look, Harry! Kau peringkat satu lagi!" ucap Draco senang, sedangkan Harry bergetar dalam pelukan Draco, Ia peringkat satu, itu berarti Draco akan terluka malam ini.

Harry melepas kasar pelukan Draco, lalu menarik tangan lelaki berkulit pucat itu ke belakang sekolah, saat sampai Ia mendorong kasar tubuh besar Draco ke pohon membuat Draco sedikit meringis kesakitan. Harry mencekram kerah baju Draco, tangannya bergetar begitu pula matanya.

"Harry, kenapa?" tanya Draco berpura-pura tidak tahu akan kemarahan Harry.

"K-kau, kenapa senang?!" suara Harry bergetar menahan tangisan.

"Kenapa tidak? Karena kau peringkat satu Harry, sudah sepantasnya aku senang," jelas Draco, menenangkan Harry.

"No, no, no, you will hurt, Drayy," ucap Harry yang sudah meneteskan air matanya, ia melepas cengkramannya dan memukul dada Draco, menyembunyikan tangisannya di dada bidang Draco. "I don't wanna see you hurt, Drayy, please not again, terakhir kali kau seperti orang sekarat," suara Harry teredam didalam seragam Draco.

Draco berusaha menggapai wajah Harry dan menangkup nya dengan kedua tangan besarnya itu, memaksa Harry yang wajah nya dipenuhi air mata menatap wajah nya. Ia memandang mata Harry yang berwarna emerald itu, sudah berkali kali Ia menatap mata Harry, Ia tetap kagum melihatnya, sungguh indah.

"Hey, hey, look at me, Harry, I'm okay, seharusnya kau senang mendapat peringkat pertama, don't worry about me okay? I'll be fine, sekarang hapus air matamu dan tersenyum, kau ingat kan senyumanmu adalah hal paling indah didunia ini?" Draco menghapus air mata Harry dengan ibu jarinya dan terkekeh pelan. "Aku tau kau khawatir, tapi aku janji nanti malam aku akan bertemu dengan mu dengan keadaan yang baik-baik saja, oke?"

"Pembohong."

"Ya, aku tau."

Harry tau, Draco berbohong. Tidak mungkin lelaki itu akan datang kepadanya dengan keadaan yang baik-baik saja setelah pengumuman peringkat dan lelaki itu tidak mendapat peringkat pertama, kata baik-baik saja hanya kata penenang agar Harry tidak khawatir pada Draco.

Draco akan melakukan apapun untuk membuat Harry bahagia, bahkan jika mati untuk membuat Harry bahagia, dia dengan senang hati mati. Ia akan lakukan apapun, apapun agar senyum Harry tidak hilang, hanya itu yang Draco mau dari Harry, tetap tersenyum.

Seperti saat ini, rasanya Ia ada di ambang kematian. Sakit, seluruh tubuhnya sakit karena sabuk itu tidak berhenti menghantam dirinya. Draco hanya bisa meringkuk dan berkata "sorry father." berkali-kali, Ia ditendang dan di injak. badannya sudah remuk, badannya hampir mati rasa. Setelah puas, Lucius meninggalkan anak semata wayangnya itu tergeletak di lantai.

Dengan badan gemetaran, Ia menengok jam yang sudah menunjukan pukul 11 malam, itu artinya Ia terlambat 1 jam menemui Harry, dengan sisa kekuatan yang dia punya. Draco berdiri dan berjalan sempoyongan keluar rumah untuk menemui Harry, pengasuhnya yang melihat berusaha menahan Draco, namun Draco memohon agar dirinya bisa bertemu Harry. Akhirnya, pengasuhnya luluh dan mengantar Draco ke taman yang Ia ketahui dengan pasti.

Saat sampai, Draco melihat Harry berdiri dari ayunan dan berlari menuju dirinya, tepat saat itu, tubuhnya tidak kuat untuk berdiri lagi. Dengan cepat Harry menangkap tubuh lemah Draco, Draco tersenyum lalu menyentuh pipi Harry yang sudah basah karena air mata.

"Bodoh, kau sangat bodoh Draco Malfoy!" makian Harry sambil sesegukan melihat betapa menyedihkannya Draco sekarang.

"Setidaknya, aku bisa melihatmu, dengan melihatmu aku akan baik-baik saja, 'Rry," ucap Draco dengan suara yang hampir seperti berbisik.

"I know it, sebentar aku akan mengobatimu!" dengan segera Harry bangkit dan mengambil kotak P3K yang Ia bawa karena Ia tahu malam ini Ia harus mengobati Draco.

Dengan perlahan-lahan Harry mengobati Draco, semua luka Draco diobati Harry tanpa Ada yang terlewat satupun, untung tidak ada luka yang dalam, hanya memar dan goresan saja, Harry bersyukur Draco tidak separah terakhir kali dipukuli Lucius, lebih parah bahkan sampai Draco masuk rumah sakit karena hal itu.

"Thanks, 'Rry," ucap Draco setelah Harry selesai mengobatinya, Ia menyender kan punggungnya pada batu besar yang ada di taman, Harry duduk di sebelah Draco, menyembunyikan wajahnya di kedua lututnya.

Draco akhirnya bisa sedikit bernapas setelah Harry mengobatinya, Ia mengusap ujung kepala Harry sayang, beberapa detik kemudian meletakkan kepalanya di bahu sempit Harry, Harry yang sedang menunduk mengangkat kepalanya dan melirik Draco dari ujung matanya.

"Kau tidak pegal meletakkan kepalamu ke bahuku?" tanya Harry, perbedaan tinggi tubuh mereka yang lumayan jauh membuat Draco sedikit membungkuk apabila ingin meletakkan kepalanya ke bahu Harry. Draco menggeleng sebagai jawaban.

"Tidak, ini nyaman."

Setelahnya hanya ada keheningan di antara mereka, Harry yang memandang bulan dibalik kacamata bulatnya sedangkan Draco menutup matanya karena terlalu nyaman dengan posisi mereka berdua.

"Draco," panggil Harry lirih, namun masih bisa terdengar di telinga Draco.

"Hm?" gumam Draco sebagai jawaban bahwa dia mendengar panggilan Harry.

"Jangan terluka."

tidak ada jawaban dari Draco.

"Aku tidak suka kau terluka, Drayy,"

Lagi-lagi tidak ada jawaban dari Draco, karena kesal Ia pun membentak Draco. "Drayy, kau dengar aku tidak sih?" teriak Harry yang berhasil membuat Draco menutup telinganya, Ia bangkit dari zona nyamanya dan terduduk tegap. Badannya menghadap ke arah Harry yang memandangnya kesal.

"Aku dengar kok, tidak perlu berteriak."

"Ya, kau tidak merespon sama sekali!" kesal Harry dan tidak sadar memajukan bibirnya, membuat Draco terbahak.

"Iya iyaa, aku tidak akan terluka lagi, tapi tidak janji karena Lucius Fucking Malfoy itu sangat suka bermain tangan, kau tahu kan?" ucap Draco sambil tertawa pahit.

"Yah aku tau, rasanya aku ingin menjambak rambut panjangnya itu hingga rontok!" Harry mengepalkan tangannya seakan-akan benar-benar menjambak rambut kepala keluarga Malfoy itu.

"Haha, chill sweetheart,"


























Ini ceritanya mereka masih kelas satu sma iyach, otw naik kelas dua.

Makasii udah baca!!

A Little Things [ Drarry ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang