5. Melabrak Pelaku ✔️

83 10 0
                                    

Happy reading~

Tinggalkan bintang untuk Saguna ya ⭐ terima kasih 🙏💕

••••





“Woi!”

Ketika tepukan Saguna mendarat pada bahu gadis yang akan memasang helm itu, si gadis menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya keempat orang ini sampai lolipop yang ada di mulut Darel pun terjatuh.

“Mau apa lo cowok mesum?”

Ternyata gadis itu adalah Dania. Gadis yang membuat Saguna bisa jatuh hati pandangan pertama.

“I-ini motor lo?” tunjuk Guna pada motor gede berwarna hitam yang telah menyebabkannya kecelakaan.

Dania melirik motornya, kemudian mengangguk. Ia menatap Saguna kembali dengan bingung. Seharian ini sudah dua kali cowok itu membuatnya planga-plongo.

Sekarang perasaan Saguna tidak karuan. Satu sisi ia mulai tertarik dengan Dania dan sisi lain dia juga kesal atas Dania yang lebih memilih melarikan diri saat menyebabkannya jatuh dari motor. Apakah semua ini harus Saguna lanjutkan?

“Jadi, lo yang bikin gue dan adik gue jatuh semalem? Kenapa lo kabur gitu aja?”

Dania jadi teringat kejadian semalam. Ia memang tidak sengaja menyebabkan seseorang jatuh saat keluar dari sebuah gang. Namun, ia baru tahu kalau orang itu teman di kelas barunya.

“Kenapa diem? Benarkan lo yang menyebabkan teman gue kecelakaan?” ujar Jarvis yang ikut menyudutkan, sedangkan Alana memerhatikan di sampingnya.

Darel yang selalu membawa kamera dengan secepat kilat memotret Dania serta motor hitam itu. Ia berjaga-jaga apa bila foto itu dibutuhkan nanti sebagai bukti. Namun, tindakannya membuat Dania tidak nyaman.

“Apaan sih lo? Jangan foto-foto gue!” Dania menutup lensa kamera yang Darel gunakan, tetapi lelaki itu mundur beberapa langkah untuk mengelak. Ia tidak mau kamera satu-satunya itu rusak.

“Ini buat bukti bawa lo ke polisi,” ucap Darel yang kini bersembunyi di belakang Saguna.

“Iya-iya, gue memang semalem buat orang jatuh karena sembarangan, tapi gue nggak tau kalau orangnya lo.” Dania mengatur kadar oksigen yang masuk ke paru-parunya. Ia mencoba menenangkan diri, “maaf, jangan laporin gue ke polisi! Lo juga sekarang kelihatan baik-baik aja.”

“Kata siapa? Lutut gue luka!” Saguna menunjuk kaki yang tertutup celana abu-abu, “adek gue juga luka-luka.”

“Cuma luka kecil aja. Nggak perlu lo ancam gue segala ke polisi. Gue bakal ganti rugi uang pengobatan kalian.”

“JANGAN MAU, GUN!” tadinya Saguna sudah ingin luluh karena ia memang hanya butuh tanggung jawab Dania dan pengakuan salahnya. Namun, Jarvis tiba-tiba mengomporinya, “masa iya semudah itu? Ini syukur lo sama adek lo nggak sampai luka parah. Kalau kebalikannya bagaimana? Masa cuma bayarin pengobatan aja.”

“Udah nggak usah diperpanjang.” Alana mencoba menengahi, “kakak ini juga udah mau tanggung jawab kok.”

“Dia mau tanggung jawab karena udah ketahuan sama kita. Coba kalau kita nggak ketemu dia. Pasti sekarang dia bebas di luar sana, sedangkan Saguna udah cedera.”

Perkataan Jarvis membuat Darel mengangguk-anggukkan kepala, “Gue setuju sama Jarvis.”

“Terus gue harus gimana lagi?” tanya Dania gemetaran. Gadis ini benaran takut diseret ke kantor polisi.

“Gimana kalau lo jadi asisten Guna selama dua minggu,” ujar Jarvis membuat Dania terkejut begitu juga dengan ketiga temannya yang lain.

“Apa nggak berlebihan?” bisik Saguna yang mencoba berkompromi dengan Jarvis.

Senyum dari SagunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang