Bab 39

883 80 1
                                    

Tentu saja Andra tahu, teori itu lebih mudah diucapkan daripada dilaksanakan. Ia juga tahu tidak semudah itu untuk membangun usaha dari nol di negeri asing yang bukan tanah kelahirannya.

Saat di Indonesia saja, ia harus jatuh bangun membangun usahanya hingga menjadi sebesar itu. Butuh waktu bertahun-tahun, kerja keras dan cucuran keringat hingga usaha event organizernya bisa sebesar sekarang.

Bahkan diawal usahanya, tak jarang ia kena tipu atau uang yang ia gelontorkan tidak balik modal. Itu buka usaha di negeri sendiri, lalu bagaimana dengan keinginannya buka usaha di negeri orang?

Amerika itu negara kapitalis sejati, persaingan di sini begitu tinggi. Jangankan memulai usaha, bahkan mencari pekerjaan saja sulit. Selain pajak yang tinggi, di sini tidak kekurangan tenaga ahli disegala bidang.

Andra memang pernah menuntut ilmu di negara Paman Sam ini. Tapi kuliah dan bekerja itu dua hal yang berbeda. Sangat sulit mencari pekerjaan, apalagi dia orang asing. Meski lulusan universitas di Amerika, tapi tidak ada jaminan akan mendapat pekerjaan sesuai yang kita inginkan. Untuk apa mempekerjakan orang asing, bila Amerika sendiri memiliki lulusan universitas yang bejibun?

Karena itu, lamaran yang dikirimkan Andra belum ada hasil sama sekali. Sementara ia masih berpikir, peluang usaha apa yang cocok untuknya.

Ia sudah berpikir untuk melepas usahanya di Indonesia. Mungkin menjual perusahaan EO nya dan modalnya dapat ia gunakan untuk mulai merintis usaha di sini. Tapi ide itu tentu saja ditentang ayahnya habis-habisan.

"Dulu Papa tidak melarang waktu kamu berhenti kuliah dan ingin lanjut kuliah di Amerika, padahal sudah setahun kamu kuliah di Indonesia. Di universitas negeri ternama pula! Semua itu gara-gara perempuan! Dan sekarang kamu mau menjual perusahaan yang sudah susah payah kamu rintis dari nol, juga cuma gara-gara perempuan? Kemana otak waras kamu, Andra?

"Jangan kamu pikir Papa bakal diam saja kali ini. Papa gak setuju! Kamu gak mau kerja di perusahaan keluarga dan memilih buka usaha sendiri, Papa gak menentang. Karena kamu sudah membuktikan dengan kemampuan kamu sendiri, meski tanpa bantuan Papa, meski tanpa bantuan keluarga, kamu bisa sukses dengan usaha kamu sekarang ini.

"Dan sekarang kamu mau membuang jerih payah kamu begitu saja? Kamu mau korbankan semuanya demi mengejar perempuan yang gak jelas begitu?"

"Pa! Nicola bukan perempuan gak jelas! Papa pasti tahu siapa Nicola Watson kan?"

"Ya, Papa tahu. Meski dia penyanyi terkenal kelas dunia, apa kamu pikir Papa bakal bangga punya menantu kayak dia? Sadarlah, Ndra! Kamu bukan anak kecil lagi! Kamu pria dewasa yang sudah tidak pantas untuk terjerat dalam cinta! Lagipula apa kamu pikir, perempuan bule kayak dia, selebriti pula, bakal setia sama satu pasangan? Kamu gak pernah baca bagaimana nasib pernikahan selebriti Hollywood yang selalu berakhir dengan perceraian?"

"Papa jangan samakan Nicola dengan selebriti yang lain!"

"Papa tidak menyamakan! Papa cuma mencoba mengembalikan kewarasan kamu. Saat ini kamu sedang di dalam mimpi! Mimpi menikah dengan selebriti terkenal! Mimpi memiliki kehidupan pernikahan yang langgeng, bahagia sampai maut memisahkan! Itu mimpi Andra! Berhentilah bermimpi! Pulang ke Indonesia dan lupakan gadis itu! Kamu gak pantas berkorban sejauh ini! Papa gak mau menghancurkan hidup kamu sendiri! Masa depan kamu!"

Tapi hidupku justru bakal hancur bila berpisah dengan Nicola! Pikir Andra getir saat menutup sambungan telpon dengan Ayahnya. Aku sangat mencintainya, dia itu masa depanku. Dan sekarang Ayahnya mengatakan ia harus pulang ke Indonesia dan melupakan Nicola. Entah apa lagi yang tadi dikatakan Ayahnya.

Andra tidak tahu, ia pusing. Beragam pikiran memenuhi kepalanya. Ia pikir Ayahnya akan mendukungnya. Tapi ternyata ia salah. Ayahnya justru ingin ia berpisah dengan Nicola, lebih baik mencari istri dari negeri sendiri. Lebih aman dan tidak merepotkan. Gampang diatur dan lebih patuh sama suami.

Bitter sweet love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang