- chap 10 -

60 5 0
                                    

"Peri... dimana kau, mau mendengar cerita seru tidakk?" Pekik Dave sekencang mungkin agar alerie yang berada entah dimana itu bisa mendengar teriakannya.

Alerie yang merasa gendang telinga nya berdengung segera menghampiri asal teriakan itu. "Ayolah Dave, kau ingin membuat ku tidak bisa mendengar lagi?" Ucap alerie sambil menutup telinganya dengan telapak tangan.

"Kau berlebihan sekali peri, aku hanya 'sedikit' berteriak agar kau bisa mendengar panggilan ku." Ucap Dave santai sambil memberikan kue coklat itu ke tangan alerie.

"Baiklah baiklah, aku memang berlebihan." Ucap alerie sambil memasang wajah jutek nya.

"Kau sudah tua peri, berhenti bersikap menggemaskan." Dave langsung memalingkan wajahnya dari alerie.

Alerie tersenyum sumringah. "Jadi kau mengakui bahwa aku menggemaskan?" Ucap alerie lalu memegangi wajah nya. "Aku tidak heran juga, wajah ku memang secan~tik itu." Bangga alerie sambil menutup matanya.

Dave tersenyum melihat alerie. Keluarga yang hangat, tapi perasaan Dave akhir-akhir ini sering gelisah. Seperti sesuatu yang besar akan terjadi. "Peri, apa kau akan meninggal kan ku?" Tanya Dave tiba-tiba. "Aku merasa seperti nya kau akan pergi jauh." Ucap Dave lagi sambil memandang Alerie.

Aleri e menatap Dave balik. "Berapa umur mu, apa saja yang kau pikirkan di kepala kecil mu itu hah." Ucap alerie lalu mendorong pelan kepala dave.

Dave memegangi dahi nya. "Aw... aku hanya bertanya, bukankah orang memang datang
dan pergi dalam hdup ini?" Jelas Dave.

Alerie tercengang. "Yang benar saja. Dari mana anak kecil seperti mu belajar kata-kata seperti itu." Ucap nya tak percaya.

Alerie mengangkat tubuh dave dan menggendongnya.

"Turunkan aku peri, bagaimana bisa aku yang seorang pria sejati ini digendong oleh gadis bertubuh lemah." Ucap Dave setengah kaget.

Alerie terkekeh geli. "Oho, pria kecil sudah dewasa sekarang. Ingatlah Dave, apapun yang terjadi suatu hari nanti. Hiduplah dengan baik, jngan terjebak dimasa lalu."

Dave tak paham apa yang Alerie maksud, tapi tetap mengangguk agar terlihat dewasa. "Jadi, kemana kita akan pergi?"

"Hm... mungkin keruang kerja ku. Ada ba~nyak sekali tugas yang menunggu. Bukankah kau sangat senggang sekarang, jadi ku rasa kau pasti tidak akan menolak untuk menemaniku." Pinta alerie setengah memaksa. "Sejujurnya aku tidak menerima penolakan, dave." Selanjutnya lagi.

Dave hanya mengedip2kan mata bulatnya. Lagi pula dia memang senang terus bersama alerie.

Sesampainya diruang kerja, Alerie menurunkan dave dari gendongannya.
"Duduklah disana dan makanlah camilan kesukaan mu sepuasnya. Kau bisa memanggil Allard jika ada yang kau butuhkan." Ucapnya sambil menunjuk kearah meja yang berhadapan dengan meja krjanya.

Dave mengangguk patuh.

Sambil memakan camilannya, dave memandangi seisi ruangan. "Ruangan ini tetap menakjubkan tidak peduli berapa kalipun dilihat." Kagum dave.

Alerie memiringkan kepalanya. "Memangnya berapa kali kau sudah keruang kerja ku?" Tanya alerie curiga.

Dave kaget lalu menutup mulutnya. "Kurasa aku akan ketahuan." Bisik dave pada dirinya sndiri.

Alerie melipat tangannya, menunggu jawaban.  Bukan masalah jika Dave berkeliling disini, lagipula alerie tak masalah juga jika dave mengambil beberapa barang. Itu kan hanya beberapa barang. Tapi yang di takutkan Alerie adalah jika dave menemukan atau mengetahui sesuatu yang seharusnya tidak dia tahu..

Dave masih bingung dengan jawaban apa yang harus di katakannya.

"Permisi. Dewi, ada sesuatu yang ingin saya laporkan." Allars tiba-tiba masuk seperti bantuan untuk Dave.

Dave beranjak dari duduknya, "ah sepertinya peri sibuk sekarang. Aku akan kembali lagi nanti." Ucapnya membungkuk lalu berlari keluar ruangan. Ya.. tak lupa dengan kukis coklat ditangannya.

Alerie menghela nafas berat. "Jadi laporan 'penting' apa itu."

"Kemarin kerajaan agily mengirimkan pasukan delegasi perdamaian kepada kerajaan finiz, dan ternyata di sambut baik oleh kerajaan finiz. Setelah berunding dengan bangsawan tinggi, kerajaan Agily dan Finiz resmi menjadi sekutu." Jelas Allard panjang.

Alerie menaikkan alisnya. "Lalu?"

Allard menyodorkan selembar brosur. "Dikarenakan membaiknya keadaan antara dua kerajaan tersebut. Kerajaan Agily mulai menyebar brosur yang mencari putra mahkota yang hilang 4 tahun lalu ke kerajaan Finiz." Ucap Allard, "para ksatria dari kerajaan Finiz sekrang bahkan ikut membantu." Lanjutnya.

"Bukankah kita telah membicarakan ini sebelumnya? Kita baru akan memulangkan Dave ke kerajaan Agily besok." Ketus Alerie tegas.

Allard tersenyum kecil. "Baiklah, saya hanya memberitahu kenyataan kepada anda yang seperti nya tidak mau memulangkan Putra mahkota ke kerajaannya, dewi."

"Tiba-tiba aku ingin memecatmu Al." Dengus Alerie kesal. Bukannya dia tidak mau memulangkan Dave, hanya saja dia tidak membayangkan sepi nya berada di tempat luas ini sendirian. Allard? Dia bahkan hanya berbicara tak lebih dari yang penting saja.

.
.

Sebulan kemudian...

Trang... Trang...
Bunyi nyaring dari pedang Dave dan ares yang terus ber adu terdengar sampai keruang kerja Alerie. Ya, sebenarnya Alerie sengbaja membuat tempat latihan Dave dan ruang kerjanya berdekatan agar mudah mencuri-curi kesempatan melihat pria kecil itu yang sedang berpeluh keringat.

TRAANG...

"Tidak buruk, nak." Puji Ares saat pedang nya lepas dari genggamannya dan ujung mata pedang Dave mengarah ke tenggorokannya.

Dave menarik bibir nya keatas. "Tidak buruk, guru." Ucap dave sambil berbalik berjalan keluar ruang latihan. "Anda cukup kompeten sebagai guru."

Ares menghela nafas kasar. "Wah bocah lucu itu berubah drastis dalam sebulan. Tidak buruk? Katanya. HAHAHAAHA." Ucap Ares pada diri nya. "Sudahlah, mungkin sifat kurang ajarnya tertular dari ku."

Dave yang sebulan lalu masih bersikap manis dan lugu sudah berubah sekrang. Ya, umurnya masih 5 tahun. Hanya tingkahnya yang tak seperti anak pada umumnya. Mungkin benar, selain mengajarkan pedang dan bela diri, sepertinya Dewa Ares juga mengajarinya bersikap kurang ajar.

Tapi beda ceritanya jika di depan alerie.

"Peri..." panggil Dave sambil berlari ke arah Alerie dan memeluknya.

Alerie memaksakan senyum di wajahnya. "Wah lihat ini, dave-ku seperti anak kucing. Apakah latihan hari ini seru, apa Ares bisa di andalkan?" Tanya nya lembut sambil membelai surai dave.

"Tidak buruk, dia guru yang bagus." Jawab Dave seadanya.

Alerie terkekeh mendengar jawaban dave. "Apa jawaban itu bisa di ucapkan anak umur 5 tahun?" Ucap alerie sambil mengacak2 rambut Dave.

"Dave, setelah mandi. Datanglah ke telaga belakang kuil. Ada yang mau kubicarakan."

"Baiklah, tunggu aku disana.. aku akan bersiap secepat mungkin agar peri tidak lelah menunggu." Ucap dave lalu berlari keluar ruang kerja alerie.

Alerie memasang wajah murungnga lagi. "Bagaimana, apa anda puas. Dewa Anderson." Ketus Alerie sambil melempar buku ke udara arah jendela."

Anderson secara samar perlahan jelas trlihat berdiri di depan jendela. "Ahk, lihat sikap kasar mu alerie. Kau melukaiku." Ucap anderson berpura-pura kesakitan.

Alerie hanya membuang muka dan memutar mlas bola matanya.

"Pilihan yang bagus, alerie."

Tbc.

.
.

Time Won't Fly : The Place We Can't Be Found [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang