..
.
Faktanya, gun atthaphan dan manisan adalah satu kesatuan. Segala hal manis; baik itu permen, buah-buahan yang manis, kue-kue, hingga cokelat. Selalu ada pita yang mengikat kedua nya. Selalu ada manisan dalam tas gun, dan selalu ada gun yang menghabiskan persediaan manisan di kafetaria.
Semua orang mengetahui rahasia (atau tidak, tidak lagi menjadi rahasia) bahwa hubungan kedua nya adalah sesuatu yang absolut. Tidak pernah terpisahkan, dan tiada konflik yang berarti. Bahkan hampir seluruh penghuni bangkok (tempat di mana gun tinggal sekarang sambil menyelesaikan studinya) tahu bahwa gun tidak pernah mengalami masalah dengan manisan. Tidak ada kasus sakit gigi dan pria mungil itu selalu tersenyum dengan manisan dalam mulutnya.
Atau mungkin dia malah punya diabetes. Entahlah.
Yang jelas, relasi antara manisan dan gun atthaphan begitu erat.
Melihatnya menangis atau sedih? Gun sedang merengek? Ingin menyogok pria mungil tersebut? Gampang. Kirim saja satu kardus (atau bahkan satu truk) manisan ke ruangannya dan tentu, gun akan melakukan apapun untuk si pengirim asal masih dalam batas wajar. Hei, meski dia sangat suka manisan, bukan berarti rasionalitas dalam dirinya ikut melebur juga laksana permen. Tidak, tidak demikian.
Bilang saja: "hei, gun atthaphan, bantu aku mengerjakan tugas fisika!" sambil menyodorkan dua batang cokelat, tentu dia akan senang hati membantumu.
Atau tanya saja: "gunieee, apa yang harus kulakukan kalau pacarku ingin berkencan denganku saat selingkuhanku sedang ulang tahun? Apalagi, saat itu mantanku minta waktuku untuk meluruskan semuanya…" sambil memberikan sekotak stoberi berlumur cokelat. Sekalipun akan ada suara macam hell, that's-none-of-my-damn-business-you-bitch, gun akan menjawabnya (atau mungkin memberi ceramah juga).
Well, intinya hanya manisan dan perintah macam tolong-gantikan-aku-piket pun akan dikerjakan oleh gun. Entah itu tolol atau gun memang
mencintai manisan, itu yang masih dipertanyakan.
Mungkin juga gun lebih mencintai manisan daripada pacarnya sendiri. Upsie. Ow, ow, tak perlu melotot, jumpol. Keep calm, please.
Yeah, kadang off jumpol, pacarnya, cemburu pada kenyataan gun sering mengabaikannya demi manisan. Hell,
memangnya off kurang apa? Dia tampan, tinggi, mempesona, seksi, dan punya grade yang tak terlalu buruk (10 besar sama sekali bukan hal yang buruk, kan?).
Kenapa kencan mereka harus terganggu dengan buntalan kapas merah muda yang mengempes dan meninggalkan noda merah juga? Hallo, jelas-jelas off jumpol lebih yummy untuk disantap bukan? Apa pacarnya sedang denial dan
error dengan memilih menjilati es krim sepanjang kencan mereka di taman bermain?
Oh, seriously. Memang kencan dengan gun itu tidak merogoh ongkos. Berapa pula memang harga sebuah es krim, beberapa manisan, dan cokelat? Tapi, ayolah. Off sanggup untuk mentraktir gun berbelanja pakaian bagus dan makan di café ternama sekota.
Off juga ingin kencan normal macam kencan di taman bermain, makan di café,
berjalan di sepanjang taman kota, dan
yeah… berciuman. Terdengar klise tapi mereka bahkan tidak pernah melakukannya (terutama ciuamnnya,
damn) . Gun lebih memilih kencan di supermarket dan mengisi stok manisannya banyak-banyak, duduk-duduk di taman sambil menjilati es krim daripada menjilati off jumpol
Hubungan mereka baru berjalan beberapa dua bulan dan off tidak menyesal mengencani gun. Serius. Dia sudah menyukai pria mungil tersebut sejak kelas 9 (dan sekarang mereka kelas 11. Just well, duh, Pangeran kita agak pengecut ternyata). Tapi, hallooo… off butuh perhatian layaknya stok manisan gun juga.
Dan seperti sekarang.
Pria mungil itu merengek gara-gara stok cokelat di kafetaria sedang habis dan permen-permen baru saja diborong untuk acara camping. Off sudah menyarankan untuk membeli snacks saja untuk cemilan tapi gun tetap merengek.
"Ini sudah jam sembilan, gun." Off menghela napas. "Gerbang sudah ditutup. Tidak bisa pergi ke minimarket sekarang."
"Tapi, phi off, mulutku nanti terasa pahit."
Gun mulai menunjukkan wajah mau menangisnya. Sebenarnya off suka
itu, karena ia merasa jadi sangat kuat dan
seme juga ia merasa sebagai sosok dominan. Che, arogansi lelaki seperti biasa.
Hanya saja, jika gun benar-benar menangis, itu akan sangat gawat.
Maksudnya benar-benar gawat karena pria mungil itu akan menangis dengan keras (yang mana berarti akan mengusik seluruh penghuni Bangkok dan masalah!
Ugh), serta tidak akan berbicara pada off seharian. Dan off benci diabaikan. :(
Ia memutar otak. Berusaha menemukan cara agar: a) gun tidak merengek lagi, b) menghentikan tangisan gun karena gunienya itu sudah mulai terisak (kenapa pacarnya ini manja sekaligus menggemaskan sekali, sih?! Sial!), c) membuat gun tidak addicted pada hal-hal manis selain off ( Ha!).
"Mulutku terasa tidak enak tanpa manisan phi off walau sebentar saja".
"Hn." Off mendekat ke arah gun. "Kau bisa mencoba ini untuk mulut cantikmu itu."
"Ha?"
Umpf!
Ya Tuhan, ya Tuhan, ya Tuhan, YA TUHAN, YA TUHAN.
Apa yang baru saja terjadi? Off menarik gun mendekat. Gun hampir terjerembab. Tapi, gun malah jatuh ke pelukan off. Dan bibir off sedang ada di bibir gun sekarang. Maigat.
Off dengan ahli menggerakkan mulutnya pada mulut gun. Menjilati bibir penuh nan seksi pria mungil itu yang terasa manis karena sisa-sisa serpihan gula salju di donat yang tadi ia makan, kemudian menelusup masuk ke dalam mulut gun.
Demi. Apa. Mereka. Berciuman. Di. Kafetaria. Dengan. Panas. KYAAA—!
"Terasa lebih enak, kan?" Off melepaskan ciuman basahnya .
Pipi gun sudah memerah sampai ke telinga. "Ku-kupikir, y-ya."
Off menyeringai. Hei, untuk ukuran ciuman pertama itu lebih dari cukup. Dan kenapa tiba-tiba off kepikiran untuk mengganti sesi-makan-manisan-gun dengan sesi-berciuman-panas-dengan-off sekarang?
Oh, well.
Hn.
Smirk.
END
DEMI APA INI GAJE BANGET HAHAHAHA. /die