36. Should

458 89 11
                                    


Sebelumnya, setiap jam makan siang Taehyun akan selalu dikelas. Menyantap bekal yang selalu Soobin buatkan jika sempat, atau terkadang Siwoo yang membuatnya. Jika sedang terburu-buru atau mereka berdua tidak sempat membuatkan bekal, biasanya Taehyun akan pergi ke kafetaria untuk membeli sepotong sandwich dan air mineral. Terkadang bahkan tidak sama sekali. Ia hanya akan duduk diam di kursinya sambil berlatih membaca buku pelajaran agar kemampuannya meningkat.

Taehyun tidak pernah ke kantin, tidak pernah berkeliaran entah ke lapangan, ke taman, ke koperasi, perpustakaan, bahkan ke toilet pun sangat jarang. Alasannya?

Taehyun takut.

Berkeliaran sendiri memang sudah biasa bagi murid lain. Tapi lain cerita jika itu adalah Taehyun.

Pasti selalu saja ada yang merundung nya entah satu dua orang atau bahkan satu geng, entah senior atau seangkatan, entah laki-laki atau anak perempuan.

Benar, Taehyun tidak bisa melawan atau masalah akan semakin besar. Contohnya, saat tempo hari Soobin dipanggil oleh guru kedisiplinannya tentang insiden Taehyun memukul seniornya. Jelas bukan Taehyun yang memulai, tapi dengan licik mereka memutar balikkan keadaan hingga Taehyun menjadi pihak yang paling bersalah.

Tapi itu dulu.

Sekarang, sejak Beomgyu mengatakan bahwa mereka berteman, anak itu selalu mengajak Taehyun untuk pergi makan siang di kantin, menonton murid yang bermain bola di lapangan, bahkan sekali Taehyun pernah diajak ke perpustakaan.

Selama ada temannya itu bersamanya, orang-orang sudah jarang menggangu Taehyun secara terang-terangan apalagi didepan Beomgyu karena anak itu akan mengancam untuk melaporkan mereka pada guru.

Masalahnya, sekarang tidak ada Beomgyu.

Saat Taehyun duduk di meja kantin paling ujung dan datang dua orang murid kelasnya menghampirinya, ia hanya sendiri. Beomgyu baru saja pamit karena dipanggil wali kelas mereka untuk mengumpulkan buku tugas ke ruang guru.

Taehyun gelagapan hendak kabur, tapi mereka lebih gesit menarik tangannya hingga ia yang sudah berdiri, kembali terduduk dengan kasar dan membuat kursi yang didudukinya berdecit nyaring. Mengundang perhatian anak lain.

Namun mereka hanya menoleh sekilas, selebihnya kembali abai, merasa tidak perduli.

Dua anak yang tadi menghampirinya lantas duduk mengapitnya. Salah satu dari mereka meletakkan sikutnya di pundak Taehyun, yang membuatnya membungkuk paksa.

"Menu makan siang kali ini kering sekali" kata anak yang menumpukan sikutnya. Sumpah, Taehyun bahkan tidak ingat nama mereka berdua. "Bukankah jika ada tambahan sup akan lebih enak? Tentunya sehat, agar otakmu bisa bekerja dengan benar" lanjutnya.

Mereka tertawa terkikik. Anak yang satunya membuka botol air mineral milik Taehyun yang sisa setengah diatas meja lantas menuangkan isinya ke baki makanan Taehyun, tepat diatas nasinya.

"Nah, begini lebih baik. Ayo makan!" titahnya masih sambil tertawa.

Taehyun menghela nafasnya panjang. Menahan diri untuk tidak melawan atau Soobin akan terkena masalah lagi.

Melihat Soobin yang mencak-mencak pagi tadi tanpa Taehyun ketahui alasannya pun sudah cukup membuat dia sedih. Pasti Soobin sedang pusing dengan pekerjaannya. Taehyun tidak boleh menambah bebannya. Soobin bahkan mengatakan tidak bisa menjemput Taehyun dan seperti biasa Siwoo yang akan gantikan. Soobin hanya berpesan agar ia jangan membuat masalah, jangan melakukan hal yang membuat orang lain berfikir ia memiliki kaitan dengan Yoon Soobin. Taehyun tidak paham, bahkan selama ini pun Taehyun tidak pernah mengatakan hal itu pada siapapun.

Tapi sekali lagi Taehyun hanya mengangguk patuh, tidak banyak bertanya.

"Tuli ya? Sudah dungu, tuli pula" anak yang tadi menekan bahu Taehyun akhirnya menyingkirkan lengannya. Ia meraih sendok diatas baki dan menyendok nasi yang sudah bercampur air itu. "Cepat makan atau ku jejalkan pada mulutmu itu!"

THE PIECE OF YOURS || TXT BROTHERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang