Jeno melotot begitu melihat empat pemuda yang melepaskan masker di hadapannya, jika saja dia sedang minum sekarang sudah di pastikan dia akan menyemburkan minuman tersebut, bagaimana tidak? Jika yang dia lihat di hadapannya sekarang adalah dua pasang twins!
Åpakah sekarang anak kembar sangat mudab di dapat? Sepasang twins cukup mengejutkan, sekarang dua pasang yang bahkan saling berteman? Aneh, ada yang aneh.
"Ah, pertama tama kenalin gue Lee Jeno penghuni pertama Kost ini" Jeno baru sadar dia belum memperkenalkan dirinya duh malu!.
"Sendiri?" Pemuda berambut blonde menaikkan alisnya. Jeno mengangguk, ugh mengapa tak ada perbedaan dari keempat orang ini, mereka terlihat sepertj fotocopy-an ah!
"Sendiri?" Pemuda dengan rambut mullet lain tampak heran.
"Kenapa?" Jeno bertanya dengan bingung, apa salahnya mengekost sendiri?
"Soalnya Di detail Kost ada tulisan Kost khusus Twins" si mullet lain bersuara. Namun kata katanya berhasil membuat Jeno kembali melotot, apa?! Kost khusus Twins?! Apa apaan?! Pantas saja dua pasang twins ini muncul di sini!.
"Btw kenalin Gue Lee Mark ini kembaran gue Lee Minhyung dan ini Lee Donghyuck adek gue, sebelahnya Lee Haechan kembarannya" Mark memperkenalkan dia dan ketiga saudaranya.
Mata Jeno berputar menatap keempatnya satu persatu mencoba mencari perbedaan, tapi mungkin karna baru kenal dan tak tau jadi dia tak melihat sedikitpun perbedaan pada keempatnya, bahkan keempatnya sama sama mengenakan hoodie hitam dan celana hitam, untuk sepatu? Lupakan dia tak terlalu memperhatikan sepatu. Hahh... Parah!
"Salam kenal" angguk Jeno ramah, yang lain hanya mengangguk sebagai balasan.
"Kenapa kalian datang jam segini?" Tanya Jeno bingung, bersyukur dia bangun, jika tidak bagaimana?.
"Sorry udah ngerepotin. Awalnya kita mau datang siang ini, tapi ada something semalam jadi langsung pindah" jelas Mark, Jeno mengangguk angguk mengerti, oke sampai sini dia melihat bahwa Mark lah yang paling banyak membuka mulut.
"Mau langsung ke kamar? Kalian bisa pilih sesuka kalian" melihat waktu sudah tak awal lagi, Jeno berdiri mencoba menyarankan. Dia takut keempatnya kelelahan dan tak enak jika terus mengobrol.
Keempatnya tak menolak dan ikut berdiri mengikuti di belakang Jeno.
"Nah di sini kalian bisa pilih yang manapun karna harganya sama" Jeno berhenti di lorong lantai dua di mana jejeran pintu dengan jarak cukup jauh dari pintu satu ke pintu lain, sedangkan kamarnya ada di tengah tengah persimpangan lorong kanan dan kiri.
"4 in 1 di kamar mana?" Tanya Mark.
"Ha?" Jeno tertegun sejenak dan buru buru sadar, sepertinya keempatnya ingin satu kamar. Dia memimpin ke pintu di samping kamarnya, walau jarang pintu cukup jauh. Dia pikir samping kamarnya akan kosong karna jarang ada yang mau tinggal bersama saat mengekost begini dia tak menyangka.
"Nah ini, di dalam ada empat kali kebutuhan yang ada"
Mark dan yang lain menatap pintu hitam di hadapan mereka dan mengangguk.
"Thanks udah anterin sampe sini. Lo bisa lanjutin tidur" Mark berucap dengan sopan. Jeno mengibaskan tangannya tanda tak perlu.
"Santai. Kalo gitu gue duluan"
"Oke"
Jeno berbalik menuju kamarnya sedangkan Mark dan tiga lainnya juga masuk ke kamar baru mereka.
Begitu masuk ke kamar, Jeno mencuci wajah , tangan juga kakinya sebelum naik ke atas tempat tidur. Awalnya dia fikir akan sulit tidur karna baru saja terbangun, tapi siapa sangka begitu menyentuh temoat tidur yang lembut dia langsung tertidur lelap.
Bulan dengan cepat berlalu dan matahari mulai muncul. Jeno mengerjabkan matanya ketika cahaya samar matahari menembus tirai jendela kamarnya dan bangun perlahan.
Hari ini dia di tugaskan untuk menyambut para penyewa baru, dia harus bersiap. Jeno dengan cepat membersihkan diri di kamar mandi, keluar dengan pakaian rapi.
Setelah merasa siap, Jeno turun untuk sarapan. Biasa akan ada Bibi yang memasak untuk pagi, siang dan malam juga Bibi yang membersihkan di sore hari. Tapi setelah melakukan tugas mereka akan pulang tidak tinggal di rumah ini.
Begitu tiba di ruang makan, dia melihat empat sosok telah duduk di sana. Untungnya hari ini pakaian keempatnya berbeda, jadi Jeno tak akan pusing membedakannya.
"Pagi" sapanya ramah.
"Pagi" angguk mereka.
Setelah sapaan semua hening, hanya suara alat makan yang berdenting. Barulah setelah sarapan selesai Jeno berbicara.
"Hari ini penghuni lain bakalan datang, kalo kalian gak ada kegiatan bisa bantu sambut mereka" ucapnya membuat empat pasang mata beralih menatapnya.
"Um, oke" ucap Donghyuck, yang lain pun mengangguk samar.
Kelimanya berjalan ke ruang tamu bersama untuk menunggu tamu, walau tak tau jam berapa para tamu akan tiba, jadi tunggu saja toh ini hari Sabtu dan termasuk hari libur.
"Kalian masih sekolah atau gimana?" Jeno memecah suasana hening di ruang tamu.
"Mark sama Minhyung di kelas tiga, sedangkan gue sama Hyuck kelas dua" ucap Haechan. Jeno mengangguk mengerti.
"Gue juga kelas dua" ucapnya pula.
"Oh? Gue kira lo bocil Smp" gumam Minhyung yang sialnya masih sampai ke telinga Jeno, membuat Jeno kaku di tempatnya.
Apakah dia tak salah dengar? Jelas sejak awal bertemu dia melihat keempatnya cukup acuh dan tenang, mengapa ada gumaman saitan ini? Apalagi Bocil Smp?! Bo.cil?! Tanpa sadar Jeno menunduk menatap dirinya sendiri, badannya cukup besar, tidak kecil.
Tingginya juga cukup tinggi, yaitu 1,7 meter karna dia baru 17 tahun masih ada kesempatan untuk tumbuh ke atas kan? Darimana kata Bo.cil itu di eja?!
Minhyung yang diam diam memperhatikan gerakan Jeno memiliki busur mencurigakan di bibirnya, sedangkan tiga lainnya melirik Minhyung sengaja atau tidak sengaja.
Walau sedikit kesal, Jeno berusaha mempertahankan senyum ramahnya yang terlihat kaku.
"Senyum lo jelek"
Retak!
Wajah tersenyum Jeno dengan kaku retak begitu saja setelah Haechan berbicara. Akhirnya dia melunturkan senyumnya menatap dengan alis berkerut pada sumber suara.
"Oh" ucapnya tanpa sadar membawa sesikit nada cemberut, membuat sudut bibir keempatnya berkedut mencurigakan.
"Gue pikir orang baik anjir, ternyata Orang bermulut pedes!" Jeno mendumel sendiri tanpa menyadari tatapan keempatnya. Sepertinya di masa depan empat saudara ini akan membuatnya naik darah hingga bocor dan akhirnya kehabisan darah! Mengerikan! Jeno bergidig memikirkannya, sepertinya dia harus bermeditasi sesekali untuk meningkatkan kesabarannya.
Ting tong
Berbeda dengan gedoran semalam, kali ini suara bell pintu yang berbunyi. Jeno berdiri berjalan ke arah pintu utama dengan langkah lebar.
Ceklek
"Halo" sapa pihak lain terlebih dahulu begitu melihatnya, namun Jeno langsung merasa pusing bergitu melihat tiga wajah kembar tersenyum padanya.
NGERI ANJIR!
Jeno rasanya kembali ingin menangis tanpa air mata, apa ini?! Triplet! Mengerikan! Dan wajah tersenyum dengan sudut yang sama membuatnya berilusi seperti setan! Ah ah! TAKUT!
YOITTT
Sabar Jen, sabar
See u'
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins And The Demon ✓
AléatoireJeno hanya seorang anak Yatim Piatu yang pada saat sudah memasuki usia 17 tahun keluar dari Panti Asuhan untuk menjalani hidupnya. Namun di sebuah Kost aneh dia bertemu dengan para manusia berwajah kembar dan terjadi sesuatu yang menarik! WARN! BXB...