"Enggak kerja Jen?"
Jeno mendongak begitu mendengar suara tersebut lalu menggeleng. Mereka sekarang sudah pulang sekolah juga sudah seesai makan siang dan sibuk masing masing.
"Kenapa?" Mark tampak bingung.
"Udah gak kerja sekarang, soalnya udah ada pendapatan lain. Gue juga perlu istirahat" Jeno menggaruk tengkuknya dengan canggung.
"Um gitu" angguk Mark mengerti.
"Lo mau kemana?" Melihat Mark tampak ingin pergi mau tak mau Jeno penasaran.
"Mau keluar bentar, kenapa?"
"Ah? Gapapa, gue cuma nanya aja" geleng Jeno.
"Oh" Mark mengangguk lalu pergi.
"Kemana dia?"
Buset!
Jeno tersentak kaget mendengar suara dari belakangnya lalu menoleh dan menghela nafas panjang.
"Mau keluar katanya, gatau kemana" ucap Jeno menatap pemuda di hadapannya.
"Oh" Minhyung mengangguk mengerti lalu duduk di sofa single dengan santai.
"Gak tidur siang?"
"Hm?" Minhyung mengangkat kelopak matanya menatap Jeno.
Serangan seperti ini lagi! Jeno cry cry hiksrot ah!!!
"Gue gak ngantuk" ucap pemuda tersebut acuh. Jeno hanya ber'oh' ria.
"Jeno!"
"Ha? Iya!" Teriak Jeno menjawab panggilan tersebut, mendongak melihat Jaem bersandar di pagar pembatas lantai dua.
"Sini!" Jaem melambai.
"Gue naik dulu" Minhyung hanya mengangguk. Jeno buru buru naik ke atas, dia takut melihat Jaem bersandar di pagar pembatas seperti itu.
"Kenapa Jaem?" Tanya nya menarik Jaem menjauh dari pagar pembatas, dia sangat paranoid, sering cemas berlebihan melihat sesuatu yang memiliki kemungkinan membahayakan.
"Bisa jahit? Baju gue sobek gara gara Jaemin!" Jaem memasang tampang cemberut.
"Jahitin ya? Oke oke?" Mata Jaem dengan penuh harap menatap ke arah Jeno membuat Jeno sulit menolak.
"Tapi jahitan gue gak rapi" ucapnya tak enak.
"Gapapa, ayo!" Jaem menarik Jeno menuju kamar Na bersaudara, yang di tarik hanya mengikuti dengan patuh.
Ceklek
" Eh Jen, ngapain?" Melihat Jeno masuk, Nana bertanya dengan senyum di wajahnya.
"Ah? Itu katanya suruh bantu jahitin baju Jaem" ucapnya canggung.
"Oalah gitu oke oke" angguk Nana mengerti dan tak mengganggu lagi.
"Ini, gue di geret tadi sama dia. Akhirnya sobek, untung sobeknya di garis jahitan, kalo gak yakalai mau di tambal" Jaem melirik Jaemin dengan sinis. Jeno sedikit terkejut karna Jaem yang biasa sangat random dan aneh bisa normal seperti ini juga.
"Coba liat" Jaem menyerahkan bajunya pada Jeno. Jeno menatapnya sejenak, menimbang kemampuan menjahitnya. Sepertinya tak masalah jika hanya seperti ini.
"Oke, gue bisa kayanya. Bentar gue ambil jarum jahit di kamar"
"Oke" Jaem mengangguk.
Jeno berlari kecil ke arah kamarnya tapi di depan pintu kamar Lee bersaudara dia tak sengaja menabrak Haechan? Donghyuck?
"Duh, sorry" ucap Jeno buru buru meminta maaf karna memang salahnya tak memperhatikan.
"Kenapa buru buru?" Haechan bertanya dengan heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins And The Demon ✓
RandomJeno hanya seorang anak Yatim Piatu yang pada saat sudah memasuki usia 17 tahun keluar dari Panti Asuhan untuk menjalani hidupnya. Namun di sebuah Kost aneh dia bertemu dengan para manusia berwajah kembar dan terjadi sesuatu yang menarik! WARN! BXB...