Apa yang ada di pikiran kalian saat mendengar ‘Masa Putih Biru’ ? Mungkin beberapa dari kalian akan berpikir ‘masa di mana remaja remaja mencari jati diri’ atau ‘waktu dimana para remaja memulai cinta monyet nya’ ya, aku pikir itu memang benar, tapi aku rasa masa ini menyenangkan.
Aku ingin membagi sedikit pengalaman ku di masa putih biru ini, Pengalaman tentang cinta monyet ku. Mungkin akan sedikit menggelikan tapi aku harap kalian mau membaca cerita ku ini sampai habis.
Perkenalkan, nama ku Azura, Aku merupakan Siswi kelas 9 di SMPN 34, aku baru berusia 14 tahun, aku sangat menyukai Mata pelajaran Bahasa inggris, warna biru, dan juga karakter Minion, selain menyukai Bahasa inggris, warna biru, dan juga Minion aku juga menyukai anak laki laki di kelas ku, Nama nya Haikal Chandra. Haikal chandra merupakan orang yang mungkin (?) Menjadi lelaki pertama yang membuat ku uring uringan di masa sekolah ini, dia orang yang cukup ramah, dan juga murah senyum. Namun, dia agak menyebalkan dan cukup jahil pada anak perempuan dan karna kejahilannya itu lah aku menyukai nya.
Pertama kali aku mengenal nya saat masuk sekolah di tahun ke 3 ini, aneh bukan? Kami sudah berada di kelas yang sama selama 2 tahun namun aku baru menyadari kehadiran nya di tahun ke-3.
Awal aku menyukai nya saat kami bertemu di perpustakaan untuk membantu guru kami yang kebetulan merupakan paman nya, saat itu aku berfikir, ‘Woah ini cowo keren banget, jarang banget ada cowo yang mau keperpus secara suka rela buat bantu bantu’ namun setelah pertemuan dan interaksi kami di perpustakaan itu kami tidak pernah berinteraksi lagi, aku sempat melupakan perasaan kagum dan suka ku pada nya Sampai pada pertengahan semester ganjil aku dan Haikal mendapatkan kelompok yang sama, aku duduk di sebelahnya saat itu, aku mulai kembali menyukainya dan merasa kagum pada nya Yang selalu tersenyum kepada semua orang, banyak hal yang kami bicarakan dan tertawakan saat itu, dan itu menyenangkan.
Sampai suatu hari ntah dapat keberanian dari mana... Aku memberanikan diri memberitahu diri nya tentang perasaan ku pada nya, “Haikal, i have crush on you! Kamu lucu, kayak minion!” ujar ku pada nya dengan mata yang berbinar binar, jika aku ada di dalam sebuah animasi mungkin disekeliling ku sudah di penuhi kerlipan bintang.
Saat itu ia hanya diam, tak menjawab, tak juga tersenyum seperti biasa nya, cukup lama kami berdiam diri sebelum akhir nya Ia membuka suara, “i have crush on you itu... Apa?” tanya nya dengan nada datar, mendengar pertanyaan nya aku merasa tergelitik, ingin rasa nya aku tertawa mendengar pertanyaan itu, namun aku mencoba menahan nya dan menjawab nya dengan serius, “i have crush on you itu arti nya aku suka kamu!” kata ku dan dia hanya mengangguk dan mengatakan, “oh, iya” aku kebingungan mendengar perkataan nya aku mulai berpikir ‘apa itu arti nya dia juga menyukai ku??’ Benak ku bertanya tanya tentang maksud perkataan nya sebelum ia pergi itu.
Namun, keesokan harinya barulah aku mengerti, dia tidak menyukai ku. Dia menghindari ku di keesokan hari nya, awal nya aku berfikir dia merasa malu pada ku tapi nyata nya dia risih pada ku, aku menyadari nya setelah seminggu Haikal menghindari ku, dia menatap ku dengan sinis, bahkan terang terangan pergi saat aku terlihat mendekat ke arah nya, hal itu cukup untuk membuatku sadar, dia menghindari ku.
Aku dan Haikal kembali berjarak, bahkan kini seperti dua orang yang tidak saling mengenal, dia sudah tidak pernah tersenyum kepada ku, jika dulu ketika kami tidak lagi berinteraksi aku melupakan perasaan kagum dan suka ku pada nya maka kini berbeda, aku semakin menyukai nya, aku sering memperhatikan nya diam diam bahkan beberapa kali melakukan eye contack walau akhir nya dia akan mengalihkan pandangan nya ke arah lain.
Aku sedikit menikmati ini sekarang dan sudah tidak se frustasi saat minggu pertama dia mengabaikan dan menghindari ku, aku mulai berfikir ‘ah tidak apa apa tidak berinteraksi lagi dengan nya, setidak nya aku masih dapat memandangi nya’ tapi aku rasa aku salah, benar kata orang orang menyukai seseorang dapat membuat mu bodoh.
Hal bodoh yang ku maksud terjadi saat sekolah kami mengadakan acara, kami mendapat dresscode berwarna putih hitam, aku terpesona melihat nya dengan baju kokoh putih nya, tanpa sadar aku memotret foto nya dan juga menghampiri nya, “Haikal, aku minta fotbar boleh gak?” Dia terdiam, dan dapat ku lihat wajah nya memerah, sambil tersenyum dan berlalu ia berkata “terserah aja deh” kata nya, aku kegirangan dan pergi keluar bersama teman teman ku, menunggu nya menyelesaikan urusan nya di dalam gedung sekolah, namun saat dia keluar dia tidak menghampiri ku bahkan saat aku memanggil nama nya, dia pergi begitu saja meninggalkan ku yang berharap dapat mengabadikan momen berdua dengan nya melalui kamera ponsel ku.
Aku tahu tujuan nya, dia akan pergi ke rumah Moreo yang berada tidak jauh dari sekolah, aku menyusulnya, tapi bukan untuk meminta nya berfoto, aku hanya menunggu ayah ku menjemput ku di halte depan rumah Moreo, namun sepertinya takdir sedikit mendukung ku? Atau mungkin menghukum ku? Haikal duduk di teras rumah moreo dan sedang memandang kearah Halte, saat itu halte sedang sepi, hanya ada aku dan adik kelas ku yang ku ketahui nama nya adalah Remi, dia bertanya kepada ku, “kak, kenapa? Kok muka nya kayak lusuh banget??” Tanya nya pada ku, aku hanya menggeleng dan menjawab “kau lihat pria yang duduk di teras rumah itu? Aku menyukai nya, dan ingin mengajak nya foto, tapi dia menghindari ku dan pergi kesana” Ujar ku lesu menjawab pertanyaan nya itu.
Remi memandang kearah teras Moreo dan melihat Haikal yang saat itu sedang membaca sebuah alkitab milik teman nya.“ohhh… kak haikal??? Aku kenal, mau foto sekarang gak kak? Kita samperin” Kata remi setelah melihat Haikal, ia tersenyum kepada ku.
Aku terpaku beberapa saat berusaha mencerna perkataan Remi, aku menutup wajah ku dengan kedua tangan ku, “malu banget aku ihhh kalo mau minta kesana” gumam ku, “tapi dia cakep banget sayang kalo gak foto sekarang” aku terus bergumam tidak jelas hingga suara Remi menyadarkan ku.
“Kak, ih lama banget mikir nya ayo ah gausah mikir mikir!” Remi berseru kemudian menarik tangan ku, dalam hati aku menguatkan hati ku dan mulai menyeimbangkan langkah Remi yang mendahului ku.“Haikal!” aku memanggil nya, dia menoleh dan tersenyum kecil. Aku sempat terpaku beberapa saat sebelum akhir nya meneruskan ucapan ku
“kata nya mau fotbar, ayo di sebelah sini aja” ucap ku tak tahu malu.Moreo tertawa mendengar nya “sana kal, dia udah gak sabar tuh” kata nya sambil menyenggol bahu Haikal yang ada di samping nya.
Haikal menggelengkan kepalanya, kemudian dia berdiri dan menghampiri ku
“yaudah terserah mu aja ra” ujar nya dan beranjak.
Kami mengambil foto dengan gaya jempol ala bapak bapak dengan bahu saling menempel, momen itu ku anggap sebagai salah satu kepingan terindah di masa putih biru ku saat ini.Walau pada esok hari nya ia tambah menjauhi ku, karna teman teman kami yang mulai mengejek nya, kami mungkin kembali berjarak namun aku tetap menyukai nya saat ini dan entah sampai kapan akan terus begitu.
Aku akan berterima kasih kepada tuhan karna mempertemukan mu dengan ku, jika saat ini kau belum menjadi milik ku maka aku harap tuhan menyiapkan skenario yang indah tentang kita dimasa depan.
Terima kasih Haikal chandra, pemberi salah satu memori indah dimasa putih biru ku.
****Nanas
Senin,14 maret 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepingan Terbaik Masa Putih Biru
Short Storymenceritakan tentang perjalanan ku di akhir masa putih biru ini, tentang cinta monyet ku, teman teman ku, dan guru guru yang meninggalkan kesan di benak ku.