Tidak jadi cerah

3 0 0
                                    


Bunyi alarm kebakaran bunyi sangat kencang di pagi yang cerah ini, gimana ga cerah udah beberapa bulan di daerahku tidak sekalipun pernah hujan sedangkan kabar dari tempat lain bahkan sedang kerepotan karena kebanjiran. Alarm yang berbunyi semakin memekikan telinga, ini bukan alarm kebakaran yang sebenarnya tapi alarm membahana dari headphone abangku yang dengan nyaman masih tidur dengan nyaman bersama selimutnya yang tipis.

Enak bangat emang,dia yang harus bangun pagi buat kerja tapi hpnya disimpan di kamarku supaya kalau alarmnya bunyi aku yang harus membangunkannya, sangat tidak praktis sekali orang ini.

"banguuuuun" seru ku memasuki kamarnya dengan membawa hp yang alarmnya sudah ku matikan, bukan apanya tapi alarmnya kalau didengarin lama bisa mecahin gendang telinga tau ga.

"ha, 15 menit lagi ya" katanya sambal mengeratkan selimutnya dan berbalik membelakangiku.

"kenapa alarmnya ga di 7:15 aja sih bang, capek tau harus bolak balik sini hah" rutukku sembari keluar dari kamarnya

Aku menatap pantulan muka bengkakku di cermin sebagian diri ingin mengakui bahwa yang sedang kupandang ini cukup cantik tapi sebagian lagi batin bertanya-tanya "kapan aku glow up kayak orang-orang ya?" yah seperti itu lah

Setelah mencuci muka dan sikat gigi aku menyempatkan diri untuk keluar dan membeli nasi kuning. Indonesia bangat kan, aku tidak terlalu suka roti begitupun abangku katanya makan roti itu tidak kenyang dan kebetulan tetangga depan jualan nasi kuning setiap hari walaupun Cuma sejam udah habis jadi harus pagi bangat emang kalau mau beli.

"bu, seperti biasa ya 2 bungkus" pesanku

"oke satunya ga pake sambal kan? Untuk abangnya" katanya memastikan, emang udah langganan sih jadi udah tau kalau abang ga bisa makan yang pedas

"betul sekali"

"tunggu yah masih buatin untuk ibu ini dulu" tunjukanya pada ibu di sampingku

"silahkan bu" aku berusaha tersenyum ramah pada ibu disebelahku

Bukannya aku jahat atau gimana ya tapi ibu nita ini juga tetangga disini yang biasa kalau aku lewat serasa diomongin terus kalau natap sinis bangat, takut aja kalau nanya yang aneh kan kayak sekarang padahal pesanan dia udah jadi tapi masih juga disini.

"neng ga dinas pagi?" nah kan udah mulai nih introgasi.

Aku emang lulusan farmasi tahun lalu tapi belum pernah kerja karna beberapa alasan baik itu karna keluarga ataupun karna saat itu aku dilema antara lanjut ke apoteker atau langsung kerja saja. Dan disinilah aku disindir oleh ibu-ibu yang selalu kepo sama semua orang, bukan aku benci ya tapi maklumin ajalah emang lagi diumur yang sedang lucu-lucunya.

"saya belum dapat kerja bu, doain di terima di rumah sakit ya bu atau di apotek jadi kalau ibu mau nebus obat bisa sama saya aja" jawabku sambil berusah tersenyum manis

"oh kirain udah dinas neng, soalnya anak saya tuh kemarin baru lulus udah kerja aja terus ditaksir ama bosnya hebat ya neng" balasnya bangga

"hebat bu, emang udah rezekinya bagus"

"oh ya bu, saya udah selesai izin permisi ya" pamitku setelah menerima pesanan dan membayarannya tentu saja. Setelah mengucapkan terima kasih dan mengangguk seperlunya aku bergegas untuk kembali kerumah.

Aku memang selalu berusaha untuk tidak memikirkan terlalu dalam tentang kegagalan atau langkahku yang lebih lambat dari orang lain karena itu bisa jadi hal negative yang akan membuatku takut dan meragukan diriku sendiri. Tapi tetap saja, hal itu tidak bisa ku acuhkan begitu saja. Ada ego yang terluka, ada kepercayaan diri yang terkikis dan ada keputus asaan tentang betapa tidak mampunya aku untuk menjadi hal yang berguna didunia ini jangan kan untuk keluargaku bahkan untuk diriku sendiri.

"bang bang tukang bakso mari-mari sini aku mau beli" aku bernyanyi saat memasuki kamar abang lagi karna ini udah pas jam yang dia tawarkan tadi. Harus heboh emang kalau mau bangunin manusia satu soalnya ga akan bangun kalau Cuma pake suara halus ntar dia kira malah nina bobo lagi

Setelah memastikannya bangun aku langsung keluar lagi untuk makan sembari menonton, ini yang aku perhatikan jaman sekarang orang ga bisa makan dengan tenang kalau ga sambil nonton kayak ada yang hambar gitu. Dengan tenang ngeliat si abang yang mondar mandir siap buat ke kantor ga lupa untuk makan nasi kuning pesanannya tadi juga sembari mendengarkan debat yang aku sendiri ga tau tentang apa pokoknya orang yang saling marah kesatu sama lain.

here i standTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang