Dering panggilan masuk menggema halus di tengah ruang yang sunyi. Jeff yang mengenali nada handphone-nya, mencoba untuk meraih benda pipih itu dalam pejam matanya. Bahunya tertahan untuk bergerak lebih tinggi lantaran seseorang masih dengan erat memeluk tangannya. Jeff menoleh, membuka matanya dengan malas untuk menyadari bahwa Barcode masih ada di sisinya. Remaja itu tidur lelap tanpa merasa terganggu dengan dering ponsel Jeff.
Jeff mengerjap singkat, ia menarik tubuhnya pelan untuk menjangkau ponsel di atas rak.
"Halo," sapa Jeff lebih dulu.
"Ah! Akhirnya diangkat!"
Suara yang terdengar lega dan panik secara bersamaan itu membuat mata Jeff menjadi segar. "Ada apa?" tanyanya agak cemas. Dia bahkan tanpa sadar menarik tubuhnya hingga terduduk, membuat remaja di sisinya terjaga dengan penuh keterkejutan.
Barcode menatap bahu Jeff dengan pikiran yang melayang-layang, nyawanya belum terkumpul sempurna.
"Phi, can you pick me up?"
Jeff mengernyit. Ia menarik ponselnya dari telinga, melihat waktu yang tertera di layar.
"Phi Je-" Suara Barcode yang pelan tenggelam oleh suara Jeff yang lebih berat.
"Kamu di mana, di jam ini?"
"Aku DJ, kalau Phi Jeff lupa."
"Oh, ya ...." Jeff mengusap wajahnya kasar, "Kamu baik-baik saja? Kenapa kamu meminta jemput? Di mana mobil kamu, Jess?"
"I am fine. Mobil aku ada, tapi aku enggak berani menyetir sekarang."
"Kamu minum?"
"Sedikit na. Aku enggak mabuk, tapi aku takut saja."
"Oke, oke. Kamu tunggu di sana. Klub yang sama, kan?"
Jeff bisa mendengar adiknya, Jesse berbincang dengan orang lain, tapi hanya suara Jesse yang telinganya tangkap. Dia meminta lawan bicaranya di sana untuk menunggu sebentar.
"Phi Jeff, I think ... I owe you an apology na, ehehe."
"Huh, What is it about?"
"Aku menelepon temanku karena Phi enggak langsung angkat teleponku. And he is here."
Jeff bisa mendengar suara tawa halus yang terputus-putus dari adiknya di seberang sana. "Kenapa kamu enggak pastikan dulu dia akan datang atau enggak?" Tukas Jeff agak kesal. "Phi panik karena Phi pikir kamu dapat masalah."
"Sorry na, Phi. Mimpi indah. Bye!"
"Jess-"
Nada sambung yang terputus dengan tergesa-gesa itu membuat Jeff mengembus napasnya keras. Jeff meletakkan kembali handphone-nya, kali ini di sisi bantalnya. Ia akan kembali merebahkan diri, sampai ia sadar bahwa sepasang manik menatapnya dalam mata berat menahan kantuk.
"Code. Ah, maaf. Kamu terbangun karena Phi."
Barcode mengangguk setuju, "Aku kaget. Phi Jeff bangun tiba-tiba."
"Phi minta maaf na."
"Apa ada masalah? Kenapa Phi cemas tadi?"
"Bukan apa-apa. Jesse menelepon, dia minta dijemput karena habis minum."
Barcode menggosok matanya. "Phi Jeff mau pergi sekarang?"
"Temannya datang lebih dulu. Phi enggak jadi pergi."
"Oh," gumam Barcode bersamaan dengan kuap yang lolos. Ia lalu berputar membelakangi Jeff. "Aku masih mengantuk. Mau tidur lagi na, Phi Jepp."
Senyum tersungging di ekor bibir Jeff. Ia mengusap lembut kepala Barcode, dan membenarkan selimutnya. Jeff menatap punggung Barcode, bahunya bergerak halus memberi kesan tidur yang tenang. Pria itu tidak lagi dapat terpejam karena serangan jantung yang Jesse berikan. Jeff kembali mengambil ponselnya. Ia menghabiskan waktunya untuk menulis, apa pun yang melintas di dalam pikirannya saat itu, itulah yang memenuhi catatan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Voice | JeffBarcode [COMPLETED]
FanfictionMusik adalah kehidupan Jeff Satur, dan suara adalah nyawanya. Untuk meraih mimpi yang ia tanam sepuluh tahun lalu, bahkan tahun-tahun sebelumnya, Jeff harus mundur dari agensi yang menaungi karier beraktingnya. Agensi yang secara tidak langsung mela...