Chapter 1

328 37 4
                                    

.
.
.

Cahaya mentari hangat menerpa kulit, angin berembus sejuk. Kau menyipitkan mata saat melihat bangunan kayu yang cukup tua, namun masih nampak terawat dan bersih. Di depan pintunya, bertuliskan pemandian. Tak salah lagi, ini adalah tempat yang dituju.

Pemuda dengan tinggi 190 cm itu menyandarkan dagunya di punggungmu yang kecil, membuat Reo perlu membantu dengan sukarela. Baru saja turun dari bus, sudah bertingkah manja, kau hanya mampu menggelengkan kepala pasrah.

Kau menoleh, menatapnya, setelah sosok berambut putih tersebut digendong oleh Reo. Mulutmu membuka, melemparkan pertanyaan dengan perasaan yang tak enakan, "Apa kalian berdua tidak masalah kalau kutinggal di sini? Aku perlu membantu Anri-san dan Ego-san untuk mengatur dan check in di resepsinya."

"Yah, kalau aku sih, tidak masalah. Mendaftarkan jumlah para peserta Blue Lock yang cukup banyak ini, bakal menyusahkan dirimu," balas Reo, ringan, "tapi, Nagi sepertinya akan menolak kalau dirimu pergi dari sisinya sekarang."

"Haha, beruntunglah aku, hanya lima belas orang saja yang mau ikut! Mengenai Nagi, Reo sendiri 'kan bisa menjaganya?"

"Ngh, tidak mau."

Nagi mengernyitkan dahi, menatap dirimu dengan tatapan enggan. Tuan muda dengan helaian rambut ungu itu memasang cengiran kecil, sudah menduga, "Tuh, kan."

"Nagi, pergilah bersama Reo, ya? Kau tahu sendiri 'kan kalau aku tidak bisa terus bersamamu .... Anggap saja, ini waktu yang bagus untuk mengakrabkan diri dengan yang lain," ujarmu sembari menghela napas dan mengulas senyum tipis. Menjadi teman sedari SMP Nagi, membuatmu paham betul akan tingkahnya. Ia seperti buku yang terbuka, tiap kali bersikap padamu.

Meskipun tidak rela, Nagi hanya mampu mengangguk pelan, terpaksa. Jujur saja, ia tidak ingin melepaskanmu. Terlalu banyak lelaki yang tak dikenalnya di sini, bisa jadi merebutmu darinya, bukan? Nagi Seishiro sampai kapan pun tidak ingin hal itu terjadi. Sudah cukup ia merasa kehilangan akan pertemanannya dengan Reo.

"Ah, [Name]-san, apa kabar?" sapa seorang pemuda berambut hitam, iris birunya melirik cerah, sementara wajah itu menampakkan senyuman manis dan ceria.

Kau menoleh pada Isagi, mengerjap, membalas dengan ulasan senyum ramah, "Halo, Yoichi, aku baik! Terimakasih sudah bertanya. Kabar Yoichi sendiri bagaimana?"

Bercengkrama dengan sang Blue Lock's Ace di depan penginapan pemandian air panas itu seperti hal yang lumrah bagimu. Nagi mengernyit tak suka, kenapa hanya dirinya saja yang dipanggil dengan nama marga? Padahal, ia yang lebih banyak menghabiskan waktu bersama dirimu.

Belum lama pikiran negatif menghantuinya dan hal itu sudah terjadi begitu saja. Sontak saja, Nagi turun dari gendongan Reo, mendekapmu dengan erat dari belakang.

"Eh, Nagi?"

"[Name], mandi bersamaku, yuk."

Hening, semua mata mengarah padamu dan Nagi. Butuh beberapa menit hingga kau tersadar, wajah memerah. Refleks, kepalan tangan mendarat di kepala pemuda berambut putih itu, melepas dekapannya padamu. Reo berseru, menegur temannya tersebut dengan ekspresi panik setelah memukulnya secara tidak bersalah, "Oi, Nagi! Tidak sopan, tahu! Cepat minta maaf!"

Nagi mengaduh kesakitan dalam diam.

"Uhn, kenapa ... harus minta maaf? Tidak ada yang salah dengan itu. [Name] kan lebih dekat denganku," balasnya.

"Ya, tetap aja tidak boleh begitu, tahu! Ah, dasar kau ini! Maaf ya, [Name]. Kupastikan ia tidak sembarangan ngomong seperti ini lagi."

Isagi memaklumi tingkah Reo dan Nagi yang terlihat seperti ibu dan anak, ia merasa ingin diam-diam pergi dari suasana kalian bertiga. Namun, kau tidak merespon, membuat Reo semakin khawatir dikarenakan sikap Nagi yang tiba-tiba protektif seperti itu. Nagi mendengkus kasar, memutar irisnya perlahan, lalu kembali memelukmu kembali.

"Aku akan berusaha akrab dengan yang lain, walau merepotkan. Jadi, sebagai gantinya, kau hanya boleh berbicara denganku atau Reo saja, yah?"

"Hah, tunggu Nagi, bagaimana kalau aku perlu membicarakan sesuatu dengan para anggota Blue Lock yang lainnya?"

Nagi melepas pelukan itu, menatapmu secara lekat, lalu melirik ke arah Reo. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Reo paham lalu mendesah pasrah, "Katakan saja keperluannya padaku, nanti kusampaikan. Meskipun sebenarnya, aku tidak ingin melakukan hal ini, tapi baiklah ... apa pun untuk My Treasure."

Kau melemparkan tatapan datar, "Bagaimana bisa aku jadi manager yang profesional kalau kalian berdua mengikatku seperti ini? Yah, mau bagaimana lagi, aku akan menghubungi mereka melalui chat atau panggilan handphone saja semisal Nagi tidak berkenan dengan tatap muka."

Mendengar pernyataan itu, Nagi mengangguk antusias, meski tidak merubah ekspresi di wajahnya. Melihat Nagi, kau hanya mampu menggelengkan kepala, "Kalau begitu, aku masuk dulu bersama Anri-san dan Ego-san. Mereka sepertinya sudah menungguku dari tadi."

"Haha, iya, masuk saja sana, [Name]. Awas jangan sampai dimarahi!" sahut Reo, tertawa kecil. Sedangkan, Nagi hanya melemparkan tatapan malas.

Isagi melambaikan tangan sembari tersenyum, "Hati-hati, [Name]! Aku akan mengirimkan data mengenai peserta yang bisa kudapatkan selama liburan ini."

Mengapa kesannya seolah mereka tengah melepaskanmu untuk perjalanan jauh?

Lantas, senyuman kecil kau sunggingkan tatkala mendapati Nagi yang mencuri-curi pandang padamu. Lalu, ia ikut melambaikan tangan pelan, mengikuti Isagi, hingga punggungmu tak lagi dilihat olehnya.

"Lucu juga, ya. Kau merasa kesepian karena tidak bersama dengan [Name]? Padahal selama di Blue Lock atau sedang main game, kau tidak merasa apa-apa, tuh," sindir Reo.

Nagi menunduk, termenung cukup lama, "Yah, aku juga tidak mengerti kenapa bisa tiba-tiba seperti ini, Reo. Hanya saja yang kutahu, aku merasa aneh kalau Isagi dan yang lainnya mendekati dia."

Reo mengerjap, melotot, kemudian menepuk-nepuk punggung pemuda itu dengan kuat. Kalau saja Nagi tidak menahan dirinya, mungkin ia sudah jatuh untuk yang kesekian kalinya. Tawa terbahak-bahak dilepaskan oleh Reo, ia terdengar seperti menikmati perkembangan yang tengah dialami temannya tersebut.

"Aku menantikan saat di mana kau sadar."

"Hm, apa maksudnya itu?"

"Haha, masa kau tidak sadar? Benar-benar, My Treasure ini tidak peka akan perasaannya sendiri, ya. Ayo cepat, sebelum aku ambil [Name] darimu?" tanya Reo, menyeringai lebar sembari membusungkan dada. Terlihat sengaja untuk menggunakan panggilan itu terus menerus seraya menggodanya terang-terangan.

"Jangan."

Ekspresi Nagi tidak berubah, namun nada suaranya memberat, begitu pula aura yang ia keluarkan. Mendapati respon itu, Reo tertawa dan melangkah masuk ke dalam bangunan, mengabaikan Nagi yang masih sibuk mensortir pikirannya sendiri.

Seharusnya ini menjadi liburan, namun mengapa Nagi Seishiro merasa tidak tenang?

Ada begitu banyak kesempatan untuk bersantai di sini dan lagi-lagi, ia tidak bisa mengeluarkan dirimu dari kepalanya. Ia menghela napas gusar, tidak mengindahkan panggilan Isagi dan Bachira kepadanya. Beberapa hari berada di onsen ini, ia perlu untuk memantau dirimu.

Hal yang merepotkan, tapi ia harus melakukannya.

.
.
.

Hotspring ⇢ Nagi Seishirou × Reader [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang