FA . 10

44.9K 4.6K 257
                                    

Bisik-bisik para murid terus terdengar, kejadian tadi pagi membuat heboh. Arvelyn tak memperdulikan segala cemoohan yang ia dapatkan, gadis itu saat ini tengah curhat kepada kedua sahabatnya.

"Wah.. si Aura anjing banget, sih! Minta dibasmi tuh cewek!" Nayra berucap kesal, setelah mendengar kejadian semuanya dari mulut Arvelyn, gadis itu pun menjadi ikutan naik pitam.

"Vel, lo gak mau buat perhitungan gitu, sama si Auranjing?" Fhira bertanya. Pasalnya sedari tadi Arvelyn terlihat tenang, bahkan saat ini gadis itu tengah sibuk memakan nasi goreng udang miliknya.

"Gak, males." Balasnya singkat.

"Ck, gak asik lo mah!" Fhira berdecak.

Tak lama, panggilan dari speaker sekolah membuat para murid terdiam, mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan.

"Panggilan kepada Arvelyn Fairlyta Earshy dari kelas XII 4 untuk segera ke ruang Bimbingan Konseling..."

"Sekali lagi, panggilan kepada Arvelyn Fairlyta Earshy dari kelas XII 4 untuk segera ke ruang Bimbingan Konseling. Terimakasih."

Para murid yang tadinya diam kini mulai berbisik-bisik kembali, bahkan bisa dibilang kini mereka membicarakan Arvelyn secara terang-terangan.

"Eh itu si Arvelyn mukanya kayak gak ngerasa bersalah banget!"

"Kasian ya Aura.."

"Gak ada Letta, Arvelyn yang berulah."

"Katanya yang nolongin Aura tadi, si Artha. Rava lagi gak masuk soalnya."

"Letta sama Rava gak masuk, tetep aja ada drama."

"Padahal Arvelyn udah gak banyak tingkah lagi beberapa hari ini, eh tau-tau bully Aura."

"Iya, bener. Gantiin Letta sehari."

Mengabaikan ucapan tak bermutu itu, Arvelyn kini sedang menggerutu kesal.

"Kenapa harus sekarang, sih?! Gue 'kan mau makan dulu! Nanti, kek! Orang lagi lapar!" Arvelyn mencak-mencak sendiri, membuat kedua sahabatnya menatap gadis itu dengan iba.

"Yang sabar ya, Vel. Sana buruan ke BK, kalo ada apa-apa telpon aja Nayra. Ini nasgor nya buat gue, ya!" Fhira berkata riang, lalu menggeser piring Arvelyn yang berisikan nasi goreng.

"Dih, apaan?!" Nayra yang merasa tak terima namanya disebut-sebut, mendelik. "Gue bantu doa aja ya, Vel." Lanjutnya sambil menepuk bahu Arvelyn dua kali.

"Gue juga." Fhira ikut-ikutan.

Arvelyn yang mendengar itu semua, menatap sinis kedua sahabatnya.

"Gak setia kawan lo berdua!" Setelahnya gadis itu pergi untuk memenuhi panggilan.

Melihat itu, Fhira dan Nayra saling pandang.

"Ngambek tuh, pasti!" Mereka berucap berbarengan.

°°°°°

Brak!

"PERMISI, PAK!"

Semua orang yang ada di ruang BK terlonjak kaget ketika mendengar teriakan tersebut, lalu serempak melihat si pelaku yang sekarang sedang cengengesan tak jelas.

"Eh, maap-maap, kaget yak?" Tanyanya sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Arvelyn, gak sopan banget ya, kamu!" Peringat Matheus, atau biasa disebut dengan Pak Mamat.

Arvelyn memperhatikan baik-baik lelaki paruh baya itu, kepalanya yang botak setengah, kacamata, lalu kumisnya yang tebal, itu--

"Pakum!" Refleks, Arvelyn menunjuk Pak Mamat, ketika gadis itu teringat dengan dosen galak di kampusnya dulu.

Antagonist Fiancé [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang