Darurat

1.4K 165 9
                                    

"WHAT?! JENO KENAPA?!" Seru Donghyuck dengan ganas menatap Nana saat melihat sosok pemuda tak sadarkan diri tersebut sudah seperti sebuah mayat.

"Please, gue gatau dia kenapa, tapi pasti semalem ada sesuatu. Liat!" Nana mengangkat Hoodie yang dia kenakan pada Jeno memperlihatkan perut Jeno yang bergerak gerak membuat pupil mereka menyusut.

"Tolong cari cara buat selamatin Jeno, gue mohon!" Nana menangis berlutut di hadapan yang lainnya, bodohnya dia tak menjaga Jeno, padahal mereka berada di kamar yang sama.

Mereka terkejut dengan tindakan Nana yang tiba tiba berlutut di lantai masih dengan Jeno di pelukannya. Mereka tak tau tentang hal hal gaib seperti ini, tapi jika di lihat dari apa yang terjadi pada Jeno ini jelas kerjaan Iblis. Apakah Iblis dari Dunia Iblis mengikuti mereka sejak mereka berhasil keluar?!

"Ck!" Minhyung mencubit alisnya dengan erat, mengapa hal seperti ini terjadi pada mereka. Kost sialan itu!

"Pergi! Bawa ke kost sebelummya, kita harus balik ke Demon World!" Donghyuck mengambil alih tubuh Jeno begitu saja dan berjalan dengan langkah lebar keluar dari Villa, dia sempat tertegun merasakan dinginnya tubuh Jeno. Pemuda tersebut menggertakkan giginya menahan rasa panas di matanya yang memerah. Itu merah karna dia sangat marah, itu juga merah karna dia sangat sedih melihat keadaan tragis Jeno.

Yang lain buru buru mengikuti setelah mengambil beberapa hal untuk persiapan. Mereka langsung menuju ke area Kost sebelumnya.

"Jeno..." Gumam Nana gemetar, tubuhnya tremor sejak tadi pagi karna dia merasa semua ini salahnya. Sepertinya Iblis itu jelas menggunakan tubuhnya kepada Jeno.  Bagaimana jika Jeno sadar nanti? Apakah pemuda itu akan membencinya? Hatinya sakit jika memikirkan sosok yang di sukainya malah membencinya.

"Tenang, ini bukan salah lo" tak tahan mepihat Nana terus seperti ini, Jaemin mau tak mau menghiburnya. Bagaimanapun itu adalah saudaranya.

"Udah Na, yang penting sekarang harus fokus selamatin Jeno" Jaem ikut menghibur saudaranya. Namun Nana hanya diam tanpa menanggapi membuat keduanya menghela nafas panjang tak tau harus bagaimana.

"HILANG!" Teriakan Andy membuat mereka sadar bahwa mereka telah tiba di Kost, namun melihat ternyata Kost tersebut hanya sisa puing seakan terbakar. Jantung Nana dan Donghyuck menegang begitu melihat Kost tersebut sudah hilang. Panik mulai menggerayangi hati mereka.

"Gak mungkin...!" Lirih Nana meremas surai abu abu peraknya dengan erat.

"Gak! Gak!" Gelengnya panik. Dia sudah seakan akan gila dalam hitungan detik.

Plak!

"Sadar Na!" Ucap Jaemin dingin setelah menampar wajah Nana dengan cukup keras.

Nana tertegun sejenak, akhirnya dia hanya menangis dalam diam. Jeno...

Di sisi Donghyuck, pemuda tersebut mengepalkan tangannya dengan erat. Wajahnya telihat sangat tak sedap di pandang.

"Cari orang pintar!" Serunya membuat Haechan yang duduk di sampingnya dengan cepat mengeluarkan ponselnya, mulai browsing hal hal kuno ini.

"Menurut lo dimana lagi ada yang bisa nyembuhin Jeno?" Andy menoleh menatap Jisung dengan ekspresi cemas di wajahnya. Mata Jisung berkedip namun dia menggeleng. Dia juga shok saat melihat Jeno tiba tiba menjadi seperti itu. Mereka bahkan sampai bolos sekolah begini.

"Lo tau kan soal ini!" Mark menatap Minhyung dengan ganas, Villa itu adalah pemberian orang tua mereka pada Minhyung, tetapi karna di katakan bahwa Villa tersebut memiliki aura gelap, Villa itu tak pernah di pakai, hanya sesekali di bersihkan oleh pembersih yang Minhyung sewa.

"Gue gak percaya ada hal begituan, gue gatau bakalan jadi kaya gini!" Tak terima di tuduh, Minhyung membalas dengan menaikkan suatanya. Dia benar benar tak tau apa yang terjadi pada Jeno!

"Cih, harusnya lo gak usah bawa semuanya ke Villa!" Mark menggertakkan giginya dan membuang pendangannya menatap keluar jendela mobil.

"Ikuti mobil!" Kepala Haechan menyembul dari jendela sembari berseru, mengalihkan perhatian semua orang.

"Oke!" Andy membalas dengan lambaian tangan.

Akhirnya mereka melaju di sepanjang jalan yang awalnya ramai menjadi semakin sepi dengan banyak pohon kering di sepanjang jalan.

"Yakin ini jalannya?" Donghyuck melirik Haechan dengan alis berkerut.

"Hm, udah bener di map" angguk Haechan.

"Nah itu!" Serunya menunjuk sebuah rumah kayu bobrok di ujung jalan. Dapat dilihat ada sosok nenek nenek tengah membungkuk, menyapu di depan rumahnya.

Mobil dengan cepat berhenti secara berisan dan semuanya segera turun. Donghyuck melangkah lebar menghampiri nenek nenek tersebut.

"Nek, tolong temen saya!" Ucap Donghyuck dengan memohon mengejutkan nenek nenek tersebut.

Nenek tersebut mendongak melihat sekumpulan anak muda yang menatapnya penuh harap lalu menatap sosok di gendongan pemuda yang baru saja berbicara. Donghyuck dengan sadar diri mengangkat hoodie Jeno memperlihatkan perut Jeno yang bergerak gerak bahkan lebih besar dari ukuran tadi pagi.

Seketika pupil nenek tersebut menyusut, dia menatap yang lainnya sebelum meletakkan sapunya.

"Ayo ikuti saya" ucapnya dengan suara serak yang kasar.

Mereka dengan patuh mengikuti nenek tersebut masuk ke dalam rumah kayu usang. Terlihat banyak benda benda antik di dalamnya, bahkan ada dupa dan sesuguhan. Andy yang melihatnya merasa merinding.

"Baringkan dia di sini" Nenek tersebut menunjuk dipan kayu berlapis karpet tipis dengan bantal di ujungnya. Donghyuck dengan patuh membaringkan Jeno di sana.

"Duduk saja di lantai" ucap sang Nenek berjalan pergi. Mereka saling pandang sejenak lalu duduk berdesakan karna rumahnya memang sempit. Menunggu cukup lama, akhirnya sang Nenek kembali dengan sebuah kotak kayu di tangannya. Dia duduk di kursi menghadap Minhyung dan yang lain.

"Nak, mengapa temenmu bisa begini?" Tanya nya menghela nafas panjang.

"Itu..  saya rasa Sesuatu yang gaib menggunakan tubuh saya untuk bersetubuh dengannya Nek!" Nana buru buru menyeletuk menyebabkan mata yang lainnya melebar sempurna dengan perasaan campur aduk.

"Saat saya bangun saya tidak bisa mengingat apa apa, bahkan saya tidak merasa pernah melakukannya" lanjut Nana meringis.

'Sial!' desis Donghyuck mengepalkan tangannya dengan erat, menahan agar tak holang kendali. Bahkan Jaemin metanya menjadi dingin selayaknya kutub utara.

"Saya dulu pernah menerima pasien serupa saat masih muda" Nenek menghela nafas panjang, bersiap untuk bercerita.

"18 tahun yang lalu, ada seorang wanita datang menemui saya dengan di temani teman temannya yang juga anak kembar. Kalau tidak salah ada 6 orang kembar, satunya kembar empat, satunya lagi kembar tiga"

"Mereka bilang mereka tinggal di sebuah Kost bernama Kost twins dimana khusus kost anak kembar. Awalnya itu biasa saja, tapi mereka mengalami hal gaib, yaitu sepuluh orang penghuni kost tersebut pergi ke Dunia Iblis. Dalam perjuangan untuk keluar, tiga teman mereka gagal selamat dan hanya menyisakan tujuh orang termasuk wanita itu"















Yoit

Segini dulu

See u~

The Twins And The Demon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang