Part 3

352 28 0
                                    

Happy Reading

Ini gila!

Dari sekian banyaknya novel yang Luna baca, kenapa ia harus masuk ke dalam novel 'Its You'. Dan lebih parahnya lagi ia harus terjebak ke dalam tubuh Nara Lovania seorang tokoh antagonis yang tolol setengah mampus.

Apa ini nyata? Tapi orang waras mana yang akan percaya semua ini.

Memasuki dunia novel bukanlah hal yang bisa di nalar oleh manusia biasa sepertinya. Ini terlalu mustahil dan tidak dapat dipercaya. Tapi gilanya Luna mengalaminya sendiri saat ini.

Asik dengan pikirannya sendiri. Luna sampai tidak menyadari pintu kamarnya terbuka.

Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat segar di usianya yang tidak lagi muda muncul dan terlihat berjalan anggun ke arahnya.

"Nara..." Panggilan disertai usapan lembut di bahunya menyentak Luna dari lamunan. Ia menyerngit melihat wanita itu.

Melihat raut kebingungan di wajah Luna. Wanita itu terkekeh geli. "Ternyata kamu bisa juga buat ekspresi lucu seperti itu. Mama kira kamu hanya bisa buat ekspresi garang saja." Mendengarnya Luna hanya dapat tersenyum kikuk. Bingung harus merespon apa.

Seolah baru mengingat sesuatu. Luna menatap wanita itu lekat. Mama? Ah, pasti beliau ini adalah nyonya Fernandez. Raisa Ily Fernandez, ibu tiri dari Nara.

Benar.

Di dalam novel diceritakan bahwa Nara adalah anak yatim piatu. Orang tuanya pergi meninggalkan Nara kecil di panti asuhan. Entah untuk alasan apa orang tua kandung Nara melakukan itu, sebab hingga akhir novel pun tidak dijelaskan penyebabnya.

Namun, saat menginjak usia remaja. Nara kecil diadopsi oleh pasangan suami istri Fernandez. Keluarga kaya raya yang bergelimang harta.

Alasan pengadopsian Nara sendiri pun didasari oleh fakta bahwa nyonya Fernandez, Raisa. Tidak dapat mengandung lagi setelah sebelumnya kehilangan seorang bayi saat masih dalam kandungan.

"Nara, kamu melamun? Apa ada hal yang mengganggumu sayang?" Usapan di kepalanya lagi-lagi menyadarkan Luna dari lamunan panjangnya mengenai alur novel.

"Eh, e-enggak kok ma." Luna tersenyum tipis membalas senyum hangat wanita itu. Menghela napas pelan Raisa berucap. "Maafin mama sayang, gara-gara keteledoran mama kamu jadi kaya gini." Wanita itu memegang tangannya lembut, terlihat jelas raut penyesalan di wajahnya.

Luna gugup. Bagaimana ia tidak gugup saat Raisa memandangnya tanpa berkedip. Seolah-olah Luna akan menghilang dari pandangan wanita itu jika tidak diperhatikan dengan baik.

"Bukan salah mama, ini salah aku yang ceroboh dan enggak hati-hati waktu jalan dipinggir kolam. Makanya aku kepleset dan berakhir nyemplung ke sana hehe." Luna menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia nyengir untuk menutupi kegugupannya pada wanita itu.

Raisa terlihat sedikit percaya setelah mendengar kebohongannya. Karena faktanya Luna tidak tahu apapun. Ia bahkan tidak mendapat satu pun ingatan pemilik tubuh tentang peristiwa yang menyebabkannya tenggelam.

Lagi pula di dalam novel sendiri tidak ada penjelasan mengapa Nara si antagonis, tenggelam hingga masuk rumah sakit.

Apa mungkin penulis melakukan revisi pada bab-bab tertentu? Ya, itu mungkin saja. Sebab kejadian-kejadian aneh seperti itu bisa saja terjadi, seperti ia yang masuk ke dalam novel ini pun sudah sangat aneh.

Luna mendesah lelah, semakin dipikirkan  entah mengapa semakin membuat kepalanya terasa akan pecah.

"Nar, mama perhatiin muka kamu kok kusut banget kaya orang dililit hutang." Berkat ucapan ajaib mama Nara, atau sekarang menjadi mamanya. Luna mendelik, merasa tidak terima dengan ucapan ngawur wanita itu.

"Ma, mama yang bener aja masa aku anak mama yang cantik jelita ini bisa sampai ke lilit hutang sih. Bisa-bisa diketawain ayam tetangga kalo beneran." Luna cemberut. Dan makin manyun kala melihat Raisa justru terpingkal-pingkal hingga memegang perutnya yang keram karena terlalu banyak tertawa.

Luna heran, apa yang lucu dari ucapannya barusan. Bukannya ia benar, tidak mungkinkan Nara Lovania anak seorang Raisa Ily Fernandez terlilit hutang.

Lalu Luna semakin heran dengan tingkah wanita itu. Kemana perginya sikap anggunnya tadi. Mereka sudah seperti orang yang berbeda saja.

Setelah selesai dengan sesi tertawanya itu. Raisa terlihat berusaha mengendalikan diri agar tidak tertawa lagi. Terbukti dari bibirnya yang berkedut berusaha menahan tawa yang akan lolos. "Maa...." Luna merengek. Meminta wanita itu untuk berhenti menertawakannya.

"Oke-oke mama minta maaf, mama hanya terlalu senang kamu sudah kembali seperti dulu. Mama bahkan tadi sempat takut kamu akan amnesia dan melupakan papa, mama, dan kakakmu." Raisa berucap dramatis.

Luna yang melihat itu hanya mampu menghela napas. Menghadapi tingkah mamanya yang random memang butuh kesabaran ekstra.

                                 *******

Tak lama usai drama melelahkan yang hampir menguras habis seluruh kesabarannya. Luna akhirnya dibolehkan pulang. Ia jadi begitu bersemangat dan tidak sabar untuk bisa mengirup udara bebas.

Alih-alih aroma obat yang selalu membuatnya mual.

Omong-omong Luna duduk sendiri seperti anak hilang. Kemana Raisa? Mamanya itu tengah mengurus biaya administrasi rumah sakit, yang membuatnya harus menunggu wanita itu selesai dengan urusannya.

Luna menghela napas. Sudah bermenit-menit terlewati dan mamanya belum juga terlihat. Ia benar-benar merasa akan mati kebosanan.

Untuk membunuh rasa bosannya itu, Luna mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah sakit berharap bisa menemukan wanita itu. Namun, alih-alih mama Raisa yang ia lihat. Luna justru melihat sesuatu yang lebih menarik.

Woii buset.

Itu....

Lee Jeno!






Jangan lupa vote dan comment.

Terimakasih.
Salam hangat(^^)

Butterfly [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang