3 : [MENGIKUTI JEJAK]

144 26 2
                                    

Jujur saja, Haizel sedaritadi berusaha tenang ditengah langkah kaki yang semakin pemuda itu percepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jujur saja, Haizel sedaritadi berusaha tenang ditengah langkah kaki yang semakin pemuda itu percepat. Entah mengapa sejak turun dari bus, dirinya seakan mulai tak tenang.

Sebenarnya Haizel yakin berpikir positif tentang ini. Maksudnya tentang orang berhoodie hitam pada belakangnya. Haizel tak sengaja melihat pantulannya di kaca bus tadi. Namun karena wujud penuh bayang, pemuda itu tak bisa menilai siapa yang mengikutinya.

Sebenarnya, Haizel sudah merasa seperti ini saat berpisah dengan Narvan dan Rayen di parkiran sekolah.  Dimana Rayen akan pulang bersama sang kekasih dan Narvan yang akan pulang bersama sang ayah yang merupakan seorang guru disekolah tersebut.

Haizel tak mampu memberitahukan hal itu pada keduanya. Bahkan ia tak mampu mengalihkan pandangannya untuk membaca air wajah orang yang mengikutinya.

Kondisi jalan kerumah yang kian sepi, merampungkan rasa khawatirnya dengan ketakutan. Haizel merasa bahwa ia mampu menangis saat ini juga. Apalagi langkah dan ketukan kaki yang semakin cepat seolah mengikuti langkahnya.

Haizel mempercepat langkah ingin berlari, tasnya mulai bergoyang seirama dengan jalannya. Sebelum akhirnya, kecepatan langkah itu turut mengejar nya.

Pemuda itu memekik saat seseorang dibelakangnya itu menarik pergelangan tangannya  ke atas, "—Aaaa!"

Mata Haizel mulai berkaca-kaca setengah menunduk. Hingga si penarik tangan yang melihat itu tersentak kaget melihat kondisi panik Haizel.

"Maaf, gue nakutin lo, gue cuma mau balikkin gantungan kunci beruang lo kok," jelas orang tersebut melepaskan pergelangan Haizel dan menunjukkan telapak tangannya yang berisi gantungan kunci.

Haizel seperti mengenali gantungan dan suara baru lelaki yang mengajaknya bicara. Pemuda itu mengangkat wajahnya perlahan, tempramennya berubah sepersekian detik. Pukulan pada bahu dengan telak ia berikan pada lelaki dihadapannya.

Bahkan lelaki itu hampir oleng akibat kuatnya pukulan tersebut. Haizel hampir memaki manusia dihadapannya. Mengingat bagaimana perilaku anehnya siswa baru yang mengikutinya.

"Kalo lupa gue Mat—teo dan ma—af," dua kali jeda Matteo terbata akibat pukulan Haizel pada bahunya membuat lelaki itu reflek melindungi diri meski tak berniat untuk membalas Haizel.

Yang mendengar itu hanya melirik sinis pada Matteo. Merampas gantungan kunci, berjalan menjauhi si pemberi, "terimakasih."

Memang terkesan jahat dan ketus, tapi siapa yang tak takut dengan kejadian ini. Apalagi Matteo hanya bersikap biasa saja setelah itu. Bukan, Haizel tak bermaksud membuat Matteo bertekuk lantas memaafkannya. Katakan saja pemuda itu rewel akan hal ini. Entahlah mungkin Haizel memang terbawa emosi.

Tidak ada suara langkah kaki yang berkurang. Tetap saja kedua pasang kaki itu terdengar menyusuri jalan dengan senandung kecil dan posisi hoodie yang kembali apalagi tambahan masker yang baru lelaki itu kenakan. Jarak dua rumah menuju rumah Haizel membuatnya semakin geram. Apa sih tujuan lelaki itu mengikutinya?

[MH DWILOGI] : INSOMNIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang