1

7 1 0
                                    

" setidaknya beri aku jalan sendiri umi, aku udah besar masa soal jodoh aja harus dipilihkan!! ". Yakin bahkan sampai saat ini aku tak pernah diberi kesempatan mengambil keputusan atas diriku sendri, selalu saja dituntut agar mengikuti kemauan org tua.

Bahkan...

" umi hanya memilih kandidat yng akan kamu pilih, segera menikah, punya anak, urus suami itu yng umi mau liat dari kamu. Bukan luntang lantung di umurmu yng sekarang. "

Kalian harus tau bahwa umi ku satu ini memang sedikit overprotective terhadap anaknya. Apalgi jika menyangkut pernikahan. Perdebatan seperti ini hanya akan berujung dengan perdebatan lainnya. Mau diam pun disangka aku menerima pilihan itu.

" ya sudah, akan aku coba ketemu orang yang baik itu. Umi atur waktunya aku akan kosongkan kegiatanku, tapi jangan sampai dadakan. Atau aku ga akan datang sama sekali."

Dengan puas umi melihatku dengan tersenyum sangat manis. Aah, rasanya aku ikut senang melihat senyuman itu. Setelah memutuskan aku pergi ke kamar dan melanjutkan pekerjaanku yang tertinggal karna perdebatan kecil itu.

Sebenarnya aku pun cukup malu, melihat semua temanku sudah menikah bahkan pnya anak 2. Sejujurnya umurku 25 tahun yaa belum terlalu tua sebenarnya, tapi entahlah menurut umi umurku sudah matang untuk berkeluarga. Asal kalian tau bukan karna aku tidak laku atau tidak berminat dengan lelaki. Meskipun aku sedikit trauma membina sebuah keluarga, karna yaa kalian tau ayah dah umi bercerai karna perselingkuhan. Tapi, sebenarnya aku sedikit mengagumi seseorang, jika dibandingkan dengan pilihan umi dia tidak seberapa. Inginku cerita sedikit tentang dia pada umi tapi aku takut umi tidak setuju karna mungkin dia tidak terpilih menjadi kriteria menantu idaman umi.

Abi, namanya Abi. Dia tampan, berwajah dewasa seperti bawaannya. Dia memang jauh lebih dewasa dariku, yng ku tau dia 5 tahun lebih tua dariku. Tinggi, itu salah satu tipeku karna aku pendek kali saja kita berjodoh bisa memperbaikin keturunanku. Kelemahannya mungkin pada profesinya, montir. Menurutku yang menyangkut mekanik itu keren sangat jarang pria yng bisa memperbaiki sesuatu di jaman sekarang. Meskipun begitu sudah sangat jarang karna pengasilannya tak seberapa.

Kalian tau dia bukan hanya keren, dimataku dia sangat hot jika sedang berantakan, atau sedang fokus dengan pekerjaanya. Penampilannya keren saat dia memakai seragam montirnya itu.

Ahh...

Mengingat dia aku jadi merindukannya. Jika dia tau aku dijodohkan dengan orang pilihan umi apa dia akan menyerah dengan perasaannya?? Yaa kami pernah saling mengungkapkan perasaan kami. Tapi, sayangnya kami tidak menjalin hubungan apa-apa selain teman mungkin. Dia pernah bilang padaku karna dia tak pantas untukku, klise sekali alasannya. Dan aku?? Ya karna trauma dengan sebuah keluarga. Yaa sejujurnya aku pernah mengajak dia untuk berkomitmen denganku sebatas mencoba hubungan yng serius.

Dan kalian tau jawabannya apa?
Dia menolak saat itu juga, dan yaa itu membuatku muak dan sayangnya aku terlalu tertarik dengannya sampai tidak bisa marah karna ditolak. Wah, kalian tau egoku sangat sulit untuk diturunkan.

Tring tring,,,

"Aah sialan mengagetkan saja" ponselku berbunyi ternyata.

"Halo"

"Bisa kita bertemu besok??"

"Bisa, kapan dan dimana kamu yang tentukan. "

"Kafe biasa dekat bengkel, bisa?"

"Oke, sampai ketemu besok. "

Tut...
Mendesah, merasa panggilannya singkat sekali.

Setelah memutuskan panggilan, diriku menatap layar ponsel yang mati sambil menikmati detak jantungku yang tak beraturan. Satu hal lagi yang kalian harus tau, Abi adalah tipe cuek, tidak peka dengan keadaan sekitar. Bahkan ketika aku mengungkapkan perasaan ku padanya dia hanya menjawab " kebetulan sekali, aku juga suka kamu." simpel sekali bukan pernyataannya saking tidak peduli nya dia, jika dibilang kita dekat memang cukup akrab, kita sering bertukar pendapat, saling mengutarakan konflik saat mengobrol. Jujur opini yang sering kita bicarakan kadang sepemikiran mungkin itu yang dia suka ketika kita berbicara.

Meskipun dia terlihat tidak peduli pada keadaan sekitar dia punya sedikit rasa empati mungkin, jiwa sosialisi nya bisa dibilang lumayan. Karna, saat pertama kali kita bertemu pun itu karna dia sempat menolongku. Yaa, hari itu aku sedang dikejar waktu. Hari dimana toko kosmetik tempat usaha pertamaku dibuka, adalah hari sial dan sebuah keberuntungan. Ya dia menolongku dengan memberikan tumpangan, dengan percayanya diriku menerima tawaran itu sama sekali tak ada prasangka dia org jahat meskipun waktu itu dia terlihat berantakan dengan memakai seragam montirnya.

Dia menawarkan mobilnya padaku, padahal kita baru bertemu "kamu terliat sedang buru- buru." sekilas melihatku kemudian melirik kembali keadaan mobilku yang mogok. "Jika kamu mau, pakai mobil saya sedangkan mobil kamu saya bawa. Kebetulan saya punya bengkel diujung jalan sana."

"Tidak, tidak perlu." melirik jam tangan dengan gelisah padahal tadi aku sempat mengagumi wajah itu. Aah yaampun semapat- sempat nya aku.

"Tenang saja, saya tidak akan membawa kbur mobilmu. Atau aku antar kamu ke tempat tujuan, sedangkan mobilnya biar dibawa oleh bawahan ku. Dan kamu bisa pakai kartu namaku untuk info masalah mobilnya. " boleh juga sebenarnya tawarannya.

Tanpa berfikir panjang kuambil kartu namanya Abi Prabowo. " Baiklah, tolong antar aku ke alamat ini." mencantumkan alamat pada google maps.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

weTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang