Rena menatap sang bunda yang terus-terusan menghela nafasnya kasar. Bundanya yang sedang membaca buku itu kadang bergerak tidak nyaman membuat Rena heran.
"Bunda kenapa? ada yang sakit?". Tanya Rena sedikit khawatir.
"Eh gak papa kok, abang kamu pergi yah?". Tanya Rose berusaha mengalihkan pembicaraan.
Rena pun mengangguk.
"Iya katanya mau main ke rumah temennya, ada bang Jean juga kok bun disana". Ucap Rena membuat Rose antusias.
"Nanti kamu chat abang kamu yah? suruh bang Jean main kesini gitu, bunda kangen". Ucap sang bunda diangguki oleh Rena.
"Baru juga sehari gak ketemu bun, eh tapi emang hp bunda kemana deh?"
"Diambil om Carlos". Ucap Rose sebal. Rena menatap sang bunda sedih.
"Maaf yah bun, gara-gara aku sama bang Jere berantem, omah sama opah jadi tau semuanya"
Rose mendekatkan tubuhnya pada anak gadisnya. Di dekapnya erat tubuh Rena yang tak lagi mungil itu.
"Kenapa minta maaf? kan emang seharusnya omah sama opah tau"
"Tapi kan bun—
"Udah gausah di bahas lagi yah?"
"Bunda kangen ayah?". Tanya Rena membuat Rose bungkam.
"Bunda kangen ayah yah?". Tanya Rena sekali lagi.
"Engga kok bunda gak kangen ayah". Ucap Rose bohong.
Rena menatap sang bunda. Anak gadis itu menghela nafasnya kasar. Ayah dan bundanya masih sangat-sangat saling mencintai, tapi karena keegoisan sang ayah semuanya jadi hancur. Rena benci dengan fakta itu. Sejujurnya, ia juga merindukan sang ayah. Rena rindu bagaimana tatapan sang ayah yang seakan-akan bangga memiliki anak seperti dirinya, rindu dengan sikap lembut yang dimiliki sang ayah, rindu saat sang ayah lebih membelanya ketibang membela kedua kakak kembarnya. Rena sangat rindu. Tapi hatinya menolak keras kehadiran sang ayah. Ia terlanjur sakit hati dengan perlakuan sang ayah pada keluarganya.
"Bunda jangan bohong".
"Soalnya aku juga kangen ayah...". Ucap Rena pelan. Sangat pelan sampai-sampai Rose hampir tidak mendengar suara anaknya.
"Rena kangen ayah?". Tanya Rose.
Rena hanya diam.
Rose pun kembali memeluk tubuh anak gadisnya erat. Pertahanan gadis itu runtuh dan akhirnya Rena menangis di pelukan sang bunda.
Rose paham. Rose sangat paham dengan perasaan Rena. Biar bagaimana pun, Jefran adalah ayah kesayangan anak gadisnya itu. Rose sangat tau bagaimana Jefran dan Rena saling menyayangi satu sama lain. Mungkin sangat sakit melihat orang yang paling ia sayang malah menjadi luka untuk dirinya. Rose paham karena ia juga merasakannya.
"Bunda, Rena kangen sama ayah, tapi Rena benci". Ucap Anak itu sambil senggugukan.
"Rena benci, Rena takut di pukul lagi". Tangis Rena malah makin kencang. Rose semakin mendekap erat tubuh anak gadisnya itu. Mendengar tangis Rena yang pilu juga membuat hatinya ikut menangis.
"Maaf yah sayang bunda gak bisa tahan emosi ayah waktu itu, maaf karena bunda sama ayah, kamu jadi nanggung beban kaya begini". Ucap Rose berusaha menenangkan anaknya.
Rose harus kuat demi anak-anaknya yang tidak tahu apa-apa, harus tenang walau semua terasa berat. Wanita itu janji, setelah ini tidak akan pernah ada lagi tangisan pilu dari anak-anaknya.
*****
Dengan wajah yang masih babak belur dan kondisi badan yang kurang vit akibat kemarin, Jefran dengan nekat pergi ke rumah mertuanya. Rumah orang tua Rose memang banyak, tapi entah mengapa Jefran sangat yakin kalau Rose dan juga anak-anaknya ada di rumah utama ini. Jefran memberhentikan mobilnya di depan pagar besar milik mertuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Sweet Home
FanfictionJAEROSE FAM Jefran sadar kesalahan fatal yang ia lakukan membuat keluarga kecilnya hancur. Ia berusaha mengembalikan suasana rumah yang hangat seperti sebelumnya walau anak-anaknya memaksa dirinya untuk menjauh.