23

1K 80 14
                                    

"apakah Dunk akan bertahan?"

Guratan wajah manis itu sedikit tak nyaman, mengingat tadi baru saja sang kekasih kembali ke bangkok, dia total bingung dengan keadaan ini.

"Dunk... Jika memang Dunk mencintai tuan Joong, berarti harus bertahan disisinya"

Beberapa orang menerapkan prinsip, hal yang di cintai, belum pasti harus di miliki, namun Dunk merasa dirinya ingin mendapatkan kedua hal itu "jika dia mencintaiku dia akan kembali, tapi jika memang dia memiliki pilihan lain, aku menghormatinya"

Sejauh apapun dirinya dan Joong berusaha lari, hal ini tak terelakkan, harus memberi pilihan dan menerapkannya secepat mungkin "nyonya Aydin sakit..."

"Humm, bisa jadi dia meminta anaknya menikahi View.. itu tak masalah, jika memang Joong setuju itu sudah pilihannya, aku menerima"

"Lalu bagaimana denganmu nak?"

"Sudah kubilang aku tak ada masalah apapun"

"Mengumpulkan nyali sebesar ini, kalian berdua menempuhnya sangat menakjubkan, bibi Jan sendiri merasa tak rela"

"Mau tak mau harus menerima keputusan orang-orang kaya di atas kita" Dunk tertawa kecil, tangannya tak berhenti mengaduk masakan "aku tidak bergerak lagi, sudah cukup.. semua keputusan dari Joong akan kuterima"

"Dunk.. bibi Jan suka sekali saat Dunk ada disini, tapi bukan berarti mau Dunk tak memiliki tujuan apapun"

"Tapi tujuanku hanya tempat ini, aku tak punya tempat lain lagi"

Tempat bekerjanya, setiap hari bersenang-senang bersama Phuwin.. oh iya lelaki manis yang menjadi sahabatnya selama ini, bagaimana kabar Phuwin disana?, Rindu sekali sebenarnya, namun jika dipikir-pikir kembali ke bangkok hanya mempermalukan dirinya sendiri

Bukan kesengajaan, kini dia merasa dirinya nampak seperti parasit yang berusaha mengambil hati sang pewaris tahta, tak ada pilihan... Orang-orang sudah pasti mengklaim dirinya perusak hubungan keluarga

Ini nampak biasa, tapi tetap saja bukan hal sepele, dia merasa tuan dan nyonya Aydin membencinya, tapi persetan untuk segala perkara, dia telah banyak menghabiskan air mata, tak ingin bertele-tele lagi, semuanya terserah mereka.

.

.

.

.

.

"Shia.. tuan Joong akan kembali"

Pond menatap layar ponsel ditangannya, baru saja akan melangkah masuk ke dalam toko bunga dia mengurungkan niat, ingin mengatakannya pada Phuwin, tapi bagaimana dia akan menjawab pertanyaan saat lelaki manis itu menanyai keadaan Dunk?

"Ckk.. aku harus kembali ke perusahaan"

"Pond..."

Terlambat sudah, lelaki manis di depan pintu menangkap lebih dulu pergerakannya "Phuwin..." Tawanya terdengar canggung, apakah lelaki manis itu akan curiga?

"Masuklah.. kita makan siang bersama"

"Sebenarnya aku agak sibuk sekarang, harus kembali ke perusahaan"

"Ahh.. tuan Joong sudah kembali?"

Shit.. sekarang Bagaimana Pond akan menjelaskan kejadian ini? "Darimana kau tahu?"

"Jadi benar yah..., Apa Dunk juga kembali?"

"Sepertinya tidak, karena tuan Joong mengirimi pesan padaku, bahwa dia kembali bersama nona View"

"Dunk tidak mau menjawab panggilanku lagi" wajah manis itu kecewa sudah, matanya memanas.. sakit sekali, tragedi cinta yang memuakkan membuatnya harus menahan rindu pada sang sahabat,

Snow Globe [Joongdunk]18+[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang