PART 03

21.8K 1.2K 10
                                    

Rasanya pengen ngubah judul deh, tapi untuk saat ini cuma Saturday Night yang cocok. Nanti lama2 pasti ngerti deh kenapa aku kasih judul ini 😅

***

+628XXXX: soal kejadian waktu itu, kamu enggak perlu ngerasa takut

+628XXXX: saya siap tanggung jawab kalau seandainya memang terjadi apa2 sama kamu

Keira yang baru sempat mengecek ponselnya begitu membuka mata dan meminum segelas air putih dari atas meja, tampak langsung membelalak kaget saat melihat dua buah notifikasi chat dari nomor asing yang tertera di layar.

Ia sudah bisa menebaknya, pasti itu adalah nomor ponselnya Jeandra. Ia lantas menghapus notifikasinya begitu saja, dan mengabaikan fakta bahwa dua buah chat itu dikirimkan sekitar pukul 11 malam.

Berhubung tidak ada lagi notifikasi chat yang penting, karena sisanya hanya beberapa chat ringan dari grup khusus karyawan, jadi Keira pun segera menyimpan kembali benda pipih itu ke atas meja, lalu segera bersiap-siap untuk pergi bekerja. Karena rutinitas paginya hanya seputar meminum air putih, mengecek ponsel, lalu pergi ke kamar mandi—kadang langsung mandi, tapi kadang juga didahului dengan buang air. Kemudian dilanjut dengan berdandan, dan kalau ia tidak malas, maka ia juga akan turut mencatok rambutnya sebelum mengikatnya dengan ikatan sederhana. Baru setelah itu ia akan memikirkan tentang sarapan. Kadang ia sengaja sarapan di tempat makan yang ada di sekitar sini, tapi kadang juga ia hanya akan menikmati roti kemasan. Supaya lebih praktis, dan tidak membuat riasannya jadi berantakan.

Well, meskipun ia hanya bekerja sebagai seorang waitress, tapi penampilannya tetap harus selalu on point. Apa lagi ia juga akan berhadapan dengan banyak orang. Ia tidak mungkin membiarkan dirinya jadi terlihat jelek dan tidak enak dipandang. Lagi pula, kalau ia semakin cantik, dan make-up-nya pun tetap on point, maka ia akan merasa sangat senang melihat pantulan wajahnya di dalam cermin. Lalu suasana hatinya pun akan semakin membaik.

Selesai mandi dan berpakaian, Keira pun tampak segera duduk di atas kursi dan langsung memulai rutinitas yang lainnya. Ia berdandan, serta merasa cukup bersemangat untuk meng-curly bagian ujung rambutnya. Ia lantas mengikat rambutnya dengan ikatan rendah. Karena rambut panjangnya memang wajib diikat. Ingat, ia adalah seorang waitress. Kalau sampai rambutnya rontok ke makanan, maka pekerjaannyalah yang akan menjadi taruhan.

Begitu sudah akan berjalan ke arah depan pagar, Keira yang awalnya berencana untuk sarapan di warung buburnya Pak Jajang—karena bukan hanya bubur saja yang dijual di sana, serta berencana untuk menggunakan jasa ojek pengkolan, tampak terkejut saat melihat keberadaan mobilnya Jeandra yang sudah terparkir di depan.

Keira lantas menghela napas berat. Kenapa pria itu selalu saja berusaha untuk menemui dirinya? Bukankah di sini ia-lah pihak yang seharusnya merasa dirugikan, dan seharusnya mengejar-ngejar pria itu agar mau diajak berbicara ataupun dimintai pertanggung jawaban?

Namun, kenapa yang terjadi malah sebaliknya? Kenapa malah Jeandra-lah yang terus berusaha untuk menemui dirinya? Padahal ia sama sekali tidak ingin bertemu dengan pria itu, apa lagi sampai dipergoki oleh Nara—tunangannya Jeandra.

Lalu, dengan berpura-pura tidak menyadari keberadaan pria itu di sana, Keira pun tampak berjalan santai dan mencoba untuk tidak terpengaruh, apa lagi sampai menoleh ke arah sana.

Namun, sebelum ia benar-benar melewati mobil pria itu, sosok Jeandra sudah lebih dulu turun, dan mencegatnya di tempat itu.

“Kenapa lagi sih, Mas?“ tanya Keira sembari melepaskan pegangan tangannya Jeandra di pergelangan tangannya.

“Kenapa kamu enggak bales chat dari saya?” Jeandra malah ikut melemparkan sebuah pertanyaan.

“Enggak penting soalnya. Lagian, saya juga enggak kenapa-napa.”

Saturday Night Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang