Perasaan yang terpendam

480 75 39
                                    

Brakk

Bugh

"Arghhh!"

Phayu berteriak dengan marah, melempar semua barang-barang yang berada di kamar untuk melampiaskan emosi.

"BODOH KAU PHAYU! SIALAN KAU, BAJINGAN KAU PHAYUUU!"Si tampan itu terus meruntuki dirinya sendiri. Setelah kembali dari apartemen Rain, dirinya langsung kembali kerumah dan menghancurkan semua barang yang ada didalam kamarnya.

"Bagaimana bisa kau menyakiti Rain begitu dalam! Kenapa kau tega melukai hati seorang malaikat seperti Rain! KENAPA PHAYU? KENAPA? ARKHHHH!!"Terus berteriak dengan marah.

Flasback saat di apartemen Rain...

Suasana benar-benar terasa canggung dan hening. Phayu memutuskan datang ke apartemen adik iparnya atau mantan kekasihnya dulu. Phayu datang tidak sendiri. Seorang balita kecil juga ikut bersama Phayu di dalam dekapannya.

Dari tadi mata Rain tidak berhenti melirik kearah si kecil yang tertidur begitu damai. Bahkan Chay juga ikut terdiam dan tidak berani mengeluarkan suara sedikitpun.

Rain menghembuskan nafas kasar sebelum akhirnya membuka suara, "Ada perlu apa hingga membuatmu memutuskan untuk mendatangiku bersama anak itu?"Phayu sempat melirik si kecil sebentar sebelum melihat kearah Rain.

"Aku... umm, ingin..."Phayu masih ragu mengatakannya karna masih ada keberadaan orang lain di antara mereka. Chay yang mengerti langsung bangkit, "Kau bisa menitipkan putramu selagi kau ingin berbicara dengan temanku"Phayu memberikan putranya pada Chay dengan sedikit ragu.

"Terima kasih"Phayu tersenyum, Cha mengangguk sebelum akhinya masuk kedalam kamar Rain membawa si kecil dalam gendongannya.

"Rain"Rasanya tenggorokan phayu tercekat ketika memanggil nama seseorang yang sangat dia rindukan. Rain masih diam, duduk dengan wajah tanpa ekspresi.

"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu"Phayu mencoba menenangkan dirinya dari rasa canggung.

"Ya sudah bicara saja, aku tidak melarang"Hati Phayu rasanya sangat sakit ketika Rain berbicara dengannya menggunakan nada dingin.

"Eumm... a-aku ingin meminta maaf padamu"Rain mengangguk angguk kecil. Menanggapi tak minat pada pembicaraan ini.

"Untuk semua hal di masa lalu, aku mewakili Niww juga meminta maaf padamu"Ucap Phayu lagi dengan tulus. Rain bersmirk kecil menatap Phayu dengan tatapan sulit di artikan.

"Bukankah sudah aku katakan jika aku tidak akan memaafkan kalian, bahkan jika kalian mati sekalipun"Rain menekan kata terakhirnya.

"Kau kira aku sudah memaafkan si perebut itu karna dia sudah tiada? Hahaha jangan bodoh Phi, bahkan sampai aku mati pun tak akan keluar kata aku memaafkan kalian yang keluar dari bibirku untuk kalian"Ujar Rain dengan wajah angkuhnya.

"Jika bukan karna aku menghormati permintaan temanku untuk menemuinya sebelum dia mati, aku tidak akan sudi untuk berada di dalam satu ruangan dengan manusia perebut seperti dia walau sedetikpun!"Sarkas Rain. Phayu benar benar terdiam mendengar nada dan ucapan Rain yang terkesan asing di telinganya.

Rain yang dia kenal dulu adalah Rain yang lemah lembut. Tidak pernah berkata kasar, bahkan selalu menjaga perkataannya agar tak menyinggung atau menyakiti orang lain.

Tapi hari ini, yang Phayu lihat adalah Rain dalam versi lain. Wajah imutnya tergantikan dengan wajah dingin nan angkuh.

Suara lembut yang selalu menyejukkan hatinya kini terganti dengan suara yang sangat datar dan terkesan kasar.

Vicaria Mater(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang