AF . 11

45.1K 4.4K 357
                                    

"Minggir!" Sentak Arvelyn kepada pemuda di hadapannya.

"Kita perlu bicara." Ujar pemuda itu.

Menyugar rambutnya kasar, Arvelyn terkekeh sinis, setelahnya menatap datar pemuda itu.

"Gue bilang minggir, sialan!" Terlampau kesal, Arvelyn menendang pintu kelasnya cukup keras.

Namun seberapa kali pun Arvelyn mengusirnya, pemuda itu tetap diam tak bergerak.

Arvelyn muak, sungguh. Hidupnya memang selalu dipenuhi kesialan. Seolah tak cukup dengan kejadian tadi pagi, Arvelyn kembali dipertemukan dengan pemuda ini.

Artha, pemuda itu sedari tadi terus memaksanya agar mau diajak berbicara berdua.

Bicara berdua? Iyyuhhh..

Rasanya dengan melihat wajah itu saja membuat Arvelyn greget ingin mencakar pemuda itu.

Bel pulang telah berbunyi setengah jam yang lalu, namun Arvelyn malah terjebak dengan pemuda itu saat ini.

"Ini penting." Artha berucap tegas.

Arvelyn berdecih. Lihatlah! Bahkan pemuda itu masih bisa menatapnya tajam sekarang. Memang dasarnya manusia tak tahu malu ya begini.

"Gue tetep gak mau!" Tekannya. "Awas! Temen gue udah nungguin!" Berusaha mendorong pemuda itu sekuat tenaga, walau akhirnya sia-sia karena hal itu tak mengubahnya sama sekali. Pemuda itu tetap berdiri tegak di depannya tanpa bergeser sedikitpun.

"Ck, mau lo sebenernya apa, sih?!" Arvelyn bertanya, kesal akan kelakuan pemuda itu yang sulit dimengerti.

"Ikut gue!" Artha menarik lengan Arvelyn, yang tentu saja mendapat perlawanan dari gadis itu.

"Woy! Lo mau bawa gue ke mana, anjing?!" Karena tenaganya kalah kuat, Arvelyn kini dengan terpaksa mengikuti langkah pemuda itu. Apalagi dengan tangannya yang saat ini terus-menerus ditarik dengan kasar.

Tak tahan terus di tarik seperti anak anjing - bercanda. Dengan sekuat tenaga, Arvelyn menarik Artha yang kini menggenggam tangannya, lalu menggigit tangan pemuda itu kuat.

Sontak saja genggaman pemuda itu terlepas, dan tanpa mengulur waktu, Arvelyn berlari sekencang-kencangnya dari sana.

°°°°°

"Ngapa lo lari-lari? Dikejar tuyul?" Tanya Fhira kepada Arvelyn ketika gadis itu datang ke parkiran dengan berlari, masuk ke dalam mobil pun tergesa-gesa.

"Lebih serem dari tuyul ini mah!" Arvelyn menjawab dengan napas ngos-ngosan.

"Minum dulu, minum.." Nayra menyodorkan air mineral miliknya yang diterima baik oleh Arvelyn, gadis itu bahkan meminumnya dengan rakus.

"Kenapa lama banget lo? Bilangnya mau ngambil headset doang tapi lamanya kayak nunggu doi peka." Fhira kembali bertanya setelah Arvelyn selesai meminum air. "Ngapain dulu?" Lanjutnya.

"Tadi gue dicegat sama si Arthai, anjir! Dia maksa gue biar mau bicara berdua, ya gue gak mau, lah!" Jelas Arvelyn.

"Lah, ngapain tuh cowok ngajakin lo bicara?" Nayra bertanya.

"Ya mana gue tau! Bilangnya sih, penting. Tapi gue males kelamaan liat muka dia! Makannya gue kabur!" Arvelyn menjawab dengan menggebu-gebu.

"Eh-eh, itu si Artha nyamperin!" Fhira berteriak heboh sambil menunjuk ke luar jendela, dimana terdapat Artha yang kini tergesa menghampiri mobil mereka.

Antagonist Fiancé [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang