Part 13. Suapan & Pelukan Hangat

7K 389 31
                                    

Bukan takdir-Nya yang berat, tapi hati kita yang kurang lapang menerimanya. Bukan jalan-Nya yang sulit, tapi kaki kita yang kurang kuat untuk melewatinya.”

-Ustadzah Halimah Alaydrus-

°°°

"Arghh!! gadis sialan!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Arghh!! gadis sialan!!"

Suara bantingan dan umpatan yang tertahan menggema di seluruh ruangan. Wajah merah padam dan emosi yang membara mendengar saluran berita televisi. Siapa pun yang melihatnya, pasti akan menunduk takut dengan emosi yang membara itu.

Di sebuah dapur, seorang wanita paruh baya yang mendengar suara gaduh itu lantas mengintip. Terlihat sang istri majikan yang sangat marah saat ini. Telinga bi Asih juga mendengar ucapan Sinta yang membuatnya khawatir.

"Halo, di mana gadis itu? Apa kalian sudah menemukannya?"

"Belum, bu bos."

Prang!!

Satu barang kembali terbanting keras dengan jawaban orang suruhannya.

"SAYA SUDAH MEMBAYAR KALIAN DAN KALIAN MENCARI ANAK SEPERTI DIA, BELUM KETEMU JUGA?!!"

Orang di sebrang sana, bergidik ngeri dengan amarah dari Sinta.

"Kita akan cari dan dapatkan anak itu, bu bos!"

"CARI DI SELURUH PENJURU DUNIA INI! JIKA KALIAN TIDAK MENDAPATKAN ANAK ITU KALIAN AKAN AKAN BERHADAPAN DENGAN SAYA!!"

Dua orang lelaki di sebrang sana, mengangguk. "Baik, bu bos."

"Dan satu lagi, cari tahu tentang berita yang lagi viral hari ini. Saya tunggu nanti malam, dan kalian harus memberikan secara detail!"

"Tidak ada bantahan sama sekali!!"

"Baiklah. Kami akan mencari tau hal itu."

Tanpa menjawab dari orang suruhannya, Sinta langsung mematikan panggilan itu. Napasnya masih memburu dengan amarah yang masih meluap. Gadis itu sudah menggagalkan semua rencana yang telah dia susun rapi. Anak sialan itu berani kabur dan belum di temukan sampai sekarang.

"Alifah, kamu akan menanggung akibat karena menggagalkan semua rencana saya! Saya tidak akan pernah melepaskan kamu, meski harus mencari di ujung dunia sekali pun." kata Sinta dengan tangan terkepal kuat dan mata yang tajam penuh amarah.

"Dahlia. Hari ini putrimu bisa kabur dari jangkauan saya! Tetapi, tidak dengan balas dendam saya selama belasan tahun!" Sinta menyunggingkan senyum miring saat satu foto berada di ponselnya.

"Putrimu harus menderita, sebelum menemui ajalnya nanti."

Sinta tertawa sarkas. Seperti layaknya tidak akan membiarkan mangsanya kabur dari perangkapnya. Bi Asih menggenggam tangannya sendiri dengan erat. Mendengar suara perkataan Sinta yang semakin membuat Bi Asih mengkhawatirkan keadaan Alifah sekarang.

Takdir Sang Ilahi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang