Warning! Cerita ini mengandung kekerasan verbal dan nonverbal, sexual desire, dan Using dangerous weapons.
❗Only 18+ mohon baca sesuai usia ya, bijaklah dalam memilih bacaan.
"Hedon nya bukan maen.." Shenna geleng-geleng kepala melihat postingan Ari, ia bersama Ola kini tengah berkutat dengan laptop didepannya untuk mencari tau lebih dalam bagaimana Ari ini di kesehariannya.
Ola lalu menambahkan, "warga tau tentang sifat buruk dia, tapi kenapa mereka masih bersikukuh pertahankan kades yang udah jelas-jelas bikin rugi warganya?"
"Ayo jawab kenapa!" Seru El dihadapan Ari yang mabuk berat.
Cowok itu lalu memainkan jarinya seperti anak kecil, "Kecil.. mereka kecil kayak semut, papa besar.. seperti gajah."
"Hmm, kalo gue liat-liat warga seperti terkunci dalam sangkar tapi selalu diberi makanan dan tempat yang menyenangkan, warga juga terlanjur nyaman dan akhirnya menetap." Rhea menjelaskan dari sudut pandang nya.
"Setiap kata yang disampaikan kades itu punya daya tarik yang kuat," Dodit menyaut, "kalian sadar gak, seakan ada mantra yang buat kita harus tunduk di setiap ucapannya."
Semua orang mengangguk-angguk tanda sepaham, bisa dibilang kalau kades itu punya trik dalam ucapannya.
"Kalaupun kita pers besar-besaran kita bakal kalah dong karena warga terlanjur terbuai dengan rayuan kades sialan itu." Shenna mendadak lesu.
Ola lalu tersenyum sumringah, "gausa capek-capek ngadain pers atau kampanye, kecanggihan teknologi sekarang bisa melumpuhkan lawan dari jarak paling jauh."
"Yaa.." Rhea langsung terperanjat, "kita cukup kumpulkan bukti kalo gitu."
"Yap, sayangnya juga bukti kita belum cukup kuat untuk menjatuhkan mereka."
Cowok mabuk itu kembali berceloteh, "kalian gausa sok hebat, semua yang kalian punya bisa gue beli semua, hahahaha."
Semua orang di dalam mobil berdesis geli mendengarnya. Bisa dipastikan bahwa orang ini kesehariannya memang berlagak paling berkuasa.
Tak
Dodit menjitak kepala Ari dari belakang, ia betul-betul gemas dengan tingkah konyol remaja puber ini, "belagu Lo! Baru juga jadi anak kepala desa, gaya nya minta ampun."
Cowok itu hanya selewengan dan menganga seperti orang sakaw. "Papa dapat uang banyak tapi sering di pake buat booking tante-tante girang, yaudah kita ngikut."
"Tidur bareng cewek cantik itu bikin puas.. haaa.." Ari mengambangkan tangannya seperti hendak memeluk dan El didepannya langsung menepis dengan kasar.
"Ini udah kronis sih." Shenna berdecak kasian.
"Trus trus, Bu kades gak marah kalo pak kades suka 'jajan?" Rhea coba bertanya secara waras, semoga pertanyaan itu mampu dijawab dengan waras juga oleh orang ini.
"Sekali ngomong dia langsung di 'buakkh' sama papa," Ari memperagakan sebuah pukulan yang cukup keras, "jadi dia sering kabur, hahahaha.. dia pasti takut karena sering berdarah." Sambungnya.
Mendengar itu mereka semua saling menatap, ternyata begitulah kilas balik kehidupan pejabat desa yang sudah merasa paling berkuasa di bumi.
"Bikin dia pingsan," Suruh El kepada Dodit.
Dodit langsung memukuli pangkal leher Ari dan seketika cowok itu pingsan.
Suasana jadi hening seketika, pernyataan terakhir dari Ari membuat semua orang disana cemas dan agak takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
R.O.S.E
ActionWarning! 🔞 Rhea, Ola, Shenna, dan Eleanna. Mereka tidak akan balas dendam atas luka yang mereka terima, justru mereka akan bertekad dan memastikan tidak ada perempuan-perempuan setelahnya yang akan mendapat luka yang sama. Lalu bagaimana mereka bis...