Prolog 🎨

23 5 0
                                    

Ini Kafe kopi yang terkenal dengan menu yang serba mahal. Brand-brand global ternama selalu menjadi tentengan, outfit atau hiasan bagi pelanggannya. Sangat kontras sekali dengan seorang cewek yang baru saja masuk Kafe dengan rambut yang diikat asal-asalan dengan outfit hoodie longgar berwarna hitam dipadukan dengan celana training berwarna hijau serta sendal jepit. Cewek berpakaian nyeleneh itu menoleh kearah seorang pria yang memanggilnya. Dengan anggukan sekilas, ia berjalan ke kasir dan memesan ice americano.

Meski cuaca panas, cewek itu tidak peduli sekalipun pakaiannya bertentangan dengan cuaca. Ia sibuk mengeluarkan ponselnya dan mengarahkan kameranya pada barcode untuk pembayaran. Melihat ponsel yang dipegang oleh cewek itu, si kasir yang tadinya menatap judes perlahan berubah ramah. Tentu saja siapa yang tidak tahu ponsel berlogo apel kegigit dengan banyak boba diujung ponsel?

Setelah pesanan siap, Cewek itu barulah membawanya dan menghampiri orang yang ingin dijumpainya. Terlihat dari tatapan cowok itu, cewek yang terkadang dipanggil Nath itu menatap malas dan asyik menyedot ice miliknya.

"Gimana Nath Lo kan salah satu juri yang nilai peserta kontes ya kira-kira Lo bisa ga ajuin ke Bu Nilam buat masukin gue di list pemenang?"

Cewek yang dipanggil Nath itu tersenyum tipis dan meletakkan gelas ice miliknya ke meja didepannya.

"Lian, gini ya urusan pemenang itu urusan para juri dan semua editor, Lo sebagai peserta ya cuma berusaha dan tunggu hasilnya. Sama sekali bukan kuasa gue buat jadiin Lo pemenang sekalipun gue deket sama Bu Nilam."

Lian, mendengus kesal. Selalu begini jawaban cewek ini.

"Lo pelit banget sih Nath kita temenan udah dari SMA kan ayolah berbaik hati gaada salahnya kok!" Ujar Lian mencoba bernegosiasi.

Kini Velove tersenyum miring mendengar ucapan cowok yang hobi berbuat onar semasa SMA dulu.

Lian yang sejak SMA hobi melempari penghapus papan tulis padanya, Lian yang hobi menggunting tali ranselnya dan hal lainnya kini berbicara dengan nada halus dan wajah penuh kesedihan. Hanya demi karya webtoon yang ia masukkan kontes. Berharap webtoonnya bisa official tentu saja tidak salah. Yang salah adalah pelukisnya!

Nepotisme itu sampai kapanpun juga tidak akan hilang dan Velove meyakini itu. Oleh sebab itu deretan manusia langka seperti dirinyalah yang harus mematahkan nepotisme dengan penuh kesadaran. Untuk webtoon kontes tahun ini memang Velove sebagai author dari webtoon aksi berjudul "Beauty Bodyguard" ditunjuk menjadi juri sekaligus mentor bagi para peserta. Bukan mau Velove sebetulnya. Cuma karena statusnya ia adalah orang yang menciptakan webtoon populer tersebut.

Kembali lagi pada Lian yang kini menautkan kedua telapak tangannya dan mendekatkan kearah Velove membuat Velove risih. Velove kembali menyedot ice-nya dan memilih tidak menatap Lian yang asyik menyerocos.

"Ah tai! Belaga banget Lo anaknya pecandu aja banyak gaya! Kalo fans Lo tau orangtua Lo gak bener karya Lo juga gak akan populer Nath iris kuping gue nih kalo ga percaya!" Lian menunjukkan sebelah telinga yang terpasang anting.

Velove semakin melebarkan senyumannya. Firasatnya berkata bahwa obrolan ini akan semakin seru.

"Makanya kalo temen minta tolong tuh jangan jahat Lo dulu kalo gak ada gue gak bakal dapet kelompok orang gak ada yang mau sekelompok sama anak pecandu kek Lo!" Hardik Lian dengan nada yang mulai nyaring. Beberapa orang mulai menoleh kearah ia dan Lian.

Ini bagian lucunya. Perkataan bijak dari seseorang yang dulu cuma numpang nilai dalam kelompok. Oke, obrolan tentang masa lalu mau sampai kapan cowok jelek ini bahas?

"Udah belum? Boleh gantian gue yang ngomong?" Tanya Velove dengan suara tenang.

Lian hanya melambaikan tangan singkat sebagai jawabannya. Kemudian ganti ia yang menyeruput es kopinya.

"Gue emang anak pecandu ya trus apa? Nyokap gue pecandu narkoba gak pernah tobat, bokap gue bandar narkoba mau apa Lo? Mau beli barangnya? Biar gue datengin penjara nyokap bokap gue nih." Velove memasang tudung hoodie ke kepalanya.

"Ya gila aja Lo!" Sungut Lian.

"Lo mau menang kan? Tapi liat vote dan penilaian Lo paling kecil diantara yang lain Lo pesimis gak bisa menang kan? Mau gue kasih tahu gak kenapa bisa gitu?" Velove memotong ucapannya sejenak.

"Itu tandanya Lo emang gak kompeten! Bukan Lo pemenang yang kita cari bro sorry Lo salah cari koneksi."

Seusai itu, Velove berdiri dan berjalan pelan hendak meninggalkan Lian yang terdiam habis kata.

"Jangan-jangan Lo make juga ya Nath?" Lian kembali bersuara membuat Velove menghentikan langkahnya.

Melihat Velove yang terdiam tanpa membalikkan badan, Lian tersenyum. Sejak tadi cewek ini mengoceh dengan banyak gaya sekarang sekali dibungkam lihat sendiri kan?

"Gambaran Lo gue akuin wow! Cerita Lo apalagi. Gue sempet mikir rahasianya apa karya Lo sepopuler itu pasti karena Lo make juga kan? Secara katanya make gituan bisa buat halusinasi jadi tinggi dan imajinasi Lo akan semakin luas. Gue bener kan? Bener lah pasti!"

Well, tidak ada habisnya jika adu mulut dengan manusia jelmaan tikus ini. Velove mulai membalikkan badannya menatap Lian yang berdiri dengan senyuman meledek. Di sekelilingnya ada beberapa pelanggan, keadaan Kafe tidak terlalu ramai.

Velove melirik seorang pria dengan pakaian serba hitam dan topi hitam dikepalanya tengah duduk di kursi sebelah Lian tak jauh dari posisi Lian berdiri. Kemudian Velove berjalan sedikit mendekat pada cowok yang sibuk memegang tongsis dengan kamera kecilnya diujung penyangga. Lalu kejadian berangsur cepat.

Tangan Velove mendorong kursi yang cowok itu duduki itu agar menjauh dan secepat kilat, kaki panjang Velove terangkat tinggi menendang kepala Lian dengan sekuat tenaga. Suara pekikan mulai terdengar sebab kehebohan yang Velove buat. Beberapa pelanggan tampak menatap ngeri sambil mengangkat ponselnya.

Keadaan ricuh seketika. Tak cukup sampai disitu Lian yang terbaring, terjatuh keras karena merasakan tendangan maut Velove, berusaha mati-matian berdiri namun tertahan saat kaki Velove menginjak dada cowok itu hingga Lian memekik kesakitan.

"Lo iri kan gambaran gue lebih bagus? Iri kan? Makanya make. Beli dagangan bokap gue dan seperti kata Lo, gambaran Lo akan menakjubkan. Hebat bukan khasiatnya? Sayangnya tuduhan Lo tidak berdasar. Sebab apa? Sebab gue terlahir dengan bakat sedangkan Lo jangankan bakat. Otak aja gue ragu Tuhan ngasih." Velove tertawa kecil melihat Lian merasa berat.

"Pak satpam panggil! Mba mas ini panggil bos nya dong!"

"Oh gue dapet spoiler nih dari malaikat sebelah gue. Katanya Tuhan bahkan sebetulnya gak mau ngasi Lo otak tapi berhubung dia Tuhan yang super duper baik jadi dia kasih deh ke Lo meski hanya secuil. Gimana Lo emosi gak?" Velove kini menurunkan kakinya dan berjongkok kemudian melihat Lian dengan tajam.

Lian tidak tahu Velove berbicara apa lantaran bisingnya disekitar. Tapi dari gerak bibirnya Lian sepertinya tahu cewek itu berbicara apa.

"Pe..Cun..Dang!"

Itupun kalo Lian tidak salah terka. Velove berjalan santai ditengah kerumunan pelanggan yang entah kenapa semakin ramai. Dengan senyuman lebar Velove melangkahkan kakinya.

Sementara itu cowok bertopi hitam yang tadi terdorong cukup jauh oleh cewek ganas tadi melongo melihat cewek bertudung itu berjalan santai keluar kafe. Cowok itu menatap kameranya yang sejak tadi tengah merekam video.

Ah, sial kalo bukan perintah bosnya, dirinya ogah harus ngopi sambil membuat vlog. Sepertinya harus syuting ulang ini atau tidak?

Kemudian bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman tipis.

"Wa udah ayo gece gaenak jadi ramai gini kafe gara-gara mbak nya tadi! Baru aja gue mau pesen kue!"

Sementara itu diluar, Velove sudah menelepon orang dari kantor Loony Webtoon. Semuanya sudah Velove siapkan mulai dari ia datang ke kafe. Dengan perekam suara yang ia aktifkan tentunya.

"Saya mau kasih usul dan laporan. Ada peserta namanya Aliansi Perisai, sepertinya lebih baik dia didiskualifikasi saja. Ya, alasannya nanti saya kesana. "

Tbc

Prolog udh kelar😵

Love Painting (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang