TRACK 4 • By?

26 4 0
                                    

Pintu ruang musik terbuka begitu saja. Moka melangkah masuk dan segera menaruh tasnya di sembarang meja. Sebetulnya bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, namun laki-laki itu memilih untuk melipir sebentar ke ruang musik dengan satu alasan kuat; keyboard.

Jari-jari Moka melayang sempurna sebelum akhirnya menekan-nekan tuts dengan mudahnya, memainkan sebuah melodi yang sering Moka gunakan untuk fingering⸺melemaskan jari-jarinya agar tidak kaku ketika bermain nanti.

Ruang musik ini tidak begitu luas, alat-alat musiknya pun tidak lengkap, hanya menyediakan tiga buah gitar⸺dua akustik dan satu elektrik⸺, keyboard, ukulele, dan cajon yang masing-masing satu buah, serta sang primadona biola yang jarang dimainkan karena tidak ada satupun anggota ekskul musik yang bisa memainkannya.

Lima menit Moka memainkan melodi secara acak, mengingat kembali hal-hal yang pernah diajarkan Mamanya dulu kepadanya. 

Kalau saja keyboard di rumahnya tidak rusak, mungkin ia sudah di rumah sekarang.

Kalau saja ia tidak mengiyakan tawaran Bu Sumba, mungkin ia sudah di rumah sekarang.

Jari-jari Moka menekan kunci C di oktaf terendah dan tertinggi secara bersamaan, menghadirkan melodi rusak yang disambut decakan kesal dari mulutnya.

"Ngapain gue nurut ya." gumam Moka seraya mencoba mengingat alasan utama mengapa ia menerima tawaran itu.

Tidak ada.

Alias Moka menerimanya tanpa alasan yang jelas.

"Bego."

Moka meraih ponselnya, lantas membiarkan ibu jarinya berselancar dengan mulus di benda pipih itu. Bagian explore instagramnya lebih menarik ketimbang mengingat hal bodoh yang dilakukan mulutnya beberapa jam yang lalu. "Baik Bu, saya bersedia ikut lombanya." 

Moka nyaris membanting ponselnya ketika teringat telah mengucapkan kalimat itu. Namun ia urungkan, tentu saja, selain karena ia takut akan diomeli Mamanya, satu postingan di explore  instagramnya juga menjadi alasan penguat mengapa Moka tak jadi membanting ponselnya, memaksa atensinya untuk melihat lebih jelas postingan tersebut.

Sebuah postingan yang diunggah oleh akun resmi BEM Tantra University terkait konser dua hari lalu. Di video tersebut memperlihatkan keseruan yang tiada habisnya, keramaian yang membludak, penampilan spesial dan meriah dari para guest star⸺salah satunya Arash.

Sejenak Moka tersenyum mengingat malam itu, hingga akhirnya ia terperanjat karena teringat sesuatu.

Kini ia mengingat alasan utamanya menerima tawaran Bu Sumba.

Itu adalah sebuah pemikiran sekelibat yang Moka sendiri tak menyangka bisa memikirkannya. Ia menerima tawaran Bu Sumba hanya karena penyelenggaranya adalah bagian dari Tantra University. Hanya itu.

Moka nyaris menepuk jidatnya. Entah mengapa saat melihat selebaran lomba tersebut Moka merasa terpacu untuk bisa bergabung ke dalamnya, apalagi setelah ia melihat tulisan kecil yang menampilkan Tantra University sebagai pihak penyelenggaranya.

"Arrghhh." Moka frustasi sendiri. "Alesan lo nggak nyambung banget, Mok."

Matanya menatap gamang ke arah layar ponselnya yang masih memutar video rekap konser dua hari lalu. Perlahan, entah atas dorongan apa ibu jari tangan kanannya kembali bergerak menuju data pencarian, dilanjutkan dengan mengetik sesuatu dan memilih sebuah username instagram yang Moka ingat adalah milik seseorang yang⸺

"ANJIR!? Ngapain nyari akunnya dia!?" 

Selanjutnya Moka kembali merutuk keras-keras ketika sadar bahwa akun yang ia cari 'tanpa sengaja' itu adalah akun milik Dikka.

[BxB] Playlist; MY MELANCHOLY BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang