Langit sudah menyenja, warnanya kuning kegelapan menyatu dengan langit berwarna biru dan ungu.
Mata kedua insan ini masi terus begelut, engga mengalah satu sama lain. Mencoba saling menyalahkan karena kesalah pahaman atau mungkin lebih tepatnya dengan kesalahan yang sejak awal mereka perbuat.
"Kak" yang lebih muda memelas, ia lelah tapi enggan juga melepas. Cinta yang sejak awal ia pupuk kini berada diujung kisahnya.
"Satang, aku gabisa. Dari awal harusnya aku ga manfaatin perasaan kamu." Yang lebih tua juga mencoba memberi pengertian. Rasa bersalahnya kini sudah tidak bisa ia simpan, rasanya tidak betul memanfaatkan perasaan seseorang hanya untuk kepentingannya sendiri.
"Aku gapapa kok, kakak bisa manfaatin aku kaya sebelumnya tapi kita jangan putus ya" Satang terus keras, menurutnya ia benar-benar mencintai lelaki yang ia panggil 'kak' itu.
"SATANG! TOLONG PAHAM, TOLONG NGERTI!!" emosi yang lebih tua memuncak. Tangannya mengepal keras tidak jauh berbeda dengan rahangnya, tatapannya tajam kearah Satang yang sudah menangis.
Satang tau ujung kisah cintanya dengan pemuda dihadapannya akan kandas sebentar lagi. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menangisi.
Satang tidak bodoh untuk tidak menyadari jika perasaannya selama ini dimanfaatkan, Satang juga tidak buta dengan segala sikap dan perhatian yang ia dapatkan. Tapi bahkan dengan kesabaran itu, Satang masi dihancurkan.
Taman sudah sepi, sejak tadi hanya ada mereka berdua disana dan kini hanya Satang seorang diri. Ia mengusap pipinya yang terus diterpa air mata.
"Ah nih mata kenapa nangis mulu sih" ujarnya seorang diri sambil mengusap air matanya. Satang lalu mengambil ponselnya dan akhirnya menelefon seseorang.
Tidak ada yang mengangkat, helaan nafas panjang ia keluarkan. Lelah, mual, semua rasanya bersatu menjadi sangat berat. Terpaan angin malam pada tubuhnya membuat Satang setidaknya membawa kesegaran.
Siapapun tidak masalah, Satang berharap ada yang menerima pesanannya pada aplikasi Ojek online yang sudah ia buka. Teman-temannya sepertinya memiliki kesibukan lain saat ini, jadi memesan Ojek adalah jalan satu-satunya agar ia bisa pulang.
Hampir sejam lamanya, akhirnya ada yang menerima pesanannya. Abdul Setiawan, dengan Honda Scoopy sebagai motornya tidak buruk menurut Satang, setidaknya ia bisa pulang.
Tidak lama ojek yang Satang pesan sampai, pengemudi menggunakan helm berwarna hijau lengkap dengan jaketnya.
Enggan melepaskan helmnya sang driver memanggil, "Pak satang ya?" Satang mengerutkan dahinya tidak suka.
"Jangan panggil Pak saya ga setua itu Pak" balasnya lalu berdiri disebelah sang driver.
"Kalo gitu mas Satang" ujarnya sang driver lagi.
"Terserah bapak deh, mana helmnya?" Sang driver menepuk helmnya sendiri, lupa jika harus memberikan helm kepada penumpang. Setelah memakai helmnya Satang naik dengan perasaan sangat lelah.
"Mas Satang bener kan ini tujuannya ke perumahan GMMTV" Satang berdiam cukup lama, berpikir apakah ia harus pulang atau kemana.
"Pak kalo kita keliling sebentar boleh ga? Nanti ongkos ojeknya saya lebihin sejuta" mendengar itu sang driver menoleh kearah Satang ia terlihat berpikir sebentar lalu mengangguk yakin.
"Siap mas Satang, kita jalan ya" ujarnya lalu mulai berjalan menuju jalanraya, sebenarnya sang driver tidak tau arah tujuan mereka. Ia hanya mengikuti kemana pun mobil depannya pergi.
Satang lalu membuka helmnya menikmati angin malam menerpa kepalanya yang sangat berat. Sebenarnya tidak ada yang berkurang, tapi setidaknya Satang merasa bisa bernafas sesaat.
KAMU SEDANG MEMBACA
winnysatang short
Fanfictionya short story ajasih, isinya winnysatang. manatau yakan mentok ide cerita bisa ambil disini nanti.