Ni-ki kembali ke hotel.
Dia langsung pergi setelah Sunoo mengusirnya. Jujur dia sakit hati, dan juga marah. Dia ingin menghancurkan semuanya, bahkan kalau perlu dunia ini juga ingin dia acak-acak. Ingin rasanya dia menghancurkan rumah Heeseung, tapi mengingat Sunoo sedang mengandung anaknya, dia tidak tega.
Ni-ki jelas masih mencintainya begitu dalam.
Dalam perjalanan kembali ke hotel pun dia melamun. Euforianya bertemu Sunoo yang belum dia rasakan sepenuhnya, kini bahkan sudah berubah menjadi nelangsa.
Ni-ki bahkan belum sempat memberikan Sunoo hadiah ulangtahun.
Setiba di kamar hotelnya, Ni-ki berhenti melangkah saat mendapati Hyewon sedang tiduran santai di atas ranjangnya. Gadis seusianya itu langsung terduduk begitu menyadari presensi Ni-ki.
"Bagaimana? Kau sudah bertemu dengannya?"
Hyewon terlihat sangat excited, dan sudah pasti gadis itu ingin mendengar kabar baik darinya.
"Keluar."
Gadis alpha itu mengerutkan dahi bingung. "Hah?"
"Keluar."
Beberapa detik berpikir, Hyewon akhirnya mendapat jawabannya. "Dia... menolakmu?"
"Jangan membuatku mengulangi ucapanku, Jo."
"Ta-tapi seriusan dia menolakmu? Apa dia tidak merindukanmu? Kok bisa sih dia menolak—"
Ni-ki mengepalkan tangannya. "Kubilang keluar! Pergi dari kamarku!"
Hyewon sempat tersentak mendengar bentakan Ni-ki. Oke, tampaknya calonnya ini memang sedang berada di puncak emosinya. Tapi Hyewon tidak akan mengalah begitu saja, dia alpha yang keras kepala.
"Aku tidak akan pergi sampai aku mendengar alasannya."
Ni-ki benar-benar emosi, sungguh. Saat ini dia rasa dia bisa menghancurkan apapun, dan gadis ini dengan terang-terangan menantangnya?
Bahkan dia bisa saja mencekik Hyewon sampai mati saat ini, dan itulah yang dia lakukan sekarang. Menarik kerah baju tidur Hyewon, dan mencekiknya kuat.
Namun Hyewon juga alpha. Dia meski wanita juga cukup kuat untuk menahan tangan Ni-ki.
"Arasseo. Aku tau kau patah hati, marah dan ingin menghancurkan semuanya. Jadi... ayo kita menikah secepatnya."
Tentu saja Ni-ki makin emosi. "Menikah? Menikah katamu?! Kau masih memikirkan soal pernikahan bodoh itu sekarang?!"
Hyewon yang merasakan napasnya semakin pendek segera menepis tangan Ni-ki hingga akhirnya dia jatuh terduduk di lantai sambil terbatuk-batuk.
"Ah menyebalkan sekali," gumam Hyewon saat ia masih bisa merasakan bekas cekikan Ni-ki di lehernya.
"Aku tidak ingin ribut denganmu, pergi sekarang," ucap Ni-ki final seraya menuju kamar mandi untuk menyegarkan pikirannya.
"Kalau tidak dengan cara menikah, kau mau bagaimana melawan ibumu? Kau tidak punya pilihan lain."
Perkataan Hyewon berhasil membuat Ni-ki berhenti di tempat. Benar, dia tidak punya pilihan lain.
"Jika kau masih terus begini, ibumu juga akan terus mengganggu Sunoo. Dia dan anakmu, mereka dalam bahaya."
Namun bayangan menikah dengan Hyewon pun bukan bayangan yang menyenangkan. Siapa yang tau kalau ibunya akan semakin menggila dengan memaksanya memiliki keturunan dengan Hyewon?
Aughh! Rasanya Ni-ki ingin sekali menghancurkan pernikahan itu. Andai ada satu cara saja....
Ni-ki tiba-tiba berbalik, membuat Hyewon sedikit terkejut dan penasaran dengan isi kepala alpha menyebalkan itu.
"Kau pernah bilang orangtuamu punya soulmate masing-masing kan?"
Hyewon mengangkat sebelah alisnya bingung sebelum mengangguk.
"Ibu dan ayahku pasti memilikinya juga," gumam Ni-ki lebih kepada dirinya sendiri.
"Memangnya kenapa?"
"Aku akan membuat orang itu datang."
"Hah?"
"Soulmate mereka, aku akan membuat orang itu datang."
Hyewon tampak terdiam sesaat. Lebih tepatnya menyaksikan seringai Ni-ki yang licik seolah dia tengah merencanakan pembunuhan berencana.
Mungkin ini memang masuk kategori pembunuhan, lebih tepatnya membunuh imej seseorang yang telah dibangun selama bertahun-tahun.
Dan Hyewon yang akhirnya menyadari rencana Ni-ki juga ikut tersenyum lebar seolah menemukan secercah harapan.
"Temukan dan bawa ayah kandungmu, Ni-ki. Kita bisa hancurkan pernikahan bodoh itu dengan cara ini."
🥀🥀🥀
Seperginya Ni-ki, Sunoo berlari ke kamar, membanting pintu dan menghancurkan seisi kamarnya hingga tak berbentuk. Air matanya mengalir tanpa henti. Meraung entah pada siapa, memukuli dadanya yang terasa sakit seperti diremas.
Sunoo tidak pernah merasakan patah hati yang sehebat ini. Dan semua itu karena siapa? Ya, karena dirinya sendiri.
Hari ini adalah hari ulangtahunnya, sekaligus menjadi hari terburuknya.
Andai dia bisa memutar kembali waktu. Sunoo tidak akan membuang kesempatan untuk memeluk Ni-ki nya dengan erat, menciumnya hingga dadanya sesak, membicarakan semua hal random di dunia ini, hingga tidur sambil cuddle hingga pagi datang.
Tapi penyesalan memang selalu datang di akhir. Ia telah membuat Ni-ki sakit hati, ia telah menolak Ni-ki. Dan mungkin pemuda itu sudah membencinya dan tidak ingin bertemu dengannya lagi.
"Kau buruk sekali, Sunoo," makinya sekali lagi sambil tak henti meninju dada kirinya sendiri.
Rasanya dia ingin mati saja. Ni-ki mendapat masalah karena dirinya, bukankah lebih baik dia mati saja?
'duk'
Hentakan kecil di perutnya membuat Sunoo tertegun beberapa detik. Berikutnya dia menangis semakin keras.
Anak mereka...
Anak yang mungkin belum tumbuh sempurna, mendengar semua isi kepalanya.
Pasangan yang buruk, dan sekarang juga orangtua yang buruk.
"Maaf Sayang, maafkan papa yang sudah membuat ayahmu pergi. Papa akan terus bertahan, demi dirimu, papa janji."
Dia sudah kehilangan Ni-ki, dan kini dia tidak bisa kehilangan anaknya juga. Sunoo akan bertahan, untuk anak mereka.
TBC