Hubungi aku

224 28 4
                                    

Yeonjun baru saja ditolak sebuah hotel bintang lima untuk menjadi salah satu pekerja di sana. 

Tentu saja. Ia hanyalah seorang anak SMA yang tidak memiliki pengalaman dan bahkan bukan menuntut ilmu di sebuah sekolah perhotelan. Apa yang ia harapkan? Ia terlalu nekat sepertinya. Ia sudah memprediksi bahwa ini adalah probabilitas yang akan terjadi. Jadi ia tidak merasa begitu patah hati. Tapi tetap saja.

Ketika pulang ia dikejutkan dengan para pria berseragam pemadam kebakaran berjalan menjauh dari rumahnya yang baru saja dibumihanguskan. Tidak ada yang tersisa selain sisa-sisa bangunan hangus dan asap yang mengepul terlalu banyak ke udara. Tidak ada korban jiwa. Hanya ada kedua orang tuanya yang menangisi semua itu di antara puluhan sisa manusia yang mengambil gambar kejadian itu untuk dibagikan ke media sosial. Betapa ironis.

Yeonjun berteriak dan menangis. Baru saja meninggalkan tempat ini tadi pagi dan kembali di sore hari hanya untuk mendapati keluarganya merasakan bencana ini. Ia berteriak pada ayah dan ibunya tentang mereka yang tidak segera mengabari sejak tadi. Ia tahu ia tidak akan membantu apapun meskipun kembali lebih cepat. Meski begitu ia tetap berhak tahu karena ini juga merupakan tempat ia bernaung, tumbuh, dan dibesarkan. Dan tadinya ia pikir ia juga akan mati di rumah itu. Tapi bangunan kecil itu yang ternyata meninggalkannya lebih dulu.

Beberapa jam berlalu dan semua orang kembali ke tempatnya masing-masing. Nyaris. Ada satu orang yang menawarkan tempat tinggal bagi keluarga Yeonjun. Maksudnya, malaikat penolong itu tidak menyerahkan sebuah rumah utuh pada mereka begitu saja tentunya. Karena itu terdengar terlalu berlebihan untuk ukuran seseorang yang tidak dikenalnya. Ia hanya bermaksud untuk berbagi sisa ruangan di rumahnya yang ia miliki pada mereka selagi menunggu mereka memiliki tempat tinggal yang baru. Orang tua Yeonjun menerimanya dan sangat berterimakasih. Yeonjun juga ingin berterimakasih jika ia ingat. Sayangnya saat ini kepalanya didominasi kenangan mengharukan dari rumah yang akan ia tinggalkan.

.

.

.

Yeonjun hanyalah seorang siswa dengan kehidupan natural di sekolahnya. Ia bukan salah satu dari anak-anak populer. Bukan juga satu dari mereka yang kutu buku dan terbully. Bukan seorang juara atau bintang kelas, bukan juga termasuk siswa yang bodoh. Ia hanyalah satu dari ratusan yang menjadi normal. Dan memiliki beberapa teman. Meskipun sejauh ini ia belum menemukan seseorang yang begitu dekat dengannya.

Dan berita tentang kebakaran rumahnya yang telah menyebar luas ke seisi kota dengan cepat itu berhasil membuatnya mendapat pandangan simpati dari orang-orang. Ia tidak menyukai jenis pandangan seperti itu. Ia tidak ingin dikasihani meskipun pada kenyataannya ia memang patut untuk dikasihani. Beberapa orang berbelasungkawa padanya secara langsung. Ia hanya menanggapi dengan seulas senyum tipis dan ucapan terima kasih. Tapi di dasar hati terdalamnya ia merasa direndahkan. Ia tidak mengungkapkan yang satu itu karena ingin tetap menghargai kepedulian teman-temannya.

Tapi tetap saja. Segala hal buruk yang berkecamuk dalam benaknya membuat ia bisa menyalahartikan maksud dari perbuatan orang-orang padanya begitu saja.

.

.

.

Yeonjun memiliki rumah baru. Yang artinya ia akan menjalani sebuah kehidupan baru. Ia berpikir mungkin ia juga harus mencoba sesuatu yang baru dalam hidupnya di luar itu.

Jadi ia sengaja turun dari bis ketika baru saja menghabiskan setengah dari perjalanan pulang menuju rumah barunya.

Dengan iseng ia memasuki sebuah gang yang bahkan ia sendiri belum pernah melaluinya. Ia tidak tahu ke mana jalan kecil itu akan menuntunnya, tapi ia ingin berpetualang. Jadi ia tetap menyambung langkah untuk mendapatkan jawaban.

See You • yeonbin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang